Tari tak sanggup menahan air matanya lebih lama lagi, ia menangis tanpa peduli dimana keberadaannya. Tanpa ia sadari ada seseorang yang memperhatikannya.
"Hmm maaf boleh aku duduk di sebelahmu?." Seorang laki" yang lumayan handsome menunjuk kursi kosong di sebelah Tari.
Bukan main terkejutnya Tari melihat seseorang yang sudah tidak asing baginya.
"Arya..".
"Biasa aja kali, gak usah kaget".
"Kamu ngapain di sekolah aku?". Tari menyeka air mata yang membasahi wajahnya.
" Aduh capek ni, berdiri terus. Emangnya gak boleh duduk ya?".
Tari duduk menjauh dari tempat semula. Ia mempersilakan Arya duduk.
"Cieee takut banget deket sama aku, padahal kan tiap pulang sekolah selalu ngintip" rumahku". Arya membuat lelucon dengan maksud ingin menghibur Tari.
Tari tak tau harus apa dan bagaimana. Sebenarnya ia ingin sekali berbicara dengan pujaan hatinya. Tapi apa daya, ia tak ingin berbuat dosa dengan berkhalwat.
"Jadi gimana.. Udah dibaca suratnya?. Arya bertanya serius.
Pertanyaan Arya mengingatkannya sesuatu, sesuatu yang memang ia nanti" kan sejak dulu.
"Kamu ngapain disini?. Ini sekolahan jadi gak usah macem"!. Tegasnya pada Arya.
"Ihh macem", satu macem aja aku gak berani".
"Udah deh ngaku aja, ngapain kamu disini?". Tari mencoba memberanikan diri mentap Arya.
" Gak usah ge'er aku kesini mau nemuin kamu".
"Oohh gitu ya, terus kamu kesini ngapain?. Mau ngurus surat pindah. Atau...".
"Atau apa?".
"Atau kamu mau ketemu Via?".
"Nah itu tau, ni surat kedua. Bales dong suratnya jangan gantungin aku mulu, ntar aku bisa mati Tercekik". Arya mengeluarkan sebuah kertas berwarna hijau.
Tari menerima kertas berwarna hijau pemberian Arya. Warna hijau adalah warna kesukaan Tari. Ntah dari mana Arya mengetahuinya.
Surat ini adalah surat kedua pemberian Arya. Sejak dulu tak ada satu pun laki" yang berani mendekati Tari, apalagi sampai mengajak pacaran. Karena mereka tau Tari adalah gadis luar biasa yang tak mudah di dapatkan. Lain hal nya dengan Arya, dia satu" nya laki" pemberani yang mengajak Tari berpacaran.
Sejenak keheningan menyelimuti keduanya. Sebenarnya Arya tidak serius mengajak Tari pacaran. Karena bagaimana pun ia tahu bahwa pacaran tidak dibenarkan dalam islam. Ia melakukan semua ini semata mata hanya ingin mengetahui seperti apa gadis pilihan uminya.
Tiba" datang seseorang yang memecahkan keheningan keduanya. Seorang laki" yang usianya tidak jauh beda dengan Arya.
" Waduh!. Ngapain kalian, astagfirullah gila Lo Arya. Gue cariin dari tadi malah pacaran". Danu yang ternyata sahabat baik Arya merasa heran dengan apa yang baru saja dilihatnya.
Tari yang sedari tadi mengunci mulutnya, sudah tidak tahan lagi jika harus menerima tuduhan Danu.
" Hah pacaran?. Sama Arya, gak Mungkin". Tari berbicara meyakinkan.
"Terus ngapain kalian berduaan disini?. Gak sabaran benget sih, bentar lagi juga dilamar. Danu berbicara seolah tanpa beban, mengatakan sesuatu yang membuat Tari dan Arya terkejut.
"Hah..Apaan sih, kalo ngomong itu jangan sembarangan dong". Tari benar" dibuat kesal dengan perkataan Danu.
"Aduh gak ada waktu ya buat ngomong sama kamu calon istrinya Arya. Bro buruan cabut, dicariin kepsek. Katanya berkas" yang kita minta udah bisa diambil". Danu seolah lupa dengan perkataanya tentang Tari calon istri dari sahabatnya Arya, ia melanjutkan nyerocos ke lain topik.
Sementara Arya hanya menikmati perdebataan di antara keduanya.
Sepertinya kesabaran Tari sudah hampir tak tersisa, ia pergi meninggalkan Arya dan Danu. Ia tak habis pikir kenapa bisa bertemu Danu yang menurutnya adalah laki" sok tau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Teenegers
Cerita PendekAssalammu'alaikum☺. Kenalin nih pendatang baru, mau belajar nulis😂. Kali ini mau mau nulis kumpulan cerpen remaja. Cerpen fiksi, tapi ada true story nya juga. Dibaca ya, jangan lupa kritik dan sarannya.