Chapter Three

56 15 0
                                    

   Aku memegangi tanganku yang dingin. Aku tak pernah merasa sedingin ini. Aku dapat merasakan detak jantungku yang berdebar. Ini bahkan lebih menakutkan daripada duduk di depan kepala sekolah.
   Aku menggigiti kuku jariku sambil menatap laptopku di kamarku sendirian. Isaac belum menerima panggilan skype dariku. Mungkin dia repot... atau... dia sedang mencari...
   Aku menggelengkan kepalaku. Tidak. Dia kakak yang baik. Dia juga murid teladan dan mendapat beasiswa. Tidak. Aku harus segera menghilangkan pikiran ini. Ini membuatku gila.
   Lucy dan Rach sudah tidur. Mereka tidur di kamar yang sama karena Rach benci untuk tidur sendiri. Saat ini masih aman.
   Apa Isaac sudah tidur? Pikirku. Ini masih liburan dan belum ada kegiatan belajar mengajar. Aneh sekali kalau dia tidur secepat ini. Dia juga seorang night owl dan bukan seorang early person. Aneh.
   Aku terus menatap laptopku sambil berharap dia akan mengangkatnya. Aku menggigiti kuku jariku lagi. Ini sangat menegangkan.
   Akhirnya, dia mengangkat skype-nya. Aku bisa melihat wajah Isaac. Seorang pemuda ginger dengan mata coklat tua dan rambut bergelombang medium dengan tambahan dagu super lancip. Dia menatapku.
   "Hey, ada apa, Jaz?" Tanyanya sambil tersenyum. "Kenapa kau terlihat tegang begitu?" Tanyanya.
   Aku tertawa, pura-pura lebih tepatnya. "Tidak. Tidak ada. Kami habis bersih-bersih tadi. Kau tahulah, agenda tahunan."
   "Oh. Aku lega." Katanya sambil terkekeh kecil. "Kukira ada masalah saat aku pergi."
   "Ya. Memang agak menyulitkan bila kau pergi. Tapi, kami bisa mengatasinya dengan baik." Ujarku.
   Aku terus tersenyum. Pipiku rasanya kaku sekali sekarang. Tak akan kubiarkan dia tahu apa yang aku pikirkan.
  "Di mana Lucy dan Rachel?" Tanyanya. Dia menguap.
  "Tidur."
  "Kelihatannya mereka berdua kelelahan." Kata Isaac.
  Benar juga. Aku harus bertanya tentang kotak itu.
  "Aku tadi melihat sebuah kotak putih di basement. Apakah kau tahu soal kotak itu?"
  Senyumnya pudar seketika. Namun dia tetap terlihat baik-baik saja. Dia terlihat curiga. Sial.
  "Jangan sentuh kotak itu. Percayalah padaku." Kata Isaac. "Kau tidak akan mau tahu apa isinya." Katanya dengan nada yang serius. Seketika suasana hangat berubah jadi dingin. Matanya menatapku dengan tajam.
  "Ada apa dengan kotak itu?" Tanyaku sekali lagi.
  "Aku lelah. Sebaiknya kita akhiri sekarang."
  Tik! Dan dia hilang.
   Aku mencoba mengirim chat kepadanya.

Jason Knox: Aku janji takkan membukanya☺😉.
 
  Aku menutup mataku. Mencoba menjernihkan pikiranku. Kurasa aku juga harus tidur sekarang.
  Aku harus ke sana lagi besok.

AftermathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang