#2 : Teman Baru

29 7 3
                                    

Sejak aku bertemu dengan seseorang yang kutabrak kemarin, aku selalu berfikir apa temanku itu sama seperti Teresa atau sama seperti Harris. Tapi jika dia sama seperti Harris dia tidak nemiliki luka apapun, dia terlihat seperti gadis lainnya yang normal.

Hari ini sekolah libur aku akan pergi ke perpustakaan untuk mencari buku menarik yang bisa aku baca, hampir tidak ada tempat yang bisa ku datangi selain perpustakaan, sekolah, rumahku, dan beberapa kafe. Ada satu buku di perpustakaan yang sangat menarik perhatianku, buku itu menceritakan tentang bagaimana kehidupan dua orang sahabat yang berusaha untuk bertahan hidup dengan cara apapun.

Hari ini aku akan mencari buku baru yang bisa mengisi waktu luangku, tapi sebelum ke perpustakaan aku selalu pergi membeli kopi di kafe kesukaanku. Hari ini pun begitu, tapi entah kenapa hari ini aku membeli dua kopi, aku tidak punya siapapun untuk ku belikan kopi, tapi firasatku mengatakan bahwa aku harus membeli dua kopi hari ini.

Aku sangat berharap bisa mendapatkan teman baru jika aku pergi ke perpustakaan, namun tetap saja tidak ada orang yang ingin berteman denganku kemanapun aku pergi. Ada seorang laki laki yang membuatku penasaran di perpustakaan, ia selalu ada di sana saat aku ke perpustakaan.

Namun anehnya laki laki itu terus saja memakai baju rumah sakit, dia terbiasa berkeliling perpustakaan dengan mendorong tiang infusan yang ada di tangan kanan dan menggenggam buku yang sedang ia baca di tangan kirinya. Terkadang dia berbicara dengan wanita tua yang selalu berjalan di belakangnya, aku hanya berfikir bahwa laki laki itu tidak ingin dirawat di rumah sakit dan wanita tua itu adalah pelayannya.

Mungkin sudah sepuluh hari aku melihatnya ada di perpustakaan, orang orang seperti tidak menghiraukan adanya laki laki itu disini, lalu setelah perpustakaan mulai kosong aku menghampiri laki laki dan wanita tua itu.

"Permisi, apa kau sedang sakit?, kenapa kau mambawa itu kemana mana?," tanyaku pada anak laki laki itu.

Awalnya ia menoleh ke arah depan dan belakang lalu ke kiri dan kanan.

"Apa kau bicara padaku?," tanyanya padaku setelah menoleh ke segala arah.

Aku pikir apa yang baru saja di katakan laki laki itu sangat tidak sopan.

"Tentu saja aku bicara padamu, pada siapa lagi jika tidak denganmu," jawabku padanya.

"Hmm, maafkan aku aku tidak banyak bicara pada orang lain belakangan ini," jawabnya sembari tersenyum padaku.

"Baiklah akan ku maafkan kau kali ini, ah ya dan juga ini aku memiliki dua kaleng kopi kau bisa ambil satu untukmu dan berikan satunya lagi untuk wanita yang berada di belakangmu," jawabku sembari memberikannya kopi.

Awalnya ia menghela nafas seperti ada sesuatu yang sangat berat sedang ia tanggung lalu dia mengatakan, "Terimakasih untuk kopinya, siapa kau hingga sangat baik pada orang yang tidak kau kenal."

"Siapa bilang aku tidak mengenalmu, jika aku sudah bicara padamu itu artinya aku mengenalmu," jawabku padanya.

"Apa kau tau namaku?, kau sepertinya sangat mengenalku," jawabnya padaku sembari tertawa kecil.

"Aku memang mengenalmu, tapi tidak sangat, dan juga aku lupa namamu," jawabku padanya.

"Orang macam apa yang lupa nama orang yang ia kenal," jawabnya padaku.

"Baiklah baiklah, aku memang tidak mengenalmu, tapi apa aku harus punya alasan untuk berbuat baik?," tanyaku padanya.

"Namaku Alex Victor, hm kau benar memang tidak perlu alasan untuk berbuat baik, tapi jangan jadi terlalu baik karna kau akan di manfaatkan nantinya," jawabnya padaku.

"Baiklah, terimakasih untuk saranmu, aku harus pulang sekarang aku akan kembali kesini besok, jadi katakan padaku apa yang kau sukai, akan kubawakan itu untukmu," tanyaku padanya.

"Bawakan saja kopi ini lagi, itu sudah lebih dari cukup untukku," jawabnya padaku.

"Baiklah akan kubawakan, sampai jumpa besok," sahutku sembari memakai mantel dan mengambil tas.

Saat aku keluar dari perpustakaan terlihat dari jendela Alex sedang membuang kopi yang ku berikan ke tempat sampah sembari meneteskan air matanya. Namun Alex yang kulihat dari jendela perpustakaan terlihat sangat berbeda dari Alex yang kutemui di perpustakaan tadi. Alex yang kulihat sekarang memiliki sangat banyak luka di tubuhnya.

Terlihat olehku banyak darah yang mengalir dari mata kanannya yang rusak, baju rumah sakit yang putih pun terlihat sangat kotor dengan banyaknya noda merah yang berantakan terutama di bagain dada sebelah kiri, ada garis luka di bawah mata kiri yang mengharuskannya memakai perban yang sudah sangat kotor.

Wanita tua itupun terlihat lebih berantakan dari sebelumnya, baju lengan di sebelah kanan yang telah robek memperlihatkan darah yang bercucuran keluar dari luka sobek yang sangat dalam. Salah satu kakinya pun terlihat tidak baik karna ada sebilah pisau yang menancap di kaki kirinya.

Akupun merasa iba melihat hal itu, di sepanjang jalan aku menangis melihat kejadian yang di alami Alex dan wanita tua itu. Aku merasa bersyukur masih bisa di berikan kehidupan ini oleh tuhan, aku akan terus mencintai hidupku dan bersyukur karna masih di berikan kesempatan hidup oleh tuhan.

Love Your LiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang