part 3

11.6K 517 62
                                    


"Hhh...kenapa teleponnya sibuk?" Ardi melempar ponselnya ke tempat tidur, kesal.
Ia lalu beranjak dari kamarnya, menuju dapur. Baru ingat kalau sedari siang dia belum makan apapun.
Ia membuka tudung saji di meja makan. Hanya ada tumpukan piring kotor yang belum dibereskan. Tidak dijumpainya makanan untuk sekedar mengganjal perutnya.
"Coba saja ada Dina. Perut ini takkan merasa lapar. Aku kangen masakanmu Din", ucap Ardi sambil menutup tudung saji.
Ia kembali teringat, bagaimana ia dulu menyepelekan pekerjaan rumah Dina. Saat Dina mengeluh lelah, Ardi selalu berkata bahwa Dina hanya mengurus rumah, sedangkan Ardi harus mengurus usaha dan karyawan. Bahkan Ardi sering meminta Dina untuk bekerja supaya tidak diam saja di rumah.

"Nggak usah mengeluh seperti itu. Pekerjaanku jauh lebih berat. Sekarang saingan bisnis makin banyak" Ucap Ardi saat itu, sewaktu Dina mengeluhkan badannya sakit semua.

"Iya Mas, maaf" Dina tertunduk sambil memijat pundaknya. Sebenarnya dia ingin suaminya sesekali memijatnya, walau sebentar.

"Kau kan nggak tau gimana susahnya cari uang. Kerjamu cuma ngurusin rumah aja. Coba kamu cari kerjaan. Usaha kek. Biar tau pusingnya mengurus kerjaan. Percuma sarjana dan nilai bagusmu itu kalau hanya diam dirumah" Sambung Ardi sambil kesal karena istrinya hanya mengeluh saja.

"Aku mau saja mas. Tapi aku takut jadi terbengkalai mengurusmu" jawab Dina.

"Kan nggak aku suruh kerja 24 jam. Bangun pagi, belanja, masak, bersih-bersih rumah. Setelah itu berangkat kerja. Pulang dari kerja, bisa nyuci baju. Toh aku sudah belikan mesin cuci buatmu"

Mata Dina kala itu sudah berkaca-kaca. Dia hanya ingin mendapat sedikit perhatian suaminya. Tapi malah mendapat perlakuan seperti itu dari Ardi . Bahkan Ardi tidak memandang wajah sedihnya itu. Dia asyik melihat ponselnya.
Akhirnya Dina pergi ke dapur, dan membuat teh hangat untuk meredakan sakitnya.

Lamunan Ardi buyar, ketika ada ponselnya berdering. Ia berjalan menuju kamar untuk mengambil ponselnya, sembari memikirkan perilakunya dulu terhadap Dina.

-----------------------------------------------------------

Dina bersiap untuk pergi. Ia tersenyum dan berdoa semoga ini awal yang baik.
Setelah dirasa penampilannya sudah rapi, ia meraih ponselnya dan memesan taksi online.

Dilihatnya Lia yang masih tiduran di depan tv.

"Li, aku berangkat dulu ya.. Masakannya udah mateng kalau mau makan",  ucap Dina sambil menuju pintu keluar.

Lia melongak, dan menjawab, "Oke. Hati-hati ya.. Good luck" sambil tangannya mengepal memberi semangat.

"Oke" Dina tersenyum.

-----------------------------------------------------------

Dina masuk sebuah cafe, tempat ia janjian tadi malam. Ia mencari tempat duduk yang nyaman dan tidak terlalu berisik. Setelah ia menemukan tempat duduk yang nyaman, ia menghubungi orang yang janjian dengannya.

"Baik. Saya ada di sofa pojok dekat taman, memakai blouse putih" ujar Dina di telepon.

Pelayan cafe mendatanginya dan memberikannya menu.

"Avocado float" pesan Dina dan mengembalikan menu tersebut. Setelah mencatat pesanan Dina, pelayan cafe tersebut segera meninggalkan Dina.

Tidak lama berselang, seorang laki-laki mendatangi Dina.
"Permisi. Apakah anda yang bernama Rahma?" tanya laki-laki itu.

Dina kemudian menoleh, dan melihat siapa yang datang.

"Loh? Bagas?" Dina terkejut, karena yang janjian bertemu dengannya adalah Bagas. Sebaliknya, Bagas pun ikut terkejut, karena Dina yang ada di depannya.

PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang