Aldi, Bastian, dan Kiki bingung dengan apa yang mereka lihat saat ini. Mereka berulang kali mengucek kedua matanya dengan tangan. Kiki yang menggelengkan kepalanya, Aldi yang melongo, dan Bastian yang berteriak histeris.
"IQBAAL BALIKAN!!!!!" teriak Bastian sehingga suaranya terdengar di seluruh penjuru kelas.
"Bacot," ujar Iqbaal kesal.
Kiki menarik tangan Bastian untuk duduk di sebelahnya dan tenang. Pasalnya sedaritadi Bastian begitu anarkis ketika memasuki kelas dan langsung melihat Iqbaal bersama Zidny.
Teman sekelas mereka pun bingung dengan apa yang sedang terjadi. Di sana, Iqbaal sedang duduk berdua dengan Zidny. Tidak hanya itu, Zidny sedang menyuapi Iqbaal menu makanan yang telah dibuat oleh Mikaela.
Iqbaal terdiam di tempatnya, dan sesekali melihat ke arah ponselnya. Kekasihnya itu tidak membalas bahkan membaca pesannya satupun.
Iqbaal: Sayang
Iqbaal: Kamu dmn?
Iqbaal: Tiba2 Zidny nyuapin aku, kamu jangan marah ya. Aku nggak tau apa2 sumpah
Iqbaal: Tadi dia udah aku tolak padahal. Aku nungguin kamu, mau sarapan bareng, tapi yg dtg malah dia
Iqbaal: Kamu dmn?
Iqbaal: P
Iqbaal: P
Iqbaal: P
Iqbaal: P
Iqbaal: P
Iqbaal: Mik, kamu blm makan
Iqbaal: Mikaa
Iqbaal menghembuskan napasnya kasar. Entah ia harus senang atau apa ketika Zidny yang menyuapinya. Namun, sejujurnya Iqbaal merasa tidak nyaman.
Dan terlebih lagi, kekasihnya itu entah di mana.
"Baal, ini makan lagi. Tanggung," ujar perempuan berambut sebahu itu.
"Udah, Zid. Gue kenyang," tolak Iqbaal.
Lalu Zidny menutup tempat bekal yang sebenarnya adalah milik Mikaela dan menaruh kembali di tasnya.
Perempuan keturunan Belanda itu berdiri dari duduknya dan sedikit menyibakkan rambutnya ke belakang. "Yaudah, gue ke toilet dulu ya."
Iqbaal hanya diam tidak menghiraukan Zidny yang saat ini sudah berjalan keluar kelas. Pikirannya hanya tertuju kepada gadis yang sedaritadi menghilang entah ke mana.
Sebelumnya, Iqbaal sudah ke kelas gadis itu. Namun, yang dicari tidak ada di tempat.
Iqbaal melirik jam tangannya dan menghembuskan napas untuk kesekian kalinya. Sudah hampir jam setengah tujuh dan sebentar lagi bel masuk berbunyi.
Dan ia membuka ponselnya untuk menghubungi Mikaela via telepon. Beberapa kali ia mencoba hasilnya tetap sama. Tidak diangkat.
Lalu ia meletakan ponselnya. Namun baru saja meletakan ponsel tersebut di meja, ponselnya kembali berbunyi. Iqbaal melihatnya.
Loving Mikaela : As you wished
"Shit!" Iqbaal berdiri dari duduknya, dan langsung berjalan keluar kelas. Ia tidak peduli lagi jika bel sebentar lagi berbunyi. Ia hanya ingin satu, bertemu dengan gadisnya.
oOo
Di sisi lain, Mikaela merebahkan tubuhnya di atas karpet. Ia menyumpal telinganya dengan earphone yang sengaja ia bawa. Jarinya terus menggulir layar ponselnya.
Sebenarnya ia sudah ingin kembali ke kelas tadi sehabis dari kantin, namun temannya bilang, guru yang mengajar tiga jam pertama ada urusan dinas. Jadi ia memutuskan untuk memutar arah dan memasuki masjid di sekolahnya.
Tadi setelah menaruh tasnya di kelas, ia pergi ke toilet untuk buang air kecil. Namun, di sana terdapat Zidny yang sedang bercermin sembari berkata. 'I'll get Iqbaal back.'
Dan Mikaela tidak mempedulikannya. Namun, kejadian itu cukup membuat moodnya langsung turun. Dan ia menyadari bahwa dirinya sendiri memberi peluang kepada Zidny untuk mendapatkan Iqbaal kembali. Tapi Mikaela berpikir, jika Iqbaal bahagia bersama Zidny, kenapa tidak?
Mikaela menutup kedua matanya lelah. Ia lebih memilih ke masjid disaat tidak ada guru di kelasnya. Karena masjid sekolahnya dipasangkan beberapa AC yang bisa membuat udaranya dingin seperti di kelas, hanya saja di masjid suasananya lebih tenang karena tidak banyak orang.
Setelah membalas pesan dari Iqbaal tadi, ia membuat ponselnya menjadi mode pesawat. Ia merasa lelah berhadapan dengan semua ini. Mulai dari Iqbaal hingga ujian-ujian yang sering menghampirinya ketika kelas duabelas ini.
"Mika?" panggil seorang perempuan yang Mikaela yakini itu adalah suara Steffi, sahabatnya.
Matanya terbuka lalu menatap ketiga perempuan yang sedang berjalan ke arahnya.
"Kenapa?" tanya Mikaela.
Ketiga sahabatnya itu ikut merebahkan dirinya di atas karpet.
"Cowok lo nyariin lo tadi ke kelas. Itu orang kenapa? Kayak buru-buru gitu," tanya gadis berambut agak bergelombang, Salsha.
"Oh, nggak tau. Biarin ajalah," ujar Mikaela tak acuh. Lalu menutup kembali kedua matanya. Berusaha untuk tidak memikirkan laki-laki itu.
"Gara-gara Zidny lagi ya?" tebak Cassie yang tidak salah sama sekali. Tepat pada sasaran.
Mikaela hanya diam, dan itu mampu membuat kedua temannya yakin akan apa yang baru saja terjadi.
"Mind to share it with us?" tanya Cassie. Gadis yang kental akan gen western ini meletakkan tangannya di perut Mikaela. Ia memeluk Mikaela dari samping dengan posisi tiduran.Mereka tahu seberapa banyak Mikaela menahan rasa kecewanya terhadap Iqbaal. Mereka juga tahu bagaimana Mikaela mengorbankan perasaannya untuk membuat laki-laki itu bahagia. Gadis itu sering mendengarkan Iqbaal bercerita tentang Zidny, apakah rasa sakit itu belum cukup?
"Biasalah, tadi pagi pas di lift mau ke basement dia minta gue nyuapin dia. Gue bilang ribet, lah emang lagi ribet. Gue lagi megang tote bag gue sama tas bekelnya. Dia juga bawa gitar kan tadi." Mikaela menjelaskan apa yang terjadi tadi pagi.
"Terus?" tanya Steffi seraya melihat sahabatnya.
"He said, kalo Zidny pasti langsung nyuapin dia. I was like what the fuck? Im not even her. Doesnt he know about it?! Gue nggak bisa jadi orang lain buat bikin dia seneng. I just cant. Tapi gue rela ngorbanin perasaan gue buat dia seneng. Terus gue mikir, emang dari kemaren itu nggak cukup ya? Hampir dua tahun loh gue sama dia. Dan hampir dua tahun juga gue ngedengerin dia cerita tentang Zidny, dan posisinya gue sama dia pacaran. Am i still not good enough?"
Cassie memeluk Mikaela erat, ia tahu betul pengorbanan sahabatnya ini seperti apa. Dan mungkin laki-laki itu tidak sadar apa yang sudah dilakukan Mikaela.
Salsha menatap sahabtanya dengan sendu dari samping. Dan Steffi mengepalkan tangannya.
"Dia tuh bego apa gimana sih? Gue nggak ngerti ya ada cowok yang bener-bener nggak tau diri kayak dia tuh nggak sadar apa yang udah Mikaela lakuin buat dia. Lo sering kayak gini sama dia, tapi akhirnya apa? Lo lagi yang ngalah, lo terus yang ngalah, lo mulu yang ngalah. Dia nggak sadar apa?! Maafnya dia selama ini tuh nempel nggak sih di otaknya dia sendiri? Gue kayak nggak abis pikir aja gitu sama dia. Jadi kesel gue," ujar Steffi panjang lebar. Ia sangat kesal kepada Iqbaal. Sudah berkali-kali Iqbaal seperti itu. Namun tidak menujukan perubahan apapun.
Mikaela menghembuskan napasnya lelah. "I'll let him go."
-To be continue-
---
Jangan lupa tinggalkan jejak gaes👌
KAMU SEDANG MEMBACA
GOOD ENOUGH
Teen Fiction"Gue cape berjuang buat orang yang hatinya entah untuk siapa" -Loving Mikaela Lezcano