"Setiap siswa harap segera berbaris sesuai kelas masing-masing!"
Lapangan mulai dipenuhi banyak orang untuk rutinitas setiap hari senin, upacara bendera.
SMA Mentari, sekolah yang dikenal memiliki segudang prestasi di bidang akademik maupun non-akademik.
Tapi kelas XII angkatan tahun ini sepertinya kurang menguntungkan. Contohnya para cowok sejenis Bramaditha Adriel kelas XII IPS 2. Bolos, terlambat, di-strap, dan keluar masuk ruang BP sudah jadi kebiasaan baginya. Apalagi sifat ngeselin yang membuat para guru naik darah membuat citra angkatan ke-8 SMA Mentari semakin merosot.
Beda lagi dengan anak cewek. Bukannya buku, kebanyakan isi tas mereka adalah peralatan makeup. Bukannya kecerdasan, mereka lebih mementingkan popularitas. Begitulah ciri anak cewek yang satu spesies dengan Dairin Sazhara, kelas XII IPA 3. cewek paling cantik dan hits di sekolah.
Yang membedakan Dairin dengan siswi-siswi lainnya, sistem otak Dairin masih berjalan. Dengan kata lain, dia setidaknya pernah mendapat nilai sempurna,Di pelajaran musik.
Bu Yuni selaku Kepala Sekolah berjalan mendekati mikrofon-- hendak memberi pidato. Lebih tepatnya ceramah.
"Nah Udztazah-nya dateng," celetuk Harris, anak kelas XII IPS 1.
"Yang lama ya Bu, saya mau denger tausiah." sahut yang lain.
Beruntung Bu Yuni tidak mendengar sindiran yang ditujukan padanya. Ia menyalakan mikrofon, lalu mulai berpidato. Eh, Tausiah maksudnya.
"Selamat pagi Anak-anak yang saya cintai," Bu Yuni memulai pembicaraan.
"Akhirnya gengs, ada yang jatuh cinta sama gue!"
"Aduh nge-fly dirikuh,"
"Omaigat, Bu Yuni menyatakan perasaan ke gue!"
Anak cowok kelas XII seketika menjadi berisik. Adik-adik kelas hanya memperhatikan seniornya yang tidak bisa diam sedari tadi.
"Mohon tenang semuanya, hari ini saya punya sesuatu untuk diberitahukan." lanjut Bu Yuni.
Keadaan langsung hening. Bukan akibat kalimat sang Kepala Sekolah, tapi karena Bu Ningsih yang berdiri di barisan paling depan para guru telah memberikan tatapan tajam pada mereka. Kenalkan, dia seorang guru BP.
"Baiklah. Saya ingin memberitahukan soal lomba Fashion Show tingkat kota yang akan dilaksanakan bulan depan. Seperti yang kalian ketahui, dibutuhkan masing-masing satu pasangan untuk mewakili kelas X, XI, dan XII. Setelah itu sekolah akan mengadakan seleksi untuk menentukan pasangan mana yang akan menjadi perwakilan SMA kita. Sekarang saya ingin pendapat kalian, siapa saja pasangan yang pantas untuk mewakili setiap kelas?" pertanyaan Bu Yuni membuat seluruh peserta upacara kembali ricuh menyuarakan pilihan mereka.
"Agar tidak membingungkan, saya akan bertanya dari kelas X. Menurut kalian siapa yang pantas?" Bu Yuni memandang kelas X yang masih terbilang cupu. Setelah mendapat pasangan yang tepat, Bu Yuni beralih ke kelas XI.
Lalu kelas XII.
"Ada yang mau dicalonkan?" tanya Bu Yuni. Anak cowok memilih diam karena tidak punya minat dalam ajang Fashion yang cenderung untuk kaum hawa. Disamping itu, anak cewek sibuk mencalonkan dirinya sendiri.
"Saya mencalonkan Dairin Bu!" Rara, sahabat Dairin mengacungkan tangannya agar mendapat perhatian Bu Yuni.
"Iya Bu! Dairin pinter soal modelling gitu!" tambah Fiska.
Dairin tersenyum, sudah lama dirinya menunggu acara seperti ini.
Sebagian dari mereka menyoraki nama Dairin. Sebagian lagi meneriaki nama Lula, cewek ganjen yang penuh sensasi. Lula mengibaskan rambutnya dan berlagak sombong di dalam barisan kelas XII IPS 1.
"Aduh saya jadi bingung mau milih yang mana... karena tidak ada yang mau mengalah, maka dari kelas XII ada dua pasang kandidat! Sekarang siapa yang akan jadi pasangan kalian?" Bu Yuni menggelengkan kepala sembari merekahkan senyum, senang melihat muridnya semangat dalam berpartisipasi.
"Saya sama Kevin Buuu!!" teriak Lula menggandeng sang pacar yang bersebelahan dengannya. Bu Yuni mengangguk sambil terkekeh.
"Dairin bagaimana?" tanya Bu Yuni lagi. Dairin hanya terdiam, dia tidak bisa menyebut nama siapapun.
"ADRIEL BUUUU!! BRAMADITHA ADRIEELLL!!!"
"IYA BENER BU! ADRIEL AJA!"
"DAIRIN SAMA ADRIEL BU! BIAR JADI SEPASANG KEKASIH HAHAHA!"
Kali ini cowok-cowok, terutama teman sekelas Adriel yang angkat suara. Sedari dulu, mereka sudah gemas ingin melihat Adriel yang tampan bisa dekat dengan Dairin yang cantik.
Dairin dan Adriel lantas terkejut.
"Naudzubillah, Bu! Saya anti sama dia!" ucap mereka dengan lantang, secara bersamaan.
b e r s a m a a n.
"CIE CIEEE JODOH!" Rara ikut bersorak.
Raut wajah Dairin berubah menjadi jutek. Mungkin Ia harus berlutut pada Bu Yuni agar tidak dipasangkan bersama Adriel.
"Oke. Dairin, pasanganmu Adriel." kata Bu Yuni.
"Tapi Bu--" Dairin berusaha menyela, tapi perkataannya terpotong oleh Bu Yuni.
"Terimakasih kalian semua mau membantu saya dalam memilih. Sekian dari saya."
Bu Yuni kembali ke barisan para guru.
Di sisi lain, Adriel berdecak kesal.
"Daf, lo ngapain sih teriakin nama gue?" Adriel protes pada Daffa, teman baiknya yang paling semangat mencalonkan Adriel.
Daffa menoleh, "Udah tenang aja. Gue bakal bantu lo kok."
Adriel mengernyitkan dahi. "Bantu apaan? bantu catwalk?"
Daffa tersenyum penuh makna. "Bantu lo biar deket sama Dairin. Gue tau, lo suka sama dia."
"Najis." jawab Adriel.
-
Upacara selesai, semua penghuni kembali ke habitat masing-masing. Begitu pula Dairin. Ia berjalan gontai menuju kelasnya, lalu duduk di samping Rara yang sudah ada di sana sebelum dirinya datang.
"Huh..." Dairin membaringkan kepalanya di meja.
"Kenapa?" tanya Rara sambil mengerjakan pekerjaan rumah yang belum dibuatnya.
"Bete. Gue udah seneng banget jadi kandidat buat acara itu. Tapi kenapa harus dia?"
"Siapa? Adriel?"
Dairin mengangguk.
"Yaelah Rin, lo itu seharusnya bersyukur. Pasangan lo di puja banyak cewek tau! termasuk gue," tanggap Rara. Ia mulai tersenyum tidak jelas.
"Kurang kerjaan banget, orang kayak gitu pake di puja-puja" balas Dairin jutek.
"Perhatiin wajahnya baik-baik deh, ganteng banget woi." Rara menutup matanya, membayangkan Adriel. "Sebagaimanapun gue menginginkan Adriel, kalo dia sama lo, gue relain deh!" lanjutnya.
"Najis." jawab Dairin.
〰〰〰〰〰
Segitu dulu untuk part 1 nya ya, semoga kalian suka dan penasaran sama kelanjutannya. Maaf kalau part ini gak panjang, lain kali diusahakan lebih panjang lagi.
With love,
Abelliaz.