Langkah kaki yang disebabkan oleh Dairin menggema di seluruh penjuru lorong. Ia menjadi terlambat ke sekolah karena Adriel yang men-nonaktifkan alarmnya. Entahlah, cowok itu kurang kerjaan. Dairin yakin Adriel sudah sampai di sekolah sejak tadi. Dirinya memang harus ekstra sabar menghadapi kejahilan kakaknya.
Kreek...
Pintu terbuka, lalu semua pasang mata kelas XII IPS 1 tertuju padanya. Termasuk Bu Ningsih, guru yang sedang mengajar di kelas tersebut.
"Kamu terlambat, Dairin Sazhara." Bu Ningsih memberikan tatapan dingin.
Dairin bergidik ngeri. "Maaf Bu. Saya telat bangun,"
Dengan sigap Bu Ningsih menarik tangan Dairin menuju lapangan. Tentu saja untuk memberinya hukuman menyebalkan.
"Sekarang kamu hormat bendera sampai istirahat selesai!" Perintah Bu Ningsih.
Dairin melongo. "Tapi Bu, masa terlambat aja dihukum sampai selesai istirahat?"
"Nggak ada tapi-tapian! Cepat! Sebelum saya beri hukuman yang lebih berat!" lanjutnya.
"Aneh banget sih, Bu.. untung guru gue." gumam Dairin. Nasib baik, Bu Ningsih tidak mendengarnya.
Dengan pasrah, Dairin meletakkan tangannya di dahi tanda memberi hormat, sambil menatap bendera Dairin menepis keringatnya yang bercucuran.
Adriel pasti akan dihabisi jika bertemu dengan Dairin.
Ini pertama kalinya Dairin dihukum. Pertama kalinya Dairin terlambat. Pertama kalinya Dairin berurusan dengan Bu Ningsih.
Semuanya karena cowok sok ganteng itu.〰〰〰〰〰
"Liat deh, hihihi..."
"Itu Dairin kan?"
"Oh my God, ratu sekolah bisa kena hukuman juga ya... Hahaha,"
Menghela nafas panjang sedari tadi dilakukannya. Dairin berusaha menghiraukan kalimat sampah yang dilontarkan padanya.
Ia melirik jam tangan digital yang baru dibeli hari minggu. Waktu selesai istirahat masih lama, itu artinya dia akan membakar tubuhnya lebih lama lagi di lapangan seorang diri.
Banyak siswa berlalu-lalang karena bel istirahat baru dibunyikan sekitar 2 menit yang lalu. Melihat beberapa anak membawa softdrink dari arah kantin, membuat Dairin meneguk liurnya. Ia belum mengonsumsi apapun sejak pagi karena terburu-buru berangkat ke sekolah.
"Lagi di-strap ya Mbak?"
Dairin yang tengah menengadahkan kepalanya keatas lantas menoleh ke sumber suara. Oh rupanya dia. Siapa lagi kalau bukan cowok yang menyebabkan dirinya hormat bendera selama tiga setengah jam.
Dairin tidak menjawab perkataan Adriel, niatnya untuk menghabisi sang Kakak diurungkannya. melihat wajah Riel saja, Dairin sudah merasa malas.
"Ih marah ya sama gue?"
Dairin tetap diam. Berharap cowok itu segera menyingkir dari sampingnya. Sebaliknya, Adriel terus menatap Dairin lalu berdiri dengan posisi sejajar. Ia pun mulai memberi hormat kepada bendera, persis seperti apa yang dilakukan Dairin saat itu.