Adelia duduk tenang dibelakang menatapi anggota eskul musik yang tengah berlatih. Masing-masing anggota memiliki ke ahlian sendiri memainkan alat musik.
Ada yang bisa gitar, piano, biola, dan semua alat musik. Athanasius menyediakan alat musik lengkap bagi muridnya.
Adelia yakin anggota musik pasti hebat memainkan alat musik tidak lebih dari satu. Sepanjang ia mengamati, mereka sangat piawai memainkannya.
Adelia menikmati setiap alunan nada yang dimainkan oleh anggota musik. Mengalun sangat indah dan harmoni.
Adelia tanpa sadar bertepuk tangan saat anggota musik selesai memainkan sebuah lagu. Otomatis, mereka menatap Adelia dengan kerutan didahi. Sadar dirinya jadi perhatian, Adelia tersenyum canggung.
Adelia melihat seorang cowok tinggi dan tampan menghampirinya. Sejenak Adelia terbengong melihatnya. Pasalnya, cowok itu menampilkan senyum yang luar biasa mempesona.
"Maaf. Kamu siapa??" Tanya cowok itu dengan sopan.
Adelia tergagap dan berdiri dengan canggung. Sebelum akan menjawab, Irene menghampirinya.
"Dia temen saya, kak. Saya yang ngajakin dia kesini. Dia mau liat gimana eskul musik disekolah ini karna dia murid pindahan dan belom masuk ke eskul manapun" ucap Irene.
Cowok itu beroh-ria mendengar penjelasan dari Irene.
"Del, cowok ini ketua eskul musik namanya Nakula dari kelas 11A"
Giliran Adelia beroh-ria mendengarnya.
Cowok yang bernama Nakula itu mengulurkan tangannya, "Nakula Benjamin dan dengan...." ucapnya menggantung menunggu respons Adelia.
Adelia buru-buru mengulurkan tangannya dan menjabat tangan Nakula, "A-Adelia Naomi" ucapnya bergetar.
Nakula yang sedari tadi tersenyum, semakin tersenyum hingga kedua matanya menyipit semakin menambah kadar ketampanan yang dimiliku Nakula bertambah dan Adelia semakin speechless.
"Salam kenal ya, Adel" ucap Nakula
"I-iya. Sa-salam kenal juga Kak Nakula"
Setelah jabatan tangan terlepas. Adelia menetralkan degup jantungnya yang berdetak begitu cepat.
"Jadi, kamu udah mutusin mau masuk eskul musik??" Tanya Nakula.
Adelia melirik ke arah Irene yang disampingnya dan Irene balik meliriknya.
"A... gini kak. Aku masih mikir" jawab Adel.
"Ohh, jangan lama-lama ya mikirnya kalo kamu udah selesai mikir. Nanti kasih tau"
Adelia mengangguk sambil tersenyum.
"Kamu bisa main musik apa?? Atau bisa vokal??" Tanya Nakula lagi.
"Bisa gitar sih kak tapi sedikit"
Nakula beroh-ria, "oke, saya harap kamu masuk eskul musik ini. Bye Adel" Nakula melemparkan senyum sebelum berbalik.
Adelia langsung memegang tangan Irene, "Ren, Kak Nakula ganteng banget. Gue hampir pingsan" ucapnya lebay.
Irene memutar bola matanya sambil terkekeh pelan, "santai aja, Del. Lebay deh"
"Serius, Ren"
"Iya-iya. Kak Nakula itu emang primadonanya di Athanasius. Dia itu friendly, ramah, baik, ganteng, dan murah senyum. Pokoknya nyaman deh kalo deket dia"
"Ooh, pantes lah. Ga mungkin orang yang kayak Kak Nakula ga jadi primadona sekolah"
"Kok lo lesu gitu??"
"Lesu. Saingan gue sama cewek satu sekolah"
***
Adelia menyeruput susu kotaknya dan berjalan disamping Irene. Mereka telah pulang dari sesi eskul musik.
"Ren, apa lagi yang lo tau tentang Kak Nakula"
"Um... Kak Nakula ga punya kabar negatif. Dia kalem. Bertolak belakang sama Sadewa. Bisa diibaratkan, Kak Nakula itu Angle dan Sadewa itu Devil"
Adelia beroh-ria sambil ngangguk-ngangguk.
Jelaslah mereka berdua bertolang belakang. Sangat jelas. Bahkan mungkin anak tk bisa membedakannya.
Adelia jadi membayangkan. Jika Sadewa berhadapan dengan seorang anak kecil. Adelia jadi kasihan pada anak kecil itu yang pasti akan ketakutan melihat tampang Sadewa yang menyeramkan.
Dan orang yang tengah dipikirkan menampilkan wujudnya.
Panjang umur
Dari kejauhan. Arah parkiran. Adelia melihat Sadewa tengah duduk di kap mobilnya sambil bermain ponsel.
"Del, lo pulang naik apa?? Dijemput??" Tanya Irene.
"Gue naik sepeda, Ren. Kalo lo??"
"Gue dijemput. Udah nunggu didepan. Gue duluan ya, Del. Ati-ati lo goes sepedanya" Irene melambaikan tangannya dan berjalan pergi.
Adeli tersenyum miris kearah Irene yang telah pergi jauh. Setelah itu Adelia hanya bisa terdiam di tempatnya sambil menatap ke arah parkiran.
Sekarang bagaimana caranya dirinya melewati sosok menyeramkan itu untuk mengambil sepedanya.
Jangankan melewatinya, mendekatinya saja sudah membuat Adelia merinding ketakutan. Kakinya ini susah untuk digerakan, gemetar, dan lemas.
Adelia memejamkan matanya. Menarik nafas. Membuangnya pelan. Lalu membuka matanya.
Hanya melewatinya tidak akan menimbulkan masalah selama ia tidak menatapnya dan tidak mencari masalah.
Adelia memegang erat tali tas ranselnya. Kakinya mulai ia langkahkan selangkah demi selangkah. Meski ragu tapi mau gimana lagi. Hari sudah sore dan sudah waktunya Adelia pulang keburu malem.
Saat jaraknya dan Sadewa mulai dekat demi dekat. Adelia berjalan sambil menundukkan kepalanya. Begitu melewati Sadewa, aura kegelapannya terasa mengintimidasinya. Dari sudut matanya, ia melihat Sadewa masih sibuk dengan ponselnya.
Brukk
Adelia terjatuh karna sebuah kaki sengaja menyengkat kakinya.
"Aww" rintih Adelia.
Sadewa tertawa meremehkan dengan pandangan merendahkan.
Adelia yang melihatnya, mencemberutkan bibirnya dan mukanya keruh begitu Sadewa pergi dengan deru mesin mobil yang mengeluarkan asap.
Adelia yang masih terduduk diaspal terbatuk-batuk dan kini penampilannya mengenaskan.
***
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince of Darkness ✓
Teen Fiction[ATHANASIUS #1] "You don't know me. I don't know myself too, Who is my true identity. All you can see only darkness. I am the owner of that." ~*~ (SEBAGIAN CHAPTER SUDAH DI UNPUB) Sadewa adalah cowok yang penuh dengan kemisteriusan. Disekolah, ia d...