Part 3 : Book Store
.
.
.
.
.
Daniel tidak pernah menyangka kalau obrolannya dengan seorang anak SMP kelas 3 bisa bersambut seperti ini. Sudah hampir satu bulan sejak Daniel mendapatkan id line Woojin dan selama satu bulan itu juga mereka setiap harinya terus bertukar pesan tanpa putus sehari pun.
Jujur saja, awalnya Daniel sudah sempat pesimis untuk mendekati Woojin. Sebab, mau seindah apapun Woojin di mata Daniel, dia tetaplah anak SMP kelas tiga usia lima belas tahun. Selisihnya hampir enam tahun sama Daniel. Istilah kasarnya, sih, Woojin itu masih bocah banget. Daniel sempat takut tidak bisa mengikuti pacenya Woojin. Akan tetapi, di luar dugaan obrolan mereka malah klop banget.
Daniel sampai sempat mempertanyakan kebenaran usia Woojin pada orangnya sendiri.
"Kamu serius lima belas tahun, kan?"
Begitu kira-kira isi pesannya Daniel.
Dibalas oleh Woojin dengan foto kartu pelajarnya, "Seratus persen lima belas tahun."
Dari situ potret kartu pelajar itu, Daniel jadi tahu alamat rumah dan tanggal lahir Woojin sekaligus. Ini baru yang namanya sekali mendayung, dua, tiga pulau terlampaui.
Makin gampang, deh, Daniel mendekati Woojin dengan bertambahnya informasi pribadi Woojin yang diketahui mahasiswa tahun ketiga itu.
Yah, Daniel, sih, berpikirnya begitu.
Namun, faktanya, walau mereka selalu bertukar pesan setiap hari selama tiga puluh hari ke belakang ini, tidak sekali pun Daniel bertemu dengan Woojin lagi setelah hari itu. Beberapa kali Daniel mencoba mencari anak itu ke kantin sekolahnya, tetapi hasilnya nihil. Daniel tidak menemukan sosok ketua kelas menggemaskan itu.
Saat Daniel tanyakan pada siswa yang lain, mereka bilang Woojin terlalu sibuk sampai tidak sempat makan di kantin. Dia lebih sering memakan bekalnya di kelas.
Misi bertemu Woojin di sekolah, gagal total.
Metode lain juga dicoba Daniel, yaitu mencoba mengajak Woojin untuk bertemu di luar jam sekolah. Namun, sayang beribu sayang, jadwal mereka selalu saja bentrok. Saat Daniel kosong, Woojin ada ekstrakulikuler. Saat Woojin tidak memiliki jadwal, Daniel malah harus praktikum yang benar-benar memakan waktu lama. Di akhir pekan, biasanya Woojin akan menghabiskan waktu bersama keluarganya.
Quality time yang tidak ingin Daniel ganggu.
Kemungkinan bertemu mereka jadi mendekati angka nol.
Hal itu lah yang membuat Daniel lemas hari ini.
"Kenapa dah lu, Dan? Perasaan itu makanan di kantin uda lu sikat semua, masih lemes aja." tanya Jihoon yang sedang sibuk mematut diri pada cermin kecil yang ia bawa kemana-mana.
Jihoon ini selain sangat peduli pada dirinya sendiri, ia juga peduli dengan teman-temannya. Buktinya, ia masih sempat tuh menanyakan Daniel bahkan saat ia tengah memerhatikan wajahnya yang terpantul di cermin itu.
"Udah lu dandan aja yang bener, jangan ngurusin gue." sahut Daniel dingin, tidak dapat merasakan simpati Jihoon sama sekali.
"Yeu, giliran temen perhatian aja reaksi lu malah begitu, Dan. Gak ada yang merhatiin lagi baru tahu rasa lu." ceramah Jihoon.
YOU ARE READING
Lee Woojin
Fanfic[Kang Daniel / Lee Woojin] Cuma keseharian Daniel,mahasiswa tahun ketiga, yang berusaha menggaet Woojin, adik kelasnya yang masih duduk di bangku SMP tahun ketiga juga, tetapi, susahnya minta ampun karena ada terlalu banyak Woojin di sekitarnya. Jad...