Awal

18K 1.2K 131
                                    

"Eomma sudah memperingatkan sejak awal! menikah dengan laki-laki bukanlah pilihan yang tepat dan kau tetap melakukannya! Sadarlah kau membutuhkan seorang anak dan eomma membutuhkan garis keturunan darimu Lee Jeno!" wanita berkepala empat yang masih terlihat sangat cantik diusianya itu memandang sinis ke arah anak dan menantunya di ujung sana.

"Kami sedang berusaha eomma!" ucap Jeno sambil menggenggam erat tangan suami mungilnya, mencoba menenangkannya.

"Apakah waktu tiga tahun tidak cukup untuk kalian?" pernyataan wanita itu seolah menjadi telak bagi Jeno dan suami mungilnya.
"Cih bahkan mungkin hingga 20 tahun kedepanpun kalian tidak akan pernah berhasil!" sindir wanita itu.

"Berhentilah membahas hal ini eomma aku lelah! Aku muak mendengarnya!" wanita itu Lee Yoona sedikit tersentak mendengar ucapan anaknya, pandangannya kemudian menyendu.

"Apa eomma salah? Menurutmu mengapa eomma membiarkan pernikahan kalian tetap terjadi disaat eomma bahkan bisa saja mengacaukan pernikahan kalian?" mendengar pertanyaan ibunya membuat Jeno terdiam menyesali perkataan kasarnya dalam-dalam, ia hanya sedang merasa lelah mungkin.

"Karena Renjun adalah kebahagiaanmu bukan... dan kebahagiaanmu adalah satu-satunya alasan eomma untuk merelakan pernikahan kalian!" Yoona bangkit, berjalan menuju kamarnya meninggalkan Jeno dan Renjun yang masih saja mematung.

"Eomma sudah semakin tua, ayahmu bahkan sudah lebih dulu meninggalkan eomma Jeno-ya! Eomma hanya menginginkan seorang cucu darimu setidaknya eomma bisa tenang jika suatu saat nanti tuhan memanggil eomma dari dunia ini!" itu yang terakhir Jeno dengar sebelum ibunya masuk kedalam kamarnya.

Pria bermarga Lee itu menarik panjang nafasnya, ia kemudian menatap wajah suami mungilnya, Renjun yang terlihat muram, dipeluknya pemuda mungil itu dan dikecupnya berkali-kali kening suami mungilnya.

"Jangan khawatir kita hanya harus berusaha lagi!" Jeno tersenyum mencoba membuat Renjun tidak lagi bersedih, ini bukan pertama kalinya, ibunya emang sering membahas perihal anak darinya dan hal itu jelas membuat suami mungilnya merasa tertekan.

Namun jeno juga tidak memungkiri jika ini adalah pertama kalinya ia melihat ibunya mengakhiri sebuah perdebatan dengan ucapan dan raut wajah yang entah mengapa rasanya membuat dadanya terasa sesak.

"Jeno-ya"' lirih Renjun.

"Wae?" mendengar suami mungilnya memanggilnya membuat Jeno tersadar dari lamunannya.

"Apa kau tidak ingin mewujudkan keinginan eomma Jeno-ya?" tanya Renjun yang kemudian dijawab dengan anggukan Jeno.

"Untuk itu kau tidak boleh menye...!" belum selesai Jeno berbicara Renjun dengan segera memotongnya.

"Kalau begitu apa kau mencintaiku?" tanya Renjun lagi.

"Dengar, didunia ini hanya ada dua orang yang aku cintai saat ini dan seterusnya, yang pertama eomma dan yang kedua kau sayang. Untuk itu bertahanlah!" jawab Jeno tulus sambil mengelus lembut wajah suami mungilnya.

"Tidak Jeno-ya, aku tidak akan pernah memiliki seorang anak, aku normal! Aku pria normal yang sama sepertimu dan mustahil bagiku untuk bisa mewujudkan keinginan eomma!" ucap Renjun lirih.

"Kita pasti bisa sayang, berhentilah jangan seperti ini melihatmu seperti ini membuatku merasa sakit Renjunnie!" Jeno menghapus beberapa tetesan air nata yang meleleh dari mata indah sosok mungilnya.

"Kita pasti bisa sayang!" ucap Jeno yang kemudian memeluk suami mungilnya namun pemuda yang ada didalam pemukannya itu hanya menggeleng.

"Lakukan Jeno-ya!" titah Renjun sedangkan Jeno hanya menatapnya dengan penuh tanda tanya.

"Maksudmu?" tanya Jeno.

"Na Jaemin, apa kau ingat dengannya?" Jeno semakin tidak mengerti dengan arah pembicaraan ini namun ia tetap mengangguk.

"Lakukan dengannya, aku sudah menelfonnya beberapa hari yang lalu dan ia...!" Renjun mengigit bibjr bawahnya sebelum melanjutkan ucapannya.

"Ia... Bersedia menjadi ibu pengganti dari anakmu Jeno-ya!" lanjut Renjun pelan namun Jeno masih bisa mendengarnya dengan jelas dan itu cukup untuk membuat amarahnya memuncak.

"APA KAU GILA LEE RENJUN? SAMPAI KAPANPUN AKU TIDAK AKAN PERNAH MELAKUKAN HAL SERENDAH ITU!" bentak Jeno tanpa sadar sedangkan renjun tanpa rasa takut sedikitpun memeluk tubuh Jeno mencoba menenangkan pria itu.

"Dengarkan aku Jeno-ya, hanya sampai Nana hamil dan melahirkan anakmu! lakukan Jeno-ya, lalukan demi eomma, lakukan demi kebahagiaan yang telah kita dapatkan selama ini!" bohong kita Renjun tidak merasa sakit atas perkataannya bahkah air matanya sudah berlomba untuk berjatuhan, didunia ini tidak ada seorangpun yang rela membagi suaminya dengan siapapun dan dengan alasan apapun namun Renjun harus.

----------------------------------------------------

Dan disinilah Lee Jeno, disebuah club malam yang cukup ramai dipenuhi oleh penari yang bertelanjang dan jalang-jalang begitulah sekiranya yang Jeno pikirkan saat menginjakkan kakinya di club malam itu.

Katakan siapa yang tidak terpesona dengan ketampanan Lee Jeno bahkan saat ini beberapa jalang sudah mengerubunginya dan mencoba menggodanya dengan pakaian-pakaian minim dan bisikan-bisikan sensual namun Jeno sama sekali tidak menghiraukannya karena detik ini pandangannya hanya tertuju pada pria cantik yang tengah tertawa dengan sebotol bir ditangannya.

Langkahnya membawa Jeno berdiri tepat dihadapan pemuda cantik itu. Diambilnya sebotol bir dari tangan lentik itu kemudian ditariknya pemuda itu menuju tempat yang lebih sepi.

"Apa yang sudah kau katakan pada suamiku Na Jaemin!" tanya Jeno kesal sedangkan pemuda itu hanya terkekeh sesekali berguman tak jelas namun satu hal yang ia dengar dengan jelas, ucapan pemuda cantik yang tengah mabuk itu sebelum menjatuhkan diri didalam pelukannya.

"Aku... Merindukanmu!"

-TBC-

Another love -Nomin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang