Bisakah hanya ada kita?

8.3K 1.1K 111
                                    

Na jaemin melangkahkan kakinya dengan riang, sesekali bibir mungilnya bersenandung. Hari ini seperti apa yang telah dikatakan Renjun ia akan menemui Jeno disebuah hotel.

Dan disinilah Jaemin berada, didepan sebuah kamar dengan angka 301 tertulis disana. Ia kemudian mengetuk pintu kamar tersebut dan tersenyum lebar saat pintu itu terbuka menampakkan sesosok pria tampan yang hanya memandang dingin kearahnya.

Bohong jika Jeno tidak terpesona pada penampilan Jaemin saat ini. Pemuda cantik didepannya padahal hanya menggenakan kaos kebesaran berwarna putih biasa dan sepotong celana pendek yang juga biasa saja namun anehnya saat melihat Jaemin memakai pakaian itu rasanya entahlah Jeno sendiri tidak bisa meenggambarkannya dengan kata-kata.

"Jangan menatapku dengan tajam seperti itu Jeno-ssi kau bisa membunuhku kkk!" Jaemin terkekeh menggoda Jeno seperti biasanya.

"Langsung saja aku tidak ingin berlama-lama disini terlebih denganmu!" Jaemin hanya menyeringai menanggapi perkataan pedas itu.

"Memangnya kenapa? Apa kau takut akan jatuh cinta padaku jika terlalu lama bersamaku?" mendengar itu Jeno tertawa sinis.

"Dengar baik-baik aku melakukannya atas keinginan Renjun dan aku melakukannya karena aku mencintainya! Tanamkan baik-baik itu dalam otakmu!"  Jeno membalas candaan Jaemin dengan kasar.

Dilihatnya Jaemin kini tengah berjalan kearahnya, berdiri didepannya, mengalungkan kedua tangan dilehernya dan mengendus leher jejang miliknya.

"Bisakah hanya ada kita malam ini!" bisik Jaemin sebelum mengecup pelan cuping telinga milik Jeno.

Terkejut, awalnya Jeno merasa terkejut namun dengan cepat ia kembali menguasai dirinya, menaruh kedua tangannya pada pinggang mungil Jaemin, membawanya semakin merapat pada tubuhnya.

"Kau terlalu banyak berubah Jaeminna!" bisik Jeno kemudian melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan Jaemin padanya.

Jaemin tidak tinggal diam jari-jemarinya mengelus bibir tebal Jeno, memberikan getaran halus pada pemiliknya kemudian mengecup pelan sudut bibir itu.

"Tidakkah kau lihat... Aku masih Na Jaemin. Na Jaemin yang kau campakkan beberapa tahun yang lalu untuk seseorang yang kau panggil suamimu saat ini!" Jeno menatap lurus mata indah Jaemin, tidak ada cahaya disana terlihat redup, sama redupnya seperti saat ia meminta pemuda cantik itu untuk menjauh dan melupakan dirinya.

Brukkk...

Entah dorongan apa yang membuat Jeno kini melumat bibir mungil pemuda dihadapannya dengan tergesa, memasukkan lidahnya kedalam mulut Jaemin bermain disana, menghisap bibir bawah pemuda cantik itu dan tidak membiarkan kata-kata lain keluar dari sana selain desahan-desahan gila yang hampir membuatnya kehilangan kendali atas dirinya .

Tidak, sepertinya sudah tidak ada lagi kendali dalam diri Jeno terlebih ketika matanya menatap betapa cantiknya Jaemin yang kini berada dibawahnya meracau seakan berada dititik puncak kenikmatan saat dirinya menghentak-hentakkan penisnya didalam lubang itu, membiarkan ratusan bahkan ribuan spermanya berlomba memasuki rahim milik Jaemin dan membiarkan malam panas ini berjalan dengan lambat sebelum penyesalan dan rasa bersalah itu mendatangi di keesokan harinya.

-----------------------------

Pagi itu datang dan yang pertama kali dilihatnya adalah wajah dari seseorang yang pernah sangat ia cintai dulu, Jenonya.

Sakit, bagian belakangnya terasa sakit namun nyatanya hatinya lebih sakit. Mengingat sentuhan itu, mengingat malam panas itu, mengingat betapa teganya pria itu mencampakkan dirinya demi untuk bersanding bersama pria lain, membiarkannya menahan rasa sakit, melupakan fakta bahwa dirinya juga...

Membutuhkan pria itu...

Lee Jeno...

Lee Jenonya...

Seseorang yang membuatnya mengerti apa itu cinta...
Seseorang yang membuatnya mengerti apa itu kasih sayang...
Seseorang yang membuatnya mengerti apa itu sebuah kebencian dan membuatnya harus menahan rasa sakit untuk membenci seseorang yang ia cintainya seumur hidupnya...

-TBC-

Another love -Nomin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang