Seorang Tamu

364 9 2
                                    

Apa lagi yang paling tidak kusuka disini selain "Tamu" orang yang akan menggangu waktuku mengabiskan hari dengan  harus berupura pura sopan, menyukai apa yang dia lakukan, itu terlalu kasar dan palsu, setiap ada tamu yang datang aku akan jarang keluar dan mengurung diri didalam kamar dan jarang mengajak berbicara setiap tamu yang datang, karena percuma dia akan mengatakan "Selamat tinggal" nantinya, jadi tidak ada gunanya mendekatkan diri dengan orang yang akan pergi.

Aku selalu berharap orang tidak akan menginap  berlama-lama dirumahku, karena aku harus membagi kamar dengannya dan itu sangat tidak kuinginkan, aku tidak bisa melakukan sesuatu yang sedikit pribadi, tapi biasanya ketika ada orang yang menginap dikmarku, Aku akan pindah di kamar sebelah dan meninggalkan ratusan buku yang terletak dikamarku, dan hanya akan membawa beberapa buku yang ingin ku baca.

"Hei lihat siapa yang sudah tiba." Aku mendengar kata-kata ini dari atas, suara yang lantang yang mengantar sebuah kabar yang akan membuat diriku bosan. Sepertinya tamu ini akan menjadi tamu yang istimewa bagi Ayah.

"Luca, turunlah." Teriakan ini akan selalu dilakukan setiap ada orang yang datang, mau tidak mau aku harus turun walaupun rasanya berat melangkahkan kaki, menuruni satu demi satu anak tangga yang terbuat dari kayu, berlari dan membuat suara seperti gemuruh. Dari jauh aku melihat seorang Pria berdiri di depan ayah, Pria tinggi  yang menggunakan Kemeja hitam dengan kacamata dan lesung pipi yang terlukis di wajahnya.

"Ada apa ayah."

"Apa kau akan mengeluarkan nada seperti itu setiap waktu ketika ayah memanggilmu."

"Ayolah ayah, aku bukan anak kecil lagi."

Rasanya mengatakan hal itu akan membuat semuanya menjadi memalukan, terkadang aku juga tidak mengerti dengan sifatku, banyak yang bilang dingin seperti kutub, tapi entahlah dunia ku dan keheningan jauh lebih nyaman dari pada harus berpura-pura menyukai sesuatu.

"Luca, perkenalkan ini Gabriel, dia akan menginap disini untuk beberapa minggu ngomong-ngomong dia juga jago bermain piano, kau juga bisa belajar sedikit dengannya.

Rasanya sangat malas aku mengulurkan tangan dan berkenalan dengannya, dan itu tidak mungkin aku tidak akan pernah mau di ajarkan olehnya.

"Luca Armadello, panggil saja Luke."

"Gabriel."

Sial, baru kali ini aku berkenalan dengan orang tanpa melihat wajahku sama sekali, tapi  sepertinya bagus aku tidak akan direpotkan olehnya.

"Baiklah, Gabriel jika butuh sesuatu katakan saja, kau diterima disini jangan malu-malu mengatakan apa yang kau butuhkan."

Pria tua yang sangat baik ya, bahkan kepada anaknya dia tidak pernah mengatakan itu, rasanya tidak betah harus berdiri disini, aku harus membantunya mengangkat barang-barangnya itu supaya aku bisa kembali kekamarku lagi.

"Mau kubantu angkat kopernya."

"Terimakasih." ujarnya dengan sedikit senyumnya dan membuat lesung pipi nya jauh lebih jelas terlihat dari sebelumnya. Aku pun membantunya mengangkat  semua barang-barangnya ke atas, ternyata lumayan berat juga tapi rasanya memang wajar mengingat dia akan menginap beberap minggu disini.

"Terimakasih." ucapnya dengan sedikit nada kelelahan.

"Kau sudah mengucapkannya tadi, aku rasa tidak penting mengulang sesuatu sampai dua kali, kau tidurlah dikamarku aku akan pindah di kamar sebelah."

"Em, jadi ini kamarmu, apa tidak sebaiknya aku yang dikamar sebelah? Kau tetaplah dikamarmu aku tidak ingin menjadi pengganggu disini.

"Tidak apa-apa aku sudah terbiasa seperti ini, beristirahatlah disini."

Before You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang