This feelings 1

146 5 1
                                    

'Tidak mungkin' aku benci mengucapkan kata-kata ini, seolah-olah aku masih tak percaya walaupun aku sudah melihat kejadian yang sebenarnya terjadi. Begitu kasar rasanya ketika harus melihat orang yang benar-benar kau cintai dengan setulus mungkin harus lari dari pangkuan orang, pangkuan ku yang tidak hangat, genggaman ku yang tidak erat, atau dia yang tidak merasakan semua yang kulakukan atau mungkin dia tipe orang yang tidak pernah bersyukur. Lebih baik mengatakan 'Berhenti sampai disini' dari pada dia harus bermain peran yang lain di belakangku. Suara langkah kaki Gabriel pun perlahan-lahan terdengar semakin mendekat dia pun menyapaku dan bersender didepan pintu.

"Hem, kisah cinta anak remaja sepertinya." Hinanya dengan suara lembutnya.

"Diamlah, aku sudah tertidur."

Tapi sepertinya dia mencoba mengolok-ngolokku, atau ingin membuat ku agar tidak mengingat kejadian itu.

"Wah, ada orang yang bisa berbicara saat tertidur."

Badanku yang telentang dan kutupi dengan bantal perlahan-lahan tidak mampu menahan Tawa karena mendengar ucapannya.

"Diamlah Bodoh." Ujarku sambil tertawa.

Ternyata dia orang yang baik, aku salah mengira nya di awal ternyata memang benar, menilai orang terlalu cepat bukanlah hal yang baik.

"Aku akan mengambil selimut dan bantal dan tidur di kamar sebelah."

"Tidak, tidurlah disini maaf soal sifatku sebenarnya aku orang yang baik kok."Ujarku sambil memuji diriku sedikit.

"Hem, apa aku harus percaya."

"Terserahmu saja."

"Baiklah aku akan tidur disini." Sambil membantingkan badannya ke atas tempat tidur itu.

"Sudah kuduga kau akan tidur disini."

Baru pertama kali aku merasakan mempunyai seorang teman, ternyata jauh lebih menyenangkan dari pada mengurung diri seharian, atau mungkin Marisa meninggalkanku karena aku tidak terlalu terbuka olehnya? Entahlah, aku rasa aku tidak perlu meningat jalang itu lagi. Ketika suasana menjadi hening kami pun menatap langit-langit ruangan itu sambil mengucapkan sepatah dua kata menayakan suatu hal yang terjadi kepada orang dewasa.

"Luke." Gumamnya di keadaan hening itu, seketika dia memecahkan semua keheningan itu.

"Iya, kukira dirimu sudah tidur."

"Apa kau pernah berciuman." Ucapnya, jujur aku terkejut mengapa dia menanyakan hal itu walaupun aku punya hubungan dengan Marisa aku tidak pernah menciumnya sekalipun, aku tidak punya keberanian untuk melakukan itu.

"Tidak, tapi sering ingin terjadi berkali-kali tapi mungkin aku butuh sedikit keberanian."

Dia terbahak mendengar ucapanku.

"Pfft, kau yakin tidak pernah melakukannya, dan apa-apaan maksudmu butuh sedikit keberanian."

"Oh, jadi kau menghina ku, baiklah Tuan mesum apa kau pernah melakukannya." Hinaku dengan nada jengkel.

"Tentu, aku pernah melakukannya." Dengan nada gugup dia menjawabnya.

"Wow, selain bermain piano kau juga jago berlaga bibir." Gelakku kepadanya.

"Kau pernah berfikir siapa yang akan menciummu pertama kali?"

"Terkadang aku berfikir seperti itu, siapa yang akan mencium ku untuk pertama kalinya, kurasa kita sudah cukup membahas ini mungkin saatnya untuk tidur." Aku menghindar darinya untuk membahas hal yang sepert ini, jika terus menerus dibahas aku akan mengingat sosok marisa lagi.

Before You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang