This feeling 3

115 3 0
                                    

Keesokan paginya seperti biasa, terbangun dengan wajah kusutnya berbicara sepatah dua kata, lalu berpamitan untuk membilas wajahnya. Aku keluar kamar dan membilas wajahku, turun kebawah melewati tangga kayu itu lagi, banyak cerita di tangga kayu seolah-olah dia menjadi saksi yang tidak bisa berbicara, ketika aku masih menjadi seorang anak laki-laki yang tidak mengerti tentang dunia dan apa yang alam rencanakan dan mencari titik terlemah ku tangga ini sudah sering kulewati sampai akhirnya aku berumur tujuh belas tahun sekarang.

Aku turun kebawah menggunakan celana pendek bewarna hijau milikku berjalan keluar dan mereganggkan otot ototku di depan teras, aku melihatnya berjalan keluar menggunakan singlet dan celana pendek bewarna hitam miliknya, dia menepuk pundak ku dari belakang dan bertanya apa yang sedang aku lakukan dan apakah aku mempunyai rencana hari ini karena tidak ada yang lebih baik selain berbincang dari pada berdiam diri dirumah.

"Hanya meregangkan otot-ototku hari demi hari semuanya terasa semakin kaku".

Dia menawarkan sesuatu yang akan membuatku semakin ingin dekat dengan dia, namun aku lebih memilih menyerah aku senang apapun yang dia lakukan terhadapku.

"Aku pernah belajar cara memijit orang sebelumnya beri tahu saja di daerah yang mana terasa kaku."

"Kau sudah menyentuhnya sebelumnya , tepat didekat pundakku rasa nya seperti aku mengangkat beban terlalu banyak."

Dia mulai memijat nya, aku tidak pernah merasa nyaman seperti ini, ini sedikit sakit tapi aku menyukainya sama seperti yang ku tahu menyukainya dirinya adalah sesuatu yang menyakitkan nantinya tapi aku tetap menyukainya apa kah itu sebuah kesalahan? Sepertinya itu bukan sepenuhnya kesalahan ku, aku tidak mampu menolaknya , aku terjatuh , bahkan meronta sedikitpun itu akan percuma aku seperti sudah terikat oleh tali yang sulit untuk di putuskan ikatanya walaupun itu bisa di putuskan tapi tidak akan seutuhnya putus.

"Ouch, itu terasa sakit, ngomong-ngomong dari mana kau mempelajarinya?"

"Tenanglah, ini akan terasa sakit sebentar dan iya kau tadi mengatakan apa?"

Aku suka caranya membuat ku mengulang perkataanku, karena tidak semuanya akan mudah di ulang, dia akan pergi nantinya Bar kecil, kamarku, piano, dan tamu istimewa itu akan pergi nantinya. Mengapa harus berkenalan dengan orang yang akan "Mengatakan selamat tinggal" itu adalah sebuah kesalahan yang sudah kulakukan saat ini.

"Dimana kau mempelajarinya".

"Aku mempelajarinya dari tetangga kami seorang pria tua yang selalu datang mengantar susu kerumah kami, dulu aku pernah terjatuh ketika bermain dengan teman-temanku dan tidak sengaja tanganku terkilir dan dia melakukan hal ini mungkin aku tidak semahir dirinya tapi aku harap pundak mu sudah terasa mendingan sekarang.

"Ini sudah terasa lebih baik sekarang, terimakasih."

Sebentar lagi musim panas akan datang, Namun sepertinya musim panas kali ini berbeda dan banyak meninggalkan kenangan-kenangan yang akan sulit dilupakan.

"Apa kau mengetahui hal ini". tanya ku kepadanya karena kami akan tinggal berdua dikamar yang sama dan aku mulai tidak tahan untuk menyembunykannya terus menerus ini yang tentunya akan menjadi sesuatu yang kacau nanti, sama seperti perasaanku sekarang, aku yakin dia juga sudah merasakan hal ini, baik dari aku memandangnya, dan memeluknya kemarin malam. aku kehilangan kendali karena terlalu menyukainya.

"Soal apa?"

"Sebentar lagi musim Panas tiba."

"Lalu apa masalahnya?"

"Tidak ada masalahnya, hanya saja musim panas kali ini akan terasa berbeda bagiku." Sambil melihat wajahnya yang menatap
lurus ke arah langit.

"Semua akan terasa berbeda tapi itu semua bukan lah hal yang penting.
"Itu adalah hal yang penting Riel, apa kau tidak menyadari sesuatu?"
"Menyadari apa?"
"Kau mengetahuinya, Kau tau hal itu".
"Hal apa? Penting apa? Mengapa kau menjadi orang yang misterius sekarang?"

"Bukan apa-apa."

"Jadi kau tidak akan berbicara." Balasnya dengan memaksaku untuk mengatakan sesuatu.

"Aku tidak perlu berbicara aku rasa kau tahu apa yang akan kukatan. Ucapku sambil membelakangi dirinya dan pergi kerumah untuk membaca buku.

Berjam-jam kuhabiskan waktu dikamar tanpa mendengar langkah kakinya, aroma tubuhnya aku tidak tahu kemana dia pergi dan rasanya itu sangat berbeda kau merasa seperti pecundang aku tidak tahan jika harus berdiaman dengan dirinya.aku merasa terintimidasi oleh rasa diam itu sendiri setiap menit dan setiap jam aku merasa aku merindukannya, tapi ini rasanya konyol mengapa aku bisa merasakan hal seperti ini ketika dia tidak berbicara denganku. Bahkan aku belum menyentuhnya dan menciumnya dia sudah mengabaikan ku seperti ini, aku ingin mengutarakan segalanya tapi aku takut jika dia sampai mengatakan "Tidak". Namun disisi lain aku merasa aku tidak tahan menahan sebuah perasaan ini, Aku gila ? Aku sakit ? Entahlah.

Aku pun pergi menanyakan keberadaan Gabriel kepada Ayah namun sangat di sayangkan Ayah pun tidak melihatnya sama sekali.

"Ayah, apa kau melihat Gabriel pergi kemana?"
"Tidak, ayah tidak melihatnya sepertinya semakin hari kalian semakin Akrab, Ayah sedikit merasa cemburu melihat pertemanan kalian.

"Hem, sebenarnya tidak ayah semuanya tidak seperti yang kau kira, aku tidak terlalu begitu dekat dengan dirinya.
"Luca, kau harus mengerti sesuatu, ketika dirimu tidak bisa mengatakan sesuatu, berhentilah untuk menipu dirimu sendiri.
Lebih baik mengatakannya dari pada harus berbohong kepada perasaanmu."

Setelah ayah berkata seperti itu, aku pergi ke kamar dan membaringkan diri, aku masih mengingat perkataan ayah, apa selama ini aku hanya membohongi diriku?

Detik demi detik, habis berlalu begitu saja, tanpa suaranya, tanpa hadirnya di kamar itu, mungkin dulu tidak begitu sepi bagiku, namun semenjak kehadirannya tidur sendirian di kamar itu adalah hal yang sangat tidak aku inginkan.

Aku tertidur sebentar, dan terbangun namun aku tidak dirinya juga, hingga akhirnya aku menyerah.
"Perasaan apa ini? Mengapa begitu menusuk, gelisah, dan semuanya menjadi serba salah, Pernahkah dirinya belajar mengenai arti sebuah  rindu? Bahkan hanya beberapa jam saja dia tidak ada bersamaku
Aku sudah menjadi seperti ini? Bagaimana selanjutnya? Dia akan pergi dari tempat ini
Dia tidak lama disini, apa aku sudah melakukan kesalahan mengenal dirinya? Mengapa disaat seperti ini dia melakukan hal seperti ini kepadaku, yang ku inginkan hanyalah dia mengerti dan aku berharap dia juga merasakan hal yang sama seperti ku.
Kau yang memberikan perhatian itu, setidaknya bertanggung jawablah dengan perasaanku ini, aku seperti ini hanya karena ulahmu yang membuatku lupa diri.
Candu pertemuan yang kau berikan membuatku lupa diri kalau kau hanya singgah sebentar.

Keesokan paginya adalah sebuah kejadian yang tidak pernah aku harap-harapkan, dan aku tidak ingin melihatnya, dikarenakan aku tertidur begitu malam dan terbangun sedikit telat pada saat semua anggota keluarga sedang sarapan dibawah.
Aku pun turun kebawah untuk bergabung menikmati sarapan yang sudah di hidangkan di pagi yang kacau itu.
Namun, ketika hendak mencapai anak tangga terakhir aku mendengar suara tawa wanita, dan mendengar ucapan yang keluar dari mulut ayahku "Apakah ini tunanganmu Gabriel?" Sontak aku terkejut dengan hal itu, namun Gabriel melihatku dan memanggilku.

"Hai, selamat pagi, apa kau hanya akan berdiri disitu dan tidak menikmati sarapan ini?" Ucapnya dengan nada yang tidak merasa bersalah sedikitpun.

"Tidak, aku sedang tidak selera aku akan pergi ke atas selamat tinggal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 02, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Before You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang