4

10.4K 1.6K 57
                                    

"Jimin!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jimin!"

Jimin menghela,  dia baru saja akan memulai harinya,  baru saja keluar dari rumah megah keluarga Kim,  baru saja mengeluarkan sepedanya dari garasi.  Saat Kim Taehyung memanggil namanya begitu keras,  seraya berlari. Tas sekolahnya yang berwarna hitam berguncang-guncang,  rambut cokelat terang pemuda itu acak-acakan ditiup angin musim semi. 

"Ada apa?" tanya Jimin saat Taehyung berdiri di hadapannya dengan senyum kotak konyol seperti biasa,  tolong jangan tersenyum seperti itu,  aku membenci senyum itu,  kau terlihat sangat baik dengan senyum itu,  bodoh!

"Kau mau ke sekolah?"

Pertanyaan bodoh lainnya dari seorang Kim Taehyung.

"Tidak,  aku mau memerah susu sapi di peternakan paman Choi." jawab Jimin asal,  lalu menuntun sepedanya melewati Taehyung,  menyusuri halaman rumah keluarga Kim yang luas.

"Jimin!"

Jimin meremas stang sepedanya kuat-kuat. Berusaha untuk tidak mengumpat,  apalagi memukul pemuda itu.  Ah,  tapi walaupun memukul Taehyung,  anak itu juga tidak bisa merasakannya. 

"Kenapa kau suka sekali memanggil namaku, sih?" kesalnya,  sungguh,  Jimin tidak paham kenapa Taehyung suka sekali memanggil namanya berkali-kali,  menyebut namanya terus menerus. 

"Karena aku suka memanggil namamu." dia terkekeh,  "Ayo pergi ke sekolah bersama." ajaknya.

"Mana sepedamu?" mereka berdua biasanya naik sepeda ke sekolah,  sepeda paling bagus di antara anak-anak yang lain.  Tentu saja,  keluarga Kim memang dikenal sebagai keluarga yang paling terpandang di sana.  Ya,  Jimin agaknya mencoreng nama baik itu sedikit,  atau banyak. 

"Ban nya kempes,  aku ikut denganmu,ya. " Taehyung menangkupkan kedua tangan seraya mengerjap-ngerjap lucu.

Jimin tidak punya pilihan lain selain kembali menghela napas dan duduk di jok sepedanya.  "Hanya kali ini saja." kata Jimin.

Taehyung memekik senang,  lalu buru-buru naik di belakang.  Kedua tangannya memegangi bahu Jimin erat.  "Let's go!"

Jimin mulai mengayuh sepedanya dengan Taehyung berada di belakang,  tertawa senang. Dan tawa itu,  entah kenapa membuat hati Jimin menghangat meski berusaha dia tampik jauh-jauh.

Sepeda itu melaju melewati jalanan desa yang sudah beraspal,  keduanya berpapasan dengan anak-anak lain yang berjalan kaki menuju sekolah.  Beberapa yang lain terlihat menumpang di belakang mobil box yang melewati sekolah mereka. 

Desa itu tidak bisa dibilang kecil,  juga tidak bisa dibilang besar.  Untuk beberapa alasan,  Jimin menyukai tempat itu,  lebih tenang,  lebih bersih, tentu saja,  lebih baik dari pada tempat tinggal Jimin yang sempit dan tidak tidak layak ditinggali, tempat dia dibesarkan sampai umur sepuluh tahun oleh ibunya. 

APRICITY ✔   [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang