"Hanya segini saja kemampuan kalian?" Taehyung tertawa mencemooh saat berhasil menumbangkan Min Ho ke lantai kemudian menyeka ujung bibirnya yang berdarah serta membersihkan blazer hitamnya yang kotor terkena debu gudang sekolah.Taehyung, kembali menatap tiga anak yang terbatuk kesakitan setelah Taehyung menghajar mereka sendirian. Taehyung menyunggingkan senyum miringnya, "Kenapa? Kalian tidak bisa mengalahkan Tuan Muda Kim Taehyung yang lemah ini?"
Min Ho menelan ludah, melihat bagaimana pemuda yang dulu mereka sering sebut lemah itu mengalahkan mereka dengan mudahnya. Bagaimana tatapan Taehyung sekarang berubah dingin menatap mereka bertiga seakan sanggup mengantarkan tiga nyawa itu ke tempat peristirahatan terakhir.
"Apa Jimin pernah menyentuh wajah kalian?" tanya Taehyung.
Ketiganya tidak ada yang menjawab, terlalu takut.
Taehyung mendengus, "Sepertinya, dia keburu pergi sebelum menyentuh kalian." Taehyung menelan ludahnya, menyebut Jimin yang pergi selalu membuatnya sakit. Taehyung kembali menatap tiga pemuda yang masih tersungkur di lantai itu. "Kau pernah bertanya, apa jadinya aku tanpa Jimin,bukan?" Taehyung memberikan pertanyaan pada Min Ho.
Taehyung berjongkok, mendekatkan wajahnya pada Min Ho. "Ini yang terjadi." kata Taehyung, persis seperti bisikan. Kemudian dia kembali berdiri, memasukan kedua tangan ke dalam saku celana, berjalan santai keluar gudang seolah tidak terjadi apapun.
"Taehyung.."
Taehyung menoleh tepat ketika dia akan menaiki tangga menuju atap sekolah. Di belakangnya, anak lain yang dia ketahui sebagai salah satu dari teman sekelasnya berdiri dengan wajah takut-takut.
"Kenapa?" Taehyung ingat, anak ini tidak pernah bicara dengannya sebelumnya. Juga bukan salah satu dari mereka yang suka mengerjai Taehyung di kelas.
"Kau mau membolos lagi?" tanyanya.
Kening Taehyung berkerut dalam, "Tidak ada hubungannya denganmu." lalu Taehyung meninggalkan anak itu,menaiki tangga hingga punggungnya tidak dapat dilihat lagi oleh Yu Seonho.
***
Angin mengacak surai hitamnya, Taehyung yakin, harusnya angin itu adalah angin musim dingin.
Atap sekolah rasanya sudah menjadi teman Taehyung sekarang, tempatnya menyembunyikan kesedihan dibalik perubahannya. Tempatnya mengenang Jimin di musim semi yang lalu.
Taehyung menghela, uap putih keluar dari bibirnya pertanda tubuh itu merasakan dingin meski tidak dapat dia rasakan.
"Jim, bagaimana aku bisa bertahan?"
***
Yu Na tahu ada yang salah dengan Taehyung, dan wanita itu ketakutan. Dia tidak bisa melihat Kim Taehyung, cucunya yang ceria seperti dulu, atau Kim Taehyung yang selalu tersenyum dan memeluknya dengan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
APRICITY ✔ [ SUDAH TERBIT ]
Fiksi Penggemar[Sudah tersedia di Gramedia] "Jimin, musim dingin berikutnya kita harus bahagia"