01

394 82 12
                                    

Suara dentingan alat masak saling bersahut-sahutan di pagi hari. Seperti biasa Hyerin tengah menyiapkan sarapan untuk suaminya dengan sepenuh hati.

Tangannya dengan telaten menyiapkan sarapan mereka yang telah siap diatas meja makan.

Suara langkah kaki terdengar dari arah kamar. Suaminya telah siap untuk berangkat kerja.

"Jimin ayo sarapan dulu. Aku telah menyiapkan nasi goreng kesukaanmu," ajak Hyerin sembari mengulas senyumnya.

Jimin hanya meliriknya sekilas
"Aku akan sarapan nanti. Aku buru-buru."

Setelahnya pria itu melenggang pergi tanpa berniat untuk sekadar melihat apa yang telah wanita itu buat untuknya.

Selalu seperti ini, pada akhirnya wanita itu hanya akan mengulum senyumnya, mendudukan dirinya dan menyantap sarapannya seorang diri.

"Ini sudah dua tahun Jim. Sampai kapan kau akan membuatku semenyedihkan ini?" lirih gadis itu.

🍁🍁🍁

"Dokter Park Hyerin!"

Hyerin baru saja melangkahkan kakinya ke rumah sakit tempatnya bekerja namun seorang perawat langsung berlari ke arahnya dengan raut wajah yang menunjukan kepanikan luar biasa.

"Ada apa suster Jang?" tanya Hyerin panik seakan tahu bahwa ada hal buruk yang tengah terjadi.

"Pasien Jeon mengamuk lagi dok!" jawab suster Jang.

Mendengar itu Hyerin langsung berlari menuju ke ruangan pasiennya. Benar saja ketika ia sampai disana sudah ada beberapa perawat di sana.

Akan tetapi tak ada seorang pun yang berani untuk mendekati pasiennya itu. Pria tak waras itu tengah memegang sebuah pisau ditangannya, menatap benda itu dengan berbinar-binar seolah itu adalah permata yang ia cari selama ini.

Ya, untuk mengakhiri hidupnya.

"Jeon benda itu berbahaya, sini berikan padaku."

Hyerin dengan perlahan mulai mendekati pria itu.

"Andwae! Jika kau mendekat aku akan melukaimu hahaha!"

Pria itu menodongkan pisau tajam itu ke hadapan Hyerin. Tawanya memenuhi seisi ruangan, sukses membuat orang-orang disana bergidik ngeri.

"Jeon bukankah kita teman? Jangan seperti ini oke?" Hyerin tetap berusaha membujuknya namun sepertinya pria bermarga Jeon itu tak peduli.

Jeon tidak lagi menodongkan pisaunya ada Hyerin. Kini pisau itu  diarahkannya pada urat nadinya sendiri dengan mata yang berbinar-binar.

Tapi hal itu tak berlangsung lama karena Hyerin dengan nekat mencoba meraih benda tajam itu dari genggaman pria itu.

"Aakkh!"





TBC



Hai guys lama tak jumpa hihihi. Aku cuman mau bilang jangan panggil aku author, panggil aja Rin :v. Biar ena, biar akrab gituu wkwk.

Daaann makasih ya udah baca ff ini. Jangan lupa klik bintang yaa kalo bisa komen juga kasi saran kek apa kek hehehehe.

Sampai jumpa esook :*

Rin~








FatiguéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang