Part 3: Kantin

18 1 5
                                    

"Bu, siomay 3 piring. Yang pedes ya" ucap Ricky pada Bu Marni lalu menghampiri Gandi dan Fikri yang duduk di bangku kantin. Ya, mereka sedang berada di kantin karena memang sudah jam istirahat. Sudah menjadi tradisi bagi mereka setiap istirahat menyantap siomay Bu Marni.

Tak lama, Bu Marni datang membawa pesanan mereka "sesuai pesanan ya" ucapnya, "lah si ibu, udah kayak ojek online aja" ucap Gandi. Mereka pun menyantap siomay yang tadi mereka pesan. Entah mengapa, siomay Bu Marni terasa sangat nikmat. Tak heran jika setiap harinya dagangannya itu laku keras. "Eh rick, bukannya itu cewek yang lo tunjuk?" tanya Fikri pada Ricky. Ya, dia orangnya. Hanifa Salamah, anak pindahan yang baru tadi pagi ia liat. "Iya. Gua kesana dulu". Tak lama Ricky sudah berada di hadapan Hanifa, "Hai, Hanifa" ucap Ricky pada hanifa. "Hai" jawab Hanifa. "Lo bakal jadi cewek gua, tunggu aja" ucap Ricky dengan pedenya lalu kembali kembali ke tempat duduknya untuk menyantap siomay pesanannya. Hanifa mengabaikan perkataannya, kenal aja ngga, itu yang ada di pikiran Hanifa sekarang. Lalu memesan bakso, dan mencari bangku kosong untuk ia duduk.

"Lo ngapain kesana?" tanya Gandi, "gua cuma bilang kalo dia bakal jadi cewek gua" jawab Ricky dengan pedenya. "Hah?! Lo gila? Kenal aja kagak asal ngomong aja lo kayak kucing boker" ucap Gandi. "Mau kenal mau kagak, ya suka suka gua lah" dengan santainya Ricky menjawab ucapan Gandi tadi. Wajar memang, siapa yang tidak terpesona dengan Ricky? Seorang ketua ekskul futsal yang amat sangat tampan. Banyak yang 'naksir' padanya. Mulai dari kelas 10 sampai kelas 12. Bahkan seorang Thania -ketua ekskul teather di sekolahnya pun menyukainya. Tak salah jika ia pede setengah mati mendekati Hanifa. Tapi satu yang ia tak tau, Hanifa bukan tipe cewek yang gampang di taklukin.

Hanifa's POV

Aku mencari bangku yang kosong, tentu untuk duduk. Aku baru saja memesan bakso tadi. Kurasa cukup untuk menahan rasa lapar di perutku yang sedari pagi belum sarapan. Aku bingung dengan tingkat cowok yang tadi mendekatinya. Pede banget deh dia, emangnya dia siapa? Ia menggidikkan bahu tidak peduli. Pesanannya datang, dia pun menyantapnya. "Hai, Hanifa!" tegur Silvi, teman sekelasku. "Oh, hai juga". Silvi Purnama, dia teman pertamaku disekolah ini. Dia sangat baik kepadaku, tadi pun di kelas dia meminjamkan pulpen karena aku lupa membawa benda itu. "Eh, gua tadi liat lo di datengin Ricky" ucap Silvi tiba tiba. Ooh, jadi namanya Ricky. "Bahkan aku gatau siapa dia, tiba tiba nyamperin dia" jawabku. "Dia Ricky, ketua ekskul futsal di sekolah ini. Seantero sekolah tau dia kali. Gua kira lo tau siapa dia. Dia ganteng banget" lanjut Silvi sambil cengar cengir. Aku hanya menggidikkan bahuku. Toh, aku tidak peduli. Kemudian kamu melanjutkan makan kami. Hingga akhirnya, bel masuk kelas berbunyi.

TSC.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang