Aku merasa bimbang setiap kali aku terbangun dari tidur. Enaknya, aku tidur lagi atau bangun, ya? Kalau tidur lagi, tentunya aku bisa terbebas dari segala kesusahan yang ada di dunia, tapi kalau aku nggak bangun, akan jadi apa dunia ini? Aku salah satu orang yang penting di masyarakat, kan?
Cosmic Railway
"Nyonya Besaaaar! Ayo, ayo bangun. Ini memang akhir pekan, tapi bukan berarti kau bisa tidur sampai siang, mengerti?!"
Suara ini, kalimat ini, astaga harus ya Ibu menggunakan kebiasaan ini setiap kali membangunkanku di saat akhir pekan?
Srek!
Suara gesekan pengait hordeng dengan penyangganya terdengar sangat jelas. Kemudian, sinar matahari langsung masuk dari jendela dan mendarat tepat mengenai wajahku. Kedua mataku makin kesulitan untuk dibuka kalau begini caranya.
"Ibu, jendelanya. Jangan dibuka, dong, kalau aku belum sepenuhnya bangun."
"Heiiii, Ibu melakukan ini supaya kamu lebih cepat berdiri dan segera cuci muka. Cepat bangun dan pergi ke kamar mandi. Astaga, kamu itu sudah dewasa, Wendy, tapi tingkahmu masih seperti bocah."
Astaga, ibu malah memarahiku. Aku mendesah malas dan langsung menutup kedua telinga dengan bantal. Aku harap aku nggak perlu mendengar celotehan ibu yang sudah aku hapal di luar kepala.
"Wendy, cepat bangun dan segera mandi. Ganti pakaianmu, anak malas. Ibu kan sudah bilang untuk ganti baju dulu sebelum tidur, kenapa kamu nggak pernah mau dengar, huh?"
"Wendy, cepat bangun dan segera mandi. Ganti pakaianmu, anak malas. Ibu kan sudah bilang untuk ganti baju dulu sebelum tidur, kenapa kamu nggak pernah mau dengar, huh?" Lihatlah, aku bahkan bisa mengikuti gaya bicara dan kata-katanya dengan bisik-bisik (karena kalau aku berani dengan lantang mengikutinya bicara, sudah pasti telingaku akan merah). Meskipun suara ibu sudah kuhalang dengan bantal, suara merdunya masih bisa masuk sampai ke gendang telinga.
Sebelum ibu bersiap untuk menyerang bokongku (maksudnya memberi pukulan kasih sayang supaya aku segera bangun), aku segera duduk. Setelah menguap lebar sembari menggaruk pinggang belakangku yang nggak terasa gatal sama sekali, aku berkata, "Iyaaaa. Aku bangun, Ibu. Ibu tunggu saja di luar, aku akan segera menghampiri."
"
Bagus, Ibu akan keluar. Kamu jangan lama-lama, karena sebentar lagi restoran akan dibuka. Kamu harus bantuin Ibu mengurus pelanggan, mengerti?"
Tuh, kan, aku seperti nggak ada hari istirahat. Mau mengamuk, tapi aku nggak bisaㅡdan nggak boleh! Mau gimanapun, Ibu tetaplah pemegang kekuasaan tertinggi di rumah yang hanya diisi oleh dua orang ini, yaitu aku dan ibuku sendiri.
Yeah, ibaratnya ibu menempati puncak teratas dalam rantai makanan dan aku tepat berada di bawahnya.
"Iya, Ibu Ratu."
Aku hanya menyahut malas dan ibu segera keluar dari kamar setelah mendengarnya. Ibu bahkan diam-diam terkikik geli ketika melihat penampilanku sebelum keluar dari kamar. Hhhh! Aku segera menendang selimutku asal sambil berteriak kesal.
"Aaaakh! Aku kan mau tidur sepanjang hari! Apa nggak bisa, satu hariiiiiiii aja, aku nggak perlu ngelakuin apapun?!"
Satu helaan napas panjang menjadi akhir pelampiasan kekesalanku pagi ini. Sinar matahari makin terasa membakar kulit, padahal baru beberapa menit berlalu. Jadi, aku putuskan untuk segera bangun dan berjalan ke kamar mandi dengan sandal kamar berwarna pink yang aku beli bersama Rose, couple, hehehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cosmic Railway - Oh Sehun [ON REVISION]
Fantasía"Meet me in the sparkling starry sky, encountering over time." Son Seungwan merasakan begitu banyak tekanan dalam hidupnya; diputusi pacar, tuntutan pekerjaan yang memaksanya untuk terus bekerja, penyakit ibunya, dan lain hal. Kalau bisa, ia mungkin...