Kata orang, kalau hidupmu terlalu berat sampai-sampai kamu nggak bisa berhenti memikirkannya bahkan saat mau tertidur sekalipun, maka di alam mimpi mungkin aja kamu bakal merangkai masalah hidupmu sendiri dengan akhir yang bahagia.
Cosmic Railway
"Wendy, kamu serius nggak mau ikut kita nongkrong di cafe baru buka itu? Rugi banget, loh, soalnya lagi ada diskon besar-besaran di sana."
Aku menggeleng sekali lagi sambil tersenyum dengan maksud untuk meyakinkan Rose yang sepertinya masih keukeuh mau mengajakku untuk makan di cafe baru bersama rekan kerja yang lain. Aku sedang nggak mood untuk keluar, dan lagi kepalaku agak pening siang ini karena pekerjaan yang menumpuk dari pagi tadi. Jadi, mungkin jam istirahat yang berharga ini akan aku pakai untuk tidur siang meski sebentar.
"Nggak perlu, Rose. Aku mau di sini aja. Kepalaku pusing, jadi aku mau tidur sebentar. Ya... Semoga saja sakit kepalaku hilang sesudah aku bangun tidur nanti."
Rose nampak murung ketika aku menolak bujukannya (lagi). "Ya sudah. Nanti aku bawain oleh-oleh saja, ya, buat kamu. Kan kasihan, kalau kamu nggak kebagian makanan diskon, hehehe." Dan Rose mengakhiri kalimatnya dengan cengiran lucu khas seorang Rose Park.
Kemudian Rose berdiri dari duduknya, yang ada di sebelahku. Dia langsung berjalan dengan langkah ringan, ringan sekali sampai aku jadi iri melihatnya. Maksudku, dia adalah perempuan yang cerah, bersinar sekali. Aku nggak pernah melihatnya kelelahan meski dia sering mengeluh soal pekerjaan menumpuk dan jam kerja nggak masuk akal yang dibuat oleh bos. Wajahnya selalu terlihat cerah, ugh maksudku auranya selalu ceria. Aku jadi penasaran kira-kira apa ya resepnya?
Ah, tapi daripada mikirin hal lain, mending aku mikirin posisi paling nyaman untuk tidur siang.
Aku memerhatikan meja yang ada di depanku dengan seksama. "Apa ada sesuatu yang pas untuk dijadiin bantal?" Aku langsung mengacak sedikit barang-barang yang ada di atas meja.
Dan setelah beberapa saat aku baru menyadari kalau nggak ada yang spesial dari meja ini selain tumpukan kertas, kalender, komputer, dan alat tulis. Hhhh..
"Harusnya aku bawa bantal, ya. Tapi, ya sudah, apa boleh buat. Aku mungkin bisa pakai tumpukkan kertas ini," kataku seraya menarik tumpukan kertas yang kutaruh di sebelah pembatas pendek antar meja, lalu meletakkannya di depanku.
Aku menguap satu kali sebelum akhirnya menyandarkan kepala di atas tumpukan kertas. Kedua mataku dengan cepat bereaksi, memberat. Ah, kedua mataku pasti mengerti kalau pemiliknya sudah kelewat capek hari ini. Dan dalam hitungan detik, aku sudah pergi ke alam bawah sadarku.
°•°•°
"Wah, stasiun lagi."
Adalah kata-kata yang terucap ketika aku membuka kedua mata. Nggak ada emosi yang apapun, seperti perasaan kaget seperti tempo hari ataupun rasa penasaran seperti semalam. Ini sudah menjadi biasa-biasa saja karena aku sudah pernah bermimpi di tempat ini. Sebentar lagi, laki-laki yang kutemui semalam pasti akan muncul dengan kereta putihnya.
"Yeah... Mari tunggu beberapa saat lagi," ujarku seraya merapikan rambutku (meskipun aku tau kalau rambutku nggak berantakan sama sekali).
Ada banyak pertanyaan yang bercabang di kepalaku dan hanya laki-laki bernama Oh Sehun itulah yang bisa menjawab karena dia pasti lebih dari paham mengenai masalah mimpi aneh ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cosmic Railway - Oh Sehun [ON REVISION]
Fantasi"Meet me in the sparkling starry sky, encountering over time." Son Seungwan merasakan begitu banyak tekanan dalam hidupnya; diputusi pacar, tuntutan pekerjaan yang memaksanya untuk terus bekerja, penyakit ibunya, dan lain hal. Kalau bisa, ia mungkin...