☔Tsalasa

1.3K 121 5
                                    

***


Jungkook tersenyum lalu menolehkan kepalanya ke samping kanan. Sudah tiga jam Seokjin ada di apartemennya dan selama lima belas menit ia duduk dipangkuan Seokjin, di atas paha namja tampan itu dengan punggung yang menempel ke dada Seokjin dan kedua tangan Seokjin yang melingkar erat di pinggangnya.

Tadinya mereka hanya diam di apartemen dan Seokjin mendengarkan berbagai cerita dari Jungkook. Tentang perkuliahannya, tentang cita-citanya saat kecil, dan semua yang indah-indah karena ia tak mau berlarut dalam kesedihan.

Jungkook mendekatkan wajahnya ke wajah Seokjin dan kemudian bibir Seokjin memagut bibirnya dengan lembut. Tautan itu bersahut-sahutan, mereka bergantian melumat satu sama lain,  Jungkook merasakan kenyamanan yang teramat sangat, kehangatan menjalar ke seluruh tubuhnya terlebih ketika dia merasakan setiap kecupan-kecupan lembut di bibirnya.

" Emmpph.. "

Tangan kanan Jungkook terangkat untuk memegang tengkuk Seokjin dengan tujuan memperdalam ciuman mereka dan tak ingin melepaskannya. Keduanya memejamkan mata, Seokjin merasakan tangan Jungkook yang sedikit meremas tengkuknya, dan tangan kirinya yang bersatu dengan sela-sela jemari Jungkook juga mendapat remasan ketika lidah mereka bergulat didalam rongga mulut Jungkook. Semakin lembut dan panas bahkan Jungkook menyandarkan punggungnya didada Seokjin sehingga tak ada lagi jarak diantara tubuh mereka karena kedua tubuh mereka melekat sempurna.

Seokjin mengecup pucuk hidung Jungkook setelah menyudahi tautan mereka dan menampakkan benang saliva yang terjalin ketika kedua bibir mereka berpisah. Lalu mempertemukan hidung bangirnya dengan hidung Jungkook dan menggesek-gesekkan pucuk hidung mereka. Sekali lagi, Seokjin mencium bibir Jungkook sekilas.

" Hyung.. ". Seokjin menaikkan kedua alisnya menatap Jungkook, menunggu namja menggemaskan yang sekarang wajahnya berubah semerah kulit apel itu menyelesaikan kalimatnya.

" Hm?"

" kau.. tidak akan pergi kan..? "

" Kenapa? Kau takut di apartemen sendirian? "

" Aku masih ingin bersamamu.. "

" Aku akan menungguimu sampai kau tidur,"

Jungkook menarik senyum tipis di bibirnya. Sejujurnya ia tidak tahu apa hubungannya dengan Seokjin saat ini, Seokjin tidak pernah menyatakan apapun tentang perasaannya pada Jungkook, bahkan Jungkook sama sekali tidak tahu apakah Seokjin menyukainya atau tidak, tetapi Jungkook merasa begitu nyaman, dan Seokjin bersikap selalu melindungi dan menjaganya, seperti seorang malaikat yang dijatuhkan dari langit.

.

.

.

Jungkook menggenggam tangan Seokjin dengan kedua tangannya, sama sekali tak berniat ingin melepaskannya, padahal Seokjin sudah berjanji hanya akan menemaninya sampai dia tertidur, baru setelah itu pulang, tapi sikap Jungkook seolah tak mengizinkan Seokjin pergi, dan tak rela untuk ditinggalkan, karena ia takut ketika esok pagi dia bangun dia tidak bisa bertemu lagi dengan Seokjin dan pertemuannya dengan Seokjin selama ini hanyalah sebuah mimpi.

Sejujurnya Jungkook tak mau memejamkan matanya dan menenggelamkan dirinya kedalam bunga tidur, tatapan Seokjin yang begitu lembut dengan senyum samar dan mata yang berbinar ke arahnya sangat menenangkan Jungkook. Mereka tidur diatas ranjang Jungkook dengan posisi tubuh miring dan berhadap-hadapan. Tangan kiri Seokjin digenggam erat oleh kedua tangan Jungkook, seakan memang tak ingin melepaskannya.

'Saat kau bangun nanti, kau akan menyadari hujan adalah hal yang paling indah untukmu. Saat kau bangun dan tidak menemuiku di sisimu, maka lihatlah hujan, karena setiap tetes itu adalah aku'

Seokjin menarik tangannya perlahan-lahan dari genggaman tangan Jungkook, makhluk manis nan menggemaskan itu mulai nyenyak dalam tidurnya dengan nafas yang berangsur-angsur menjadi tenang dan teratur. Dengan menatap setiap inci wajah Jungkook dia berbicara setengah berbisik.

" Ku rasa pertemuan kita tidak akan lama lagi," Seokjin beranjak, kemudian menarik selimut sampai ke bahu Jungkook lalu setelah itu pergi meninggalkan kamar itu dengan kedua tangan yang ia simpan di kantong celananya.

Sejauh ini Jungkook sudah bisa menerima hujan, tentu saja semua itu karena Seokjin yang berusaha memaksa Jungkook dengan cara yang lembut dan menyentuh, selain itu dia juga mengontrol ketika hujan turun supaya tak terlalu deras karena Jungkook masih baru memulai proses beradaptasi dengan hujan, sebenarnya hujan akhir-akhir ini sangat deras tapi Seokjin meminimalisir kedatangannya dengan hanya membuatnya menjadi gerimis kecil saja, dan memindahkan sebagian hujan yang deras ke tempat lain.

Dia juga mendapat satu fakta, bahwa Jungkook suka sebuah pertemuan bibir dengan sedikit lumatan yang Seokjin tidak tahu apa namanya, tapi sentuhan itu membuat Jungkook tenang dan Seokjin akan melakukannya jika itu memang harus dilakukan.

Jangan salahkan Seokjin jika dia tidak menaruh perasaan pada Jungkook, mereka mahkluk dari planet itu memang diciptakan dengan sembilan puluh lima persen logika dan lima persen perasaan, sehingga mereka hanya mengenal apa itu berpikir tetapi tidak tahu apa itu nafsu dan cinta. Yang mereka lakukan di planet mereka hanyalah bekerja, berpikir, dan belajar.

***

Jungkook membuka matanya perlahan-lahan, dahinya berkerut ketika merasakan cahaya hangat menembus tirai jendelanya. Hal pertama yang ia pikirkan adalah,

Seokjin. Sisi sebelah ranjangnya kosong dan kehadiran Seokjin sungguh membuatnya lelap. Entah kenapa tiba-tiba perasaannya berdenyut, ia takut kehilangan Seokjin. Ia takut akan membenci hujan lagi karena ketika hujan turun nanti tak akan ada yang memeluknya dan menenangkannya, tak akan ada yang tersenyum padanya dan menciumnya.

Jungkook menyingkap tirai jendelanya, cuaca sangat cerah, cuaca cerah pertama di musim hujan yang akan berakhir, apakah dia akan merindukan hujan ketika nanti musim kemarau datang?

Hmmm.. Entahlah. Dia tidak tahu, dia menatap keluar jendela, matahari bersinar terang tetapi tidak membuat cuaca panas, hanya cerah dengan sinar jingga dan daun-daun di pohon meneteskan air gerimis semalam.

Jungkook meraih ponselnya, sudah hampir seminggu dia kenal dan menjadi dekat dengan Seokjin, tapi ia lupa untuk bertukar kontak dengannya, hubungan mereka tiba-tiba saja jadi begitu intim tanpa terencana. Jungkook tidak tahu apa yang membuatnya begitu nyaman dengan Seokjin, dan mengapa pula Seokjin bersikap ingin selalu menjaganya?

Jungkook mengangkat tangan kanannya ke kaca jendelanya, ia mendekatkan mulutnya dan menghela nafasnya disana hingga kaca itu beruap dan berembun, lalu menuliskan sesuatu dengan jari telunjuknya, dua kata dan simbol. Nama Seokjin, dan simbol hati. Ia tersenyum, kemudian hendak mengabadikan momen itu, tapi ketika ponselnya sudah terbuka dan hendak memotret, tulisan itu perlahan-lahan memudar.

Jungkook tertegun dengan ponsel ditangannya yang tadi siap mengambil gambar. Apakah uap yang dihelanya kurang banyak, atau itu pertanda Seokjin memang akan menghilang sebentar lagi?

***

Seokjin melihat tatapan itu dari kejauhan. Tadi wajahnya begitu cerah, membuatnya tampak begitu manis dan menggemaskan, seperti biasa, tapi setelah menulis sesuatu di kaca dan memegang ponselnya ekspresinya berubah menyedihkan.

Seokjin mendongak, menatap matahari diatasnya, lalu menatap air yang menetes dari tangannya. Dia tepat waktu, dia membuat Jungkook menyukai hujan sebelum pergantian musim, dan dia harus segera meninggalkan tempat itu dan kembali ke tempat asalnya, sebelum musim panas benar-benar datang,

..atau dia akan mati.









Tbc.

《END》비의 잔☔[JinKook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang