***
Jungkook membuka kitchen cabinet-nya, ia meraih toples kaca berisi gula, tapi saat Jungkook mengangkatnya toples itu kosong. Jungkook menarik nafas, lagi-lagi dia melupakan kebutuhan dapurnya. Ia seharusnya sudah jaga-jaga sebelum cuaca memasuki musim huj— Ups, Jungkook tak mau menyebut cuaca brengsek ini. Musim dingin berair, mungkin itu lebih baik.
Jungkook menunggu cuaca mereda. Bahkan ia menunggu sampai larut malam hanya untuk membeli gula di minimarket. Satu harian ia hanya bisa meminum kopi dan daechu tawar.
Ia menyingkap tirai jendela, memastikan hujan tidak lagi turun secara total, bahkan hanya rintik setitikpun Jungkook tidak rela tubuhnya disentuh cairan itu. Setelah memakai sepatu boot dan mantel tebalnya yang berbulu Jungkook keluar dari apartemennya.
Cukup lama Jungkook berdiri dibelakang kaca minimarket, sungguh ia tidak rela seincipun tubuhnya tersentuh oleh air yang jatuh dari langit. Orang-orang menganggapnya aneh. Ya, karena mereka tidak tahu alasan dibalik itu semua. Mereka akan mengerti dan bahkan akan menyesali penilaian sepihak mereka jika Jungkook memberitahunya.
Tapi toh untuk apa? Tidak ada untungnya untuk mereka. Mereka tak akan bisa membantu apa-apa untuk menyembuhkan sindrom Jungkook yang mungkin, hanya dia satu-satunya orang yang mengidap sindrom itu di dunia.
“ Nona, maaf apa diluar masih hujan? “, Jungkook menghentikan salah seorang perempuan yang baru saja masuk ke minimarket dengan tanpa payung dan bahan pelindung diri lainnya. Perempuan itu menjawab ramah.
“ Tidak,” dia ingin melanjutkan langkahnya memasuki lorong rak tetapi Jungkook bertanya lagi.
“ Gerimis? “
“ Tidak,”
“ Rintik? “. Perempuan itu menggelengi lagi pertanyaan Jungkook yang bertubi-tubi. Sedikit ada kebingungan karena dari nada bicara Jungkook.
“ Tidak, hanya becek,” jawabnya kemudian. Jungkook mengangguk dan setelah perempuan itu memastikan Jungkook tak akan bertanya lagi dia tersenyum tipis dan berlalu.
Jungkook membuka pintu minimarket, menatap dengan serius langit gelap berwarna hitam yang tak mendapatkan sinar apapun, baik dari bintang ataupun bulan. Cahaya flashlight yang sesekali muncul di langit membuat Jungkook bergidik meskipun kehadiran cahaya itu tak disertai suara.
Ingin sekali rasanya dia cepat-cepat atau kalau bisa berlari. Tapi ia tidak mau konyol dengan sengaja membiarkan dirinya terpeleset, semua orang tahu jalanan akan sangat becek setelah hujan. Sebuah hal bodoh kalau ada yang memilih berlari-larian dijalanan.
Dengan langkah cepat-cepat Jungkook melangkahi genangan air di trotoar, menuju apartemennya. Semula hujan memang sudah berhenti, tapi tidak sampai berapa lama kemudian petir menyambar dengan hebatnya secara tiba-tiba dan membuat Jungkook reflek berjongkok dan menutup telinganya karena kaget. Bersamaan dengan itu gemuruh menggema alam semesta lalu dengan derasnya air berjatuhan dari langit seperti satu ember yang disiram sekaligus ke tubuhnya.
“ Eomma... “***
Jungkook berjongkok dan menutup telinganya ketika mendengar suara gemuruh. Lalu tak sampai sedetik air dengan derasnya turun dari langit menghujam tanah seperti batu-batu kecil yang diturunkan. Jungkook ketakutan panik dan semua sumber ketakutannya terngiang.
Ia memejamkan matanya dan meringis ketakutan. Suara-suara deras hujan yang mengerikan dan gemuruh yang mendengung jelas ditelinganya masih dapat didengar.
Tapi. Ia tak merasakan apapun. Tak ada setetes airpun yang menyentuh tubuhnya, padahal dia yakin cuaca brengsek itu masih berulah diatas sana bahkan berlomba-lomba semakin deras dan deras. Jungkook membuka matanya perlahan-lahan.
Ia tercenung melihat sepasang sepatu putih didepannya. Jaraknya cukup dekat dari dirinya yang masih berjongkok. Dengan ragu Jungkook mendongakkan kepalanya. Seorang pria dengan wajah datar memayunginya. Payung itu cukup besar seperti memang di desain untuk dua orang, akan tetapi, sebesar apapun payung yang melindunginya harusnya dia masih bisa dapat merasakan percikan-percikan air hujan yang jatuh ke tanah.
Sayangnya, itu tak terlintas dipikirannya. Seketika isakannya berhenti. Pria dihadapannya menatapnya tanpa ekspresi tapi entah kenapa Jungkook merasa hangat dan tenang saat menatapnya.
Pria itu kemudian mengulurkan tangannya, membuat Jungkook menatap bingung dan ragu ke arah tangan yang terulur untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
《END》비의 잔☔[JinKook]
Ciencia Ficción☆Highest Rank:☆ #32 in SCIENCE FICTION [2018.07.16] ■ADA YANG DI PRIVATE LOH ( ͡ᵔ ͜ʖ ͡ᵔ )■ Jungkook tidak suka hujan, membenci hujan, seakan-akan hujan seperti alergi untuknya. Lalu dia bertemu dengan Seokjin, makhluk tampan yang memiliki kemampuan...