Masa Lalu

10 2 0
                                    

"Bu.. Bukan Fa.. G.. Gue.. Cuma pengen minta maaf sama lu, gue pengen.. Kita berdamai," ucap Cassey sambil menatap Rafa dengan penuh harapan.

Seketika suasana menjadi hening. Angin yang berhembus kencang membuat rambut Cassey yang sedang digerai lurus menari nari dengan indah.

"Rencana apa lagi sih Cas, yang mau lu lakuin untuk jatuhin gue? Mungkin gue nggak tau apa yang lu rencanain sekarang, tapi.. Gue cuma pengen kasih tau lu tentang 1 hal yang sangat penting buat lu."

"Gue, nggak akan maafin lu sekalipun lu sujud sujud dan meminta minta dihadapan gue!" "And one thing last, apa tadi lu bilang? Berdamai? Sekalipun dunia kiamat, gue berjanji sama diri gue sendiri dan seluruh makhluk hidup di alam semesta ini, termasuk lu! Untuk tidak akan pernah menerima permintaan perdamaian dengan orang munafik yang selalu menjadikan seseorang menjadi bahan permainan!"

"Mungkin, Rafael Chandrawijaya yang selama ini lu kenal, bukan kayak gini.. Tapi sorry, selama ini lu nggak pernah tau kan gimana gue marah? Ini bukan apa apa Cas.. Ini nggak ada apa apanya kalau lu bandingin marahnya gue sama sesama cowok. Lu beruntung jadi cewek. Kalau lu pengen tau yang sebenernya, lu bisa tanya sama Arka, gue pernah marah besar sama dia. Udah ya, gue nggak punya waktu untuk ngeladenin orang muna kayak lu," jelas Rafa dengan raut muka penuh emosi yang segera meninggalkan Cassey begitu saja.

"Rafa!! Tunggu, kasih gue 1 kesempatan lagi untuk buktiin ke lu kalau gue serius sama omongan gue yang tadi! Rafa, please, i don't want to have an enemy!" ucap Cassey yang berusaha mengejar Rafa yang tengah berada jauh di depan dan sedang memulai lagi permainan basketnya.

"Tuh kan, bener dugaan gue. Lu pasti mau nyamperin dia untuk minta maaf kan? Udah lah Cas.. Yang penting kan lu udah minta maaf, tentang dia mau maafin lu atau nggak, itu urusan dia sama yang di atas." ucap Vira yang tiba tiba sudah berada tepat di samping Cassey.

"Iya Cas.. Lu nggak perlu mikirin soal dia mau maafin lu atau nggak. Bukannya lu yang bilang sendiri kalau kita nggak perlu mikirin sesuatu yang udah berlalu, apalagi dia sekalipun nggak pernah mikirin kita?" ucap Lia bijak.

"Tapi ini beda Lia, jujur.. Akhir akhir ini, gue ngerasa nggak tenang karena Rafa belum bisa maafin gue.. Gue juga nggak tau kenapa, tapi sejak waktu itu Arka sempet nyinggung tentang almarhum bokap, gue jadi pengen berdamai sama dia.. Pengennya sih nggak cuma berdamai, tapi.. Lebih dari sekedar teman," ucap Cassey.

"Maksud lu?? Jangan bilang lu mau balikan sama Rafa!" ucap Ara kaget.

"Ra.. Waktu bokap gue meninggal, cuma dia satu satunya orang yang masih mau peduli sama gue. Yang lain mah boro boro, malah sibuk sama urusan nya masing masing. Ya meskipun, nggak lama setelah itu, dia mutusin gue. Dia yang persiapin semuanya, mulai dari pemandian nya, sampai kendaraan untuk mengantar almarhum ke tempat peristirahatan terakhir. Gue ngerasa, gue kelewatan Ra.. Nggak seharusnya gue membalas kekecewaan gue sama dia akibat dia mutusin gue sampai kayak gini." curhat Cassey.

"Oh ya? Kok lu nggak pernah cerita sama kita kita?" tanya Lia.

"Iya sorry, nggak sempet gue, kan gue sibuk." canda Cassey sambil mengangkat kedua alisnya.

Semua pun tertawa. Tak disangka, dibalik semua itu, ada seseorang yang memerhatikan mereka diam diam. Orang itu melihat dengan tatapan iri, dan seperti ingin ikut bergabung dengan mereka. Namun sayang, dia masih belum cukup nyali untuk memberanikan diri bergabung dengan Cassey.

"Rasanya, aku ingin kembali ke masa lalu dan memperbaiki semuanya, agar dapat kembali bergabung denganmu Cas." gumam gadis dengan name tag Aletta Vania itu dalam hati.

***

"Fa, tadi Cassey ngomong apaan aja sama lu?" tanya Arka dengan segumpal rasa penasaran dalam tubuhnya.

"Kepo lu!"

"Oh jadi gini nih sekarang, mau rahasia rahasia an sama gue?" canda Arka.

"Baperan amat lu Ka, nggak, dia cuma bilang minta maaf doang, terus malah minta berdamai. Coba deh lu pikir, logis nggak sih, tiba tiba, nggak ada angin nggak ada hujan, dia minta maaf sama gue?" ucap Rafa.

"Seriusan Fa? Terus lu bilang apa?"

"Gue bilang aja, sampai kapanpun gue nggak akan maafin dan nggak akan berdamai. Biar tuh anak ngerti gimana rasanya, seenaknya aja." ucap Rafa.

"Lu gila ya Fa? Bukannya lu dulu lebih kejam sama dia? Waktu lu masih sama dia, sebenarnya lu nggak bener bener mencintai dia dengan tulus kan? Habis bokapnya meninggal, dan bertepatan sama Letta pindah, lu langsung mutusin dia tanpa alasan, please, jujur sama gue Fa, sebenernya apa alasan lu putusin dia? Gue janji deh, nggak akan cepu." ucap Arka.

"Lu.. Tau darimana tentang semua itu?" tanya Rafa sedikit tergagap.

"Gue itu sahabat lu dari kecil. Gue tau apa pun yang lu pikirin dan rasain, termasuk tentang itu."

"Iya Ka, gue.. Emang sebenernya sama sekali nggak suka sama Cassey. Gue itu sebenernya dulu suka sama Letta, tapi kan dulu Letta udah sama lu, jadi-" jelas Rafa, namun terpotong oleh Arka yang segera melontarkan pertanyaan.

"Lah, terus kenapa lu pacarin Cassey kalau jelas jelas lu sama sekali nggak ada perasaan sama dia?" tanya Arka.

"Dengerin gue dulu ngapa Ka, kok lu emosi, ya, gue akuin itu emang kesalahan gue karena sempet mainin perasaan dia. Tapi, nggak sepenuhnya kesalahan gue Fa. Dulu, sebelum gue sama Cassey, dan pas lu lagi keluar kota, Cassey selalu dateng tiap siang ke rumah gue untuk ngehibur gue, yaa lu pasti masih inget sama kejadian kaburnya bokap gue dulu yang bikin gue selalu nangis tiap malam? Hal itu bikin gue pengen balas budi sama dia Ka, terus juga, banyak gosip yang beredar kalau Cassey itu selama ini naksir gue, sedangkan gue nggak pernah peka, katanya ya. Padahal jujur, hati gue bilang kalau gue tetep nggak bisa hilangin perasaan gue ke Letta, tapi gue juga nggak bisa biarin Cassey yang selama ini udah ngorbanin segalanya buat gue kecewa cuma karena masalah 'cinta'. Akhirnya, i decided to comply her wish tanpa mengurangi sedikitpun rasa gue sama Letta. Jadi, ya gitu.." jelas Rafa.

"Jadi selama ini, lu sukanya sama Letta? Bukan sama Cassey?" tanya Arka.

Rafa pun mengangguk dengan penuh keyakinan.

"Terus kenapa lu mutusin Cassey tepat disaat Letta pindah ke Inggris?" tanya Arka penuh selidik.

"Bujug dah Ka.. Gue udah kayak napi yang lagi diinterogasi. Untung aja jam istirahat kali ini molor lumayan panjang karena jamkos, jadi lu bisa puas dengerin cerita-" untuk kedua kalinya, ucapan Rafa kembali terpotong oleh Arka yang hanya terpaut 0,001 detik dari sahabatnya itu.

"Ya makanya, biar cepet, lu buruan jawab." ucap Arka.

"Iye iye.. Itu sebenernya cuma kebetulan aja pas waktunya Ka. Gue tuh sama sekali nggak tau kalau Letta mau pindah ke England kala itu. Gue mau buru buru mutusin Cassey tepat disaat dia masih sedikit sedih atas kepergian bokapnya karena gue pikir, hati manusia itu akan lebih terbebani kalau dia sedih disaat dia lagi bahagia dibanding dia sedih disaat dia lagi sedih. Itu persepsi gue ya, jadi jangan disamain sama persepsi orang lain, karena persepsi setiap orang itu pasti beda beda." jelas Rafa.

"Lu yakin nggak ada sedikitpun yang lu umpetin dari gue kan?" tanya Arka serius.

"Kapan sih seorang Rafael Chandrawijaya main rahasia rahasia an sama sahabatnya sendiri? Lagipula, emang raut muka gue ini kelihatan lagi ngumpetin sesuatu dari lu?" ucap Rafa bercanda.

"Terserah lu Fa. Tapi thanks ya buat penjelasan tentang masa lalu lu yang sangat dramatis itu. Sorry juga tentang Letta. Gue juga udah kapok kok sama dia. Gue sama sekali nggak tau kalau lu itu suka sama dia, lagian sih, lu pake sok rahasia sama gue." ucap Arka lembut.

"Haha.. Thanks too my best friend." ucap Rafa sambil menepuk nepuk punggung rafa dengan tangan kanannya.

"Liat aja Cas.. Seberapa kuat lu hadepin kemarahan seorang Rafael Chandrawijaya? Inget, lembaran baru, akan gue buka dan mulai from now!" gumam Rafa dalam hati.

Perfect EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang