Prolog

50 3 0
                                    

Di dalam hidup, setiap orang pasti memiliki kepingan kisahnya masing-masing. Entah itu suka maupun luka. Ada saat-saat ketika kita mengalami kegagalan maupun keberhasilan. Apalagi kalau bukan nasib? Sebab nasib adalah bagian yang kita terima, sebagai suatu hubungan sebab-akibat yang telah kita lakukan. Berbeda halnya dengan takdir. Mau tidak mau kita harus menerimanya. Seperti lahir dan mati. Kita tidak bisa memilih. Namun masa depan itu suci. Apapun keadaanmu, apapun kondisimu, jika bersyukur adalah cara untuk berdamai dengan keadaan, maka lakukanlah.

Seperti halnya berdamai dengan masa lalu. Ada yang datang, ada pula yang pergi. Kita tidak bisa terus menerus menyalahkan siapapun. Cepat atau lambat, semesta akan membawa kita ke dimensi waktu yang berbeda. Terus berjalan maju. Tidak pula sejengkal kita bisa kembali ke masa lalu. Kita hanya bisa untuk bernostalgia. Namun tidak untuk mengulanginya. Beranjak bangkit adalah pilihan yang tepat.

Adalah suatu hal yang tidak sesederhana itu. Butuh ratusan bahkan ribuan cara untuk mulai menjadi pribadi yang berdamai dengan masa lalu. Berdamai dengan luka-luka yang begitu menusuk. Bukan untuk melupakan. Sebab melupakan, adalah salah satu cara untuk memaksa diri untuk terus mengingat. Biarkan semuanya terhempas bersama angin, seiring berjalannya waktu.

Hai semesta.
Inilah secangkir kisah.
Mencoba menata masa depan.
Lalu berdamai dengan masa lalu.
Dan berdamai dengan diri sendiri.

Secangkir KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang