Usai

17 0 0
                                    

Sekian lama mereka terpaut dalam hening. Hingga pada akhirnya Ama mendapatkan kabar bahwa ayahnya Ali meninggal kemarin malam. Ama mencoba menghubungi Ali untuk berbela sungkawa. Sore itu hujan deras, membuat beberapa jalanan banjir. Namun Ama nekat untuk menghadiri pemakaman ayah Ali sore itu.

Dengan tergesa-gesa sambil diliputi isak tangisnya yang pecah, ia mengayuh sepeda menuju pemakaman tanpa mengenakan jas hujan.  Ia tidak berani untuk mendekati area pemakaman ayahnya Ali, sebab disana banyak laki-laki dan tak seorangpun perempuan kecuali dirinya di sana. Ama memperhatikannya dari jauh. Sambil melihat Ali yang diliputi isak tangis disana.

Ama tak kuasa menahan kesedihannya. Ia lantas menuju rumah temannya yang tak jauh dari area pemakaman itu. Putri memberinya segelas air putih untuk menenangkan Ama yang sedari tadi masih terisak.

"Udah, Ma sabar atuh" ucap Putri berusaha menenangkan Ama.

"Iya, Put. Makasih banyak ya udah ngijinin gw kesini sebentar buat mampir"

"Sama-sama, Ma. Gw juga turut berduka cita ya atas apa yang terjadi sama papahnya Ali. Semoga tenang di sana"

"Iya, Put. Makasih ya untuk support dan doanya"

***

Hari semakin petang. Ama memutuskan untuk pulang ke rumah dan pamit. Setelah pulang, ponsel Ali masih saja belum aktif sedari tadi. Ama masih memaklumi hal itu. Kehilangan orang yang amat dicintai memang sulit. Butuh waktu yang lama untuk benar-benar pulih dari keadaan. Kehampaan menyelimuti dirinya malam itu. Ditambah hujan yang masih turun sampai malam. Menambah kesenduannya hari itu. Pekat. Sunyi. Senyap.

Ama mulai rindu akan sosok Ali yang selama ini terlihat ceria dan sering bercanda dengan Ama meski hanya melalui ponselnya. Ama pun merasa bersalah sudah lama tidak mencoba menghubunginya dan terus menghindar saat Ali mencoba untuk menanyakan padanya.

***

Sudah hampir dua bulan Ali jarang menghubunginya. Terakhir, ia hanya bilang bahwa saat ini ia sedang tak ingin diganggu. Ia masih berkabung. Ama mencoba untuk mengerti hal itu.

Sampai pada suatu ketika, teman masa kecil Ama, yaitu Sherly menghubungi Ama dan ingin bertemu dengannya di taman esok hari. Kala itu Sherly juga mengajak temannya, Sasha. Mereka bertiga berbincang mengenai banyak hal, yang ternyata mereka baru tahu jika mereka pernah berurusan dengan laki-laki yang sama, yaitu Ali.

Sasha merupakan mantan Ali di masa lalu, sedangkan Sherly adalah teman lama nya, lalu Ama punya hubungan spesial dengan Ali, namun tidak bisa dibilang mereka pacaran. Hubungan tanpa status mereka akhirnya membuat Ama merasakan bimbang. Ingin cemburu tapi tak punya hak, bersikap biasa saja namun sakit.

Akhirnya Sherly mengungkapkan perasaan kesalnya kepada Ali karena merasa diberi harapan palsu. Ia sempat menaruh rasa kepada Ali, padahal kala itu, Ali masih dekat dengan Ama. Situasi seperti ini akhirnya membuat Ama kesal dengan Ali dan tidak jujur perihal komitmennya. Ia ternyata pernah jalan berdua dengan Sherly tanpa sepengetahuan Ama. Menghilangnya Ali selama ini ternyata ada sosok perempuan lain yang mengisi hari-harinya, yang ternyata perempuan itu ialah teman dekat Ama sendiri.

Ama mengetahui hal itu seketika terdiam. Ali sudah berbohong padanya. Sikap berbaik sangkanya selama ini ternyata tidak sesuai kenyataannya. Ama memang tidak bisa menaruh curiga pada Ali selama ini. Sherly ternyata pun tidak mengetahui hubunganku dengan Ali. Akhirnya setelah pertemuan mereka bertiga, Ama langsung menghubungi Ali dan meminta penjelasannya.

Ali meminta maaf karena selama ini menutupi semuanya dari Ama. Ama tak begitu saja memaafkannya. Hatinya kecewa mendengar semua itu.

Pada akhirnya semua itu harus usai dan masing-masing memutuskan untuk berpisah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Secangkir KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang