Ice Cream

30 2 0
                                    

Ama pernah bercerita bahwa ia tak ingin kenal lebih dalam oleh seseorang yang bernama si Manshur itu. Manshur memang sangat dikenal karena kegemarannya mendekati beberapa wanita. Manshur memiliki julukan "Playboy" disekolahnya. Hal itulah yang membuat Ama enggan mengenal Manshur lebih dekat. Manshur memiliki sahabat dekat bernama Sahid. Berbeda halnya dengan Manshur. Sahid sangat setia dengan wanita yang dipilihnya.

Kala itu, Manshur mendekati Ama. Kemudian kedekatan mereka berlanjut menjadi sahabat. Ama sering curhat dengan Manshur tentang pacarnya yang sangat posesif. Karena sudah tak tahan lagi dengan Putra, akhirnya Ama memutuskan hubungannya dengan Putra. Bukan hal yang mudah bagi Ama untuk move on dengan Putra.

"Ma, udahlah gak usah galau lagi. Move on dong. Kan ada gue."

"Gak gampang, Man buat lupain Putra."

"Pasti lu bisa kok. Gue yakin, lu bakal nemuin orang yang jauh lebih baik daripada Putra."

"Hmm"

Manshur sering mengirim pesan singkat kepada Ama. Manshur ternyata orang yang menyenangkan. Manshur juga sering mengajak Ama untuk pergi bersama. Ia mengajaknya untuk bermain game online yang sedang hits kala itu. Yaitu game perjuangan semut.

"Ma, main game perjuangan semut yuk!"

"Oke, lu main di warnet mana?"

"Gw main di warnet Bulan nih, lu main diwarnet mana?"

"Gw main di warnet deket rumah gw. Yaudah gw otw dulu ya. Nanti sms lagi."

"Okee"

Mereka selalu war dan itu menyenangkan bagi Ama. Ama mulai nyaman dengan Manshur yang terus perhatian kepadanya. Bukan itu saja. Manshur senantiasa menjadi pendengar baiknya ketika Ama ingin bercerita tentang apapun.

Sampai suatu ketika, Manshur mengajaknya pergi ke Mall. Ama yang saat itu masih polos, baru pertama kalinya pergi ke Mall berdua dengan  cowo. Saat itu, Manshur mengenakan kemeja warna biru, sedangkan Ama mengenakan kemeja warna ungu. Ama belum bisa make up. Ia hanya menggunakan bedak bayi. Namun, bedaknya terlihat dijilbabnya. Ama memang sangat gugup kala itu. Sebab ini adalah kencan pertamanya bersama seorang cowo.

"Itu di jilbab lu ada bedaknya dikit. Lu tadi buru-buru ya?"

"Eeh, hmm hehe iyaa."

Putra, mantannya tak pernah mengajaknya jalan-jalan. Mereka berpacaran hanya via pesan singkat atau sms saja. Bagi Ama, Manshur sangat berbeda dengan Putra. Manshur memberikan perhatiannya secara langsung. Sedangkan Putra tak pernah memperlakukannya layaknya seorang pacar. Mereka selalu bertengkar karena masalah apapun. Bahkan masalah yang sangat sepele.

Ama tak masalah karena telah menganggap Manshur sebagai sahabat terbaiknya. Sesampainya di Mall, Manshur memegang tangan Ama. Ama terlihat gugup dan tak mengerti apa maksudnya. Manshur memberikan semangkuk ice cream untuk Ama. Mereka berdua duduk disebuah bangku.

Manshur mengutarakan perasaannya kepada Ama. Manshur mencintainya dan ingin menjadikan Ama sebagai kekasihnya. Ama saat itu berbunga-bunga hatinya. Lalu ia menerima Manshur sebagai kekasihnya. Kekasih sekaligus sahabat terbaiknya.

"Ma, gw mau ngomong serius sama lu."

"Apa?"

"Sebenernya, gw udah lama naro perasaan ke elu. Gw suka sama lu, Ma. Lu mau gak, jadi pacar gw?"

"Hmm, bentar. Lu suka sama gw karena apa?"

"Lu beda dari cewek-cewek lain. Lu spesial buat gw. Lu asik orangnya."

"Gw kan nggak cantik, Man"

"Lu itu manis, Ma"

"Hmm yaudah gw nerima lu."

"Beneran? Waahh thanks banget"

"Iya."

Manshur terlihat begitu sumringah mendengar jawaban Ama yang menerima cintanya. Lalu mereka melewati hari-harinya sebagai kekasih. Manshur sangat perhatian. Ama jadi suka. Waktu itu, Ama mendapat tugas dari guru Bahasa Indonesia untuk melakukan wawancara. Manshur ikut untuk menemaninya. Manshur tak ingin Ama naik angkot sendirian sedangkan teman-temannya menggunakan motor. Mereka menuju kawasan laut untuk mewawancarai seorang nelayan.

Ama sangat antusias dengan wawancara tersebut. Timnya sangat kompak dengan pendelegasian tugas yang bagus. Ama ingin saat mempresentasikan hasil wawancaranya, timnya mendapatkan nilai yang bagus. Usai mewawancarai nelayan, Ama kembali pulang. Bersama Manshur.

Sebelum pulang, Manshur sempat mengajak Ama untuk berfoto bersama. Saat itu belum ada handphone layar sentuh dengan kamera depan. Sehingga mereka masih menggunakan handphone bertombol qwerty yang kameranya tak sampai 2 megapixel. Sehingga gambar yang dihasilkan tidak jernih. Buram.

Hari-harinya dipenuhi dengan canda dan tawa. Manshur selalu bisa membuat Ama tertawa. Meskipun receh, tapi Ama suka. Senyumnya memang membuat Manshur begitu mengaguminya. Belum lagi, Ama dikenal menjadi salah satu bintang kelas disekolahnya. Sehingga Manshur suka.

***

Hubungan mereka tidak berlangsung lama. Banyak isu yang berhembus menerpa hubungan mereka. Mulai dari orang ketiga, sampai Manshur yang mulai bosan dengan Ama. Sebab mereka berpacaran, namun tidak pernah berpelukan atau berciuman seperti muda-mudi lainnya. Ama memang tak ingin melakukan hal itu. Sebab belum waktunya. Semua hal itu dilakukan seharusnya ketika sudah menyandang status menikah. Ama bertekad untuk terus menjaga harga dirinya. Ia lebih memilih untuk putus.

Sampai suatu ketika, masalah benar-benar menerpa mereka. Kala itu, Ama ingin mengajak Manshur menonton film Perahu Kertas. Namun Manshur tidak mengiyakan ajakan itu dengan alasan ingin mengerjakan tugas. Akhirnya Ama hanya dirumah menatap langit-langit kosong. Tiba-tiba temannya, Vina mengajaknya untuk menonton film Perahu Kertas hari itu. Ama mengiyakan ajakan Vina.

Sesampainya dibioskop, Ama sangat terkejut karena disana ia berpapasan dengan Manshur. Ternyata Manshur telah membohonginya. Ia malah pergi bersama teman genk-nya untuk menonton film tersebut.

Ama tak peduli. Akhirnya ia hanya diam. Manshur mencoba menjelaskan namun Ama tetap bungkam. Ama tetap menonton film. Walau iya duduk tidak sebaris dengan pacarnya. Perang dingin. Ama tak ingin ribut ditempat umum. Sehingga ia memilih diam. Saat filmnya usai, Ama sangat berterima kasih kepada Vina. Jika Vina tak mengajaknya, mungkin Ama tak mengetahui hal itu.

Sesampainya dirumah, Manshur mengirimkan pesan singkat berupa permintaan maafnya kepada Ama. Akhirnya Ama memaafkaannya. Namun, sejak kejadian itu, Ama merasa bahwa hubungan ini sudah tidak bisa dilanjutkan lagi. Ama menganggap bahwa Manshur memang tipe cowo yang mudah bosan.

Belum lagi tentang isu yang beredar bahwa Manshur memang suka sama cewek lain.

Dan..
Mereka putus.

Secangkir KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang