Bagian 4

133 9 3
                                    

Kau tahu? Sesungguhnya aku hanya beralasan ketika aku mengatakan bahwa ingin menjadikan lelaki yang kini tinggal satu ruangan denganku ini sebagai pesuruh. In fact, sebagai putri CEO, aku bahkan memiliki lebih banyak pesuruh daripada yang bisa kau bayangkan dan mereka meliputi segala bidang. Jadi sebetulnya aku tak perlu susah-payah mencari pesuruh lagi karena ayahku telah memberikan segalanya padaku kecuali kebebasan. Alasan sebenarnya aku mengikat lelaki ini adalah untuk membungkam mulutnya atas segala hal yang terjadi malam ini dan mungkin malam selanjutnya. Karena aku telah mengambil risiko besar dengan membiarkan seorang kriminal tinggal di rumahku, itu berarti aku harus bisa memberikan balasan yang setimpal atas kemauannya mengisi ruang kosong di kamar ini.

Berisiko sekali, bukan? Sekarang aku hanya tinggal memutar otak dan berpikir bagaimana caranya menyembunyikan manusia di dalam kamar tanpa ketahuan siapapun termasuk kedua orang tuaku.

"Kim Mingyu." Aku duduk di sampingnya usai membereskan ranjangku. "Kusarankan kamu untuk mandi dulu karena sungguh, dirimu seperti gelandangan yang nggak mandi satu tahun." Aku menutup hidung. "Cepat mandi dan nggak usah pikirkan pakaiannya, biar aku yang siapkan." Aku beranjak menuju lemari dan mengeluarkan beberapa koleksi pakaian laki-laki yang kudapat dari suatu tempat.

"Lo bahkan punya baju cowok?" ia tertegun. "Apa sebelumnya lo sering nyelundupin cowok ke sini dan itu adalah baju dari cowok-cowok yang berhasil lo selundupin?"

Ptak! Aku menjitak kepalanya. "Enak aja. Aku bukan anak nakal, tau. Masalah baju cowok itu, kamu nggak perlu tau aku mendapatkannya dari mana. Pokoknya, kamu nggak usah khawatir. Semua baju yang aku kasih ke kamu itu baru dan bermerek. Nggak usah banyak protes juga. Sekarang kamu hidup di kamarku, jadi tau diri sedikit." Mendadak aku berceramah. Seperti orang bodoh, Mingyu menelan mentah-mentah apa yang kukatakan kemudian kaki jenjangnya melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Dasar berandal menyebalkan. Ia bahkan sempat-sempatnya men-judge aku sering membawa cowok ke kamar.

"Handuk?" teriaknya dari dalam kamar mandi. Sebuah handuk berukuran besar kulemparkan asal tanpa melihat sasaran. "Sikat gigi?" satu paket sikat gigi beserta pasta gigi lolos dari genggamanku usai kulemparkan ke dalam kamar mandi. Sumpah, dia ini menyebalkan banget. Beruntung baginya menyimpan rahasiaku sehingga dia kuizinkan untuk bermalam di sini.

Sembari menunggu lelaki itu menyelesaikan acara membersihkan diri di dalam, aku menyalakan televisi untuk mengusir kebosanan. Setelah ini akan kupermak sedikit dirinya supaya nggak terlihat memalukan. Sebenarnya dia itu lumayan, sih. Hanya saja habitatnya yang nggak pas membuatnya terlihat buruk.

"Gue udah selesai." Lapornya padaku. Tanpa dikomando, kepalaku menoleh ke arahnya dan... wow, apa yang harus kukatakan saat ini? Sudah kubilang dia itu lumayan dan nggak jelek-jelek amat. Nggak jelek sama sekali, malah. Kasihan banget. Manusia sebagus ini kenapa nasibnya seburuk itu, sih?

"Gyu." Aku menarik tangannya dan menyuruhnya duduk di sofa. "Kamu sebenarnya tampan, tapi kenapa harus tinggal di kolong jembatan? Untung aku yang menemukanmu bukan tante girang." Aku menepuk jidat. Bahaya juga, sih, kalau benar yang menemukan dia di sana adalah tante girang. Mungkin sekarang mereka sudah adu kekuatan di ranjang. "Kalau begini, aku bisa mengontrakmu lebih lama, kan?" tanyaku disertai senyuman jahil.

"Mengontrak? Silakan aja. Gue emang beruntung dipungut sama cewek tajir kayak lo. Setidaknya gue bisa minta macem-macem karena di sisi lain gue udah nemenin lo ke klub dan tau rahasia lo. Makasih, ya." Untuk pertama kali ia menunjukkan senyum tulusnya. Anjir. Manis banget gila. Aku merasa seperti mendapat jackpot begitu tahu lelaki ini mau kuperbudak. Duh, jadi nggak tega.

MY BOY IS A "CRIMINAL" [18+] : KIM MINGYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang