Bagian 6

155 8 7
                                    

Aku mendorong pintu bank. Manusia yang berlalu-lalang membuat kepalaku pening. Aku sempat tak fokus dengan tujuan utamaku sebelum Mingyu menyenggol lenganku perlahan.

"Jangan lupa." Ia berbisik. "Lo bertanggungjawab atas satu juta dolar."

"Iya, iya." Dengusku kesal. "Aku masukkin tiga juta dolar sekaligus ke rekening kamu biar kamu nggak cerewet terus."

Mingyu terkekeh pelan. "Cewek yang pengertian."

Entah benar atau tidak, sekilas mataku menangkap sekelebat bayangan berwarna hitam di dekat salah satu teller. Aku mengusap mataku untuk memastikan bayangan apa itu, namun setelahnya bayangan itu menghilang.

Hantu?

"Mirae, tunggu sebentar. Ada sesuatu yang ketinggalan." Pamit Mingyu padaku sebelum membuka pintu bank dan melangkah keluar menuju mobil. Ada sesuatu yang ketinggalan? Memangnya dia membawa apa? Apa aku yang kurang perhatian karena tidak tahu barang apa yang dibawanya?

"Permisi, Mbak. Saya mau buka rekening." Aku melempar senyum di depan pegawai bank. "Atas nama Kim Mingyu..."

"Angkat tangan! Ini perampokan!"

Apa?

DOR! DOR! DOR!

Apa yang bisa kurasakan saat ini hanyalah waktu yang berhenti berdetik. Entah perasaanku saja atau apa, tubuhku yang semula normal kini tak bisa kugerakkan sama sekali. Irisku menangkap pemandangan orang-orang yang berlarian panik karena segerombolan perampok mulai memasuki bank. Ternyata sosok yang kulihat tadi bukan hantu, melainkan perampok. Jadi, aku tidak salah lihat?

"Hwang Mirae." Suara berat tertangkap di telingaku. "Kita harus melarikan diri dari sini. Cepat."

Sadar tak sadar aku mengikuti langkah Mingyu menuju salah satu ruangan yang aku tak tahu namanya, yang jelas ruangan ini terletak di dalam bank dan entahlah ia mendapatkan akses darimana sehingga ia bisa memasuki ruangan ini. Belum hilang rasa bingungku, aku sudah dikejutkan oleh sebuah pistol yang Mingyu genggam di tangan kanannya. Apa-apaan?

"Mingyu, itu..."

"Ssst." Ia meletakkan telunjuknya di bibirku, mengisyaratkan aku untuk diam. "Gerombolan perampok lagi beraksi di luar. Sebaiknya lo nggak perlu bicara dan diam aja di sini." Ucapnya pelan. Aku mengatupkan bibirku. Otakku tak bisa berpikir rasional saat ini. Apa yang terjadi? Situasi macam apa ini?

"Ming..."

Dor.

Mataku terbelalak begitu tubuh salah seorang pegawai bank lelaki jatuh tersungkur di depanku. Untuk sesaat, otakku mencoba mencerna apa yang terjadi dalam waktu sepersekian detik sebelumnya karena aku tak begitu fokus.

Aku berusaha mengikuti isyarat Mingyu untuk diam dan aku melakukannya. Kemudian ketika aku hendak memanggilnya, seorang pegawai bank mendobrak pintu tempat kami bersembunyi dan sebuah peluru mengarah ke dadanya lalu ia jatuh tersungkur.

Begitukah?

Aku menatap Mingyu untuk meminta kepastian namun yang kudapatkan hanya sebuah anggukan pelan.

Mingyu?

Ia membunuh pegawai itu?

Tubuhku gemetar. Aku tak biasa berada di situasi seperti ini namun mengapa aku harus berada di situasi seperti ini?

MY BOY IS A "CRIMINAL" [18+] : KIM MINGYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang