02

1.6K 87 0
                                    

"NABILAAA, OMG NAB," sorak Via.

"Lo kenapa sih?" cetus Nabila.

"Nab, ada kabar hot Nab di kantin. Gilaaa," decak Via.

"Kabar apaan?" tanya Nabila masih heran.

"Lo di taks—" ucapan Via terhenti ketika Tia menutup mulutnya.

"Lo cempreng amat sih ember bocor," kesal Tia.

"Apaan sih pada aneh gini?" rutuk Nabila.

"Nab ini spektaculer Nab, anak kelas dua belas aja udah pada tau kalau—"

"Lo bisa diem gak Vi? Dari tadi bikin naik darah aja," kesal Tia sambil menutup mulut Via lagi.

"Emang ada apa sih?" tanya Nabila lagi.

"Gak ada apa-apa Nab. Itu tadi ada tikus lewat di lorong," jawab Tia mendustai.

"Aneh deh kalian. Gue mau beli pulpen dulu deh," ujarnya lalu bengkit dari kursinya menuju koperasi.

Arsen yang selalu berdiri di depan kelasnya tak sengaja melihat Nabila keluar dari kelas.

Gadis itu menuruni tangga lalu menyebrangi lapangan.

Seperti mengetahui gerak gerik gadis itu, Arsen turun dari kelasnya.

Karena fokus menaiki tiga buah anak tangga kecil, Nabila menabrak seorang cowok hingga buku di tangan cowok itu jatuh ke lantai.

"Eh, maaf kak... maaf," ucapnya lalu memungut buku cowok itu.

"Lain kali kalau jalan jangan nunduk, bahaya!" sarannya.

"I-iya, maaf ya kak. Buru-buru tadi mau ke KopSis. Jadi gak liat jalan," ujarnya.

"Lo Nabila ya?" tanya cowok itu.

"I-iya, kok kakak tau nama saya?" balasnya.

"Gue Arsen, temennya Soni. Lo inget kan di depan kelas gue waktu itu?"

"Oh, iya aku ingat. Sekali lagi maaf ya kak, sumpah aku gak sengaja," ucap Nabila lagi.

"Udah nggak papa kok." sahutnya.

"Kalau gitu aku duluan ya kak. Takut bel nanti," pamitnya.

Arsen hanya mengangguk lalu terpaku ketika gadis itu mengukir senyum untuknya. Sungguh manis.

"Woi Sen, bagus juga ya taktik lo. Kek sinetron gitu," ledek Andre dari lantai dua tepat di depan kelasnya.

"Tau aja lo," cengirnya lalu kembali ke atas.

***

"Tia," panggil Nabila saat Tia duduk di dekat pintu.

"Ini catatan lo. Makasih banyak ya," ujarnya.

"Oh sama-sama Nab," balasnya.

"Tia, gue mau tanya sesuatu boleh gak?" tanya Nabila.

"Ya Nab, tanya aja."

"Tadi gak sengaja gue denger di kelas sebelah pada ngomongin gue sama kakak kelas. Emang ada apa sih? Tadi si Via juga heboh," ucapnya.

"Hah, seriusan lo nanya ini ke gue?" tanya Tia balik.

"Aneh aja gitu, anak-anak pada ngomongin gue. Dah tu lari ke kakak kelas. Heran aja sih, emang gue ada salah ya?" ucapnya lagi.

"Via.. Mia... sini deh!" panggil Tia.

"Ya ada apa Ti?" tanya Via.

"Nabila tanyain soal di kantin tadi, eh—" Tia malah keceplosan.

"Soal di kantin? Soal apa?" tanya Nabila bertubi.

"Beneran mau tau?" tanya Tia memastikan.

"Please deh jangan bikin gue penasaran." bujuknya.

"Lo di taksir sama kakak kelas Nab," ucap Via pelan.

"Hah? Kakak kelas? Siapa?" tanya Nabila sedikit terkejut.

"Denger-denger sih... temennya mantan Mia. Kak Soni," sahut Tia.

"Ih, kalian ngaco deh. Nggak mungkin," elaknya.

"Makanya Nab, seluruh anak dua belas IPA udah pada tau. Tadi di kantin, cowok yang naksir lo itu di buli temennya, di ledekin. Kasian juga gue sama dia," ujar Via terkekeh.

"Tapi Nab dia itu ganteng, tajir, dan kayaknya juga baik." ujar Tia.

"Jangan mau di taksir kakak kelas. Dia suka semena-mena ama kita," bantah Mia.

"Dih, gak semua cowok kali Mi kayak gitu." bantah Via.

"Cowok itu suka banget liatin lo kalau lagi nulis di depan. Secara kelas kita kan bersebrangan," jelas Tia.

"Emang siapa sih?" kesal Nabila

"Nanti lo juga bakal tau. Intipin aja pas lo nulis di depan." ujar Via.

***

"Woi Sen, liatin apa lo?" tanya Andre.

"Tuh, Nabila lagi nulis." tunjuknya. Tapi matanya tetap menatap gadis itu.

Nabila yang nampak fokus mencatat. Hingga tak sadar bahwa ada seseorang yang selalu memperhatikannya.

"Gimana cara lo deketin dia?" tanya Soni.

"Gue chat dulu kali. Biar lebih dalem aja gitu," sahutnya.

"Suka amat lo sama dia," cibir Andre.

"Lo inget gak waktu MOS? Nabila itu kan yang pingsan di lapangan" ujarnya.

"Lo suka sama dia karena kasihan?" tanya Andre.

"Gue suka sama dia emang tulus dari hati. Tapi yang gue lihat, ngedeketin dia agak susah. Pendiem orangnya," jelasnya.

"Nabila emang gitu. Dia gak bakal banyak omong sama orang yang baru kenal," ujar Soni.

Sesaat gadis itu berhenti menulis lalu menghadap teman-temannya. Sepertinya ada yang bertanya, mungkin karena tulisan tidak jelas atau lainnya.

Dan Arsen kembali terpaku ketika Nabila tertawa manis menghadap temannya. Bisa terlihat jelas di mata cowok itu.

"Gue bakal dapetin dia," ucapnya yakin.

***

Kata Via, kakak kelas itu suka liatin gue kalau lagi nyatat di depan. Kira-kira siapa ya? Batin Nabila lalu melirik kelas yang berhadapan dengannya itu.

Tepat di seberang sana Nabila bisa melihat dengan jelas ada tiga cowok. Dan dua dari cowok itu Nabila tau. Dia Arsen dan Soni, dan yang satu lagi.. Nabila kurang tau.

Siapa sih yang suka liatin gue? Batinnya karena merasa tak satupun dari cowok itu yang meliriknya.

***

"Lo seriusan suka banget sama tuh adek kelas?" tanya Soni.

"Emang kenapa? Lo raguin gue amat. Gue ngerasa dia itu cewek yang beda dari yang lain. Makanya gue tertarik sama dia. Disekolah ini siapa yang gak suka sama gue coba, sekali lirik aja cewek pada klepek-klepek. Kecuali dia. Tuh cewek gue kejar malah lari" jelasnya.

"Gue dukung lo ngejar dia" ujar Andre.

"Gue bakal dapetin dia. Karena baru kali ini gue rasain hal beda sama cewek."

"Maksudnya?" tanya Soni.

"Rasa nyaman yang gak pernah gue miliki atau gue rasain sama cewek lain. Itu yang mau gue dapetin," jelasnya.

»«

To Be Continued 💕

27 juni 2018

ARSENABILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang