1. Pertemuan Tak Terduga

59 2 0
                                    

  
  Secangkir kopi berwadah piring mungil cantik bersemedi di atas meja berselimut hijau sederhana. Menemaniku yang tengah bersantai di halaman rumah berhias tanaman bunga dan kolam ikan berbentuk persegi. Bunga-bunga mekar mempersembahkan semerbak bau khas yang berkolaborasi dengan udara menyapu hidungku dengan aroma indahnya. Sejenak ku arahkan mata ini ke langit biru berteman awan putih dan burung-burung terbang ceria dengan kepakan sayap yang indah.

"Subhanallah... " gumamku menggerakkan bibir tanpa suara dengan menyunggingkan sepercik senyuman, karena melihat ciptaan tuhan yang Indah dan jelita, membentuk setengah lingkaran berpaduan warna-warna yang di adopsinya.

Ya, dialah pelangi. Pelangi ciptaan sang semesta yang hadirnya sementara, setelah hujan lelah menurunkan air jernihnya dalam memberi kehidupan pada setiap hamba dan sekitar yang ada di bumi.

Aroma kopi dengan asap yang mengepul seakan menggairahkan hati untuk ku nikmati.
Ku jemput dengan tangan kanan yang memegang gagang cangkir, kuangkat perlahan mengucap basmalah.

"Bismillahirrahmanirrahim.." ku teguk perlahan berjeda tiga kali dengan maksud mengikuti sunnah nabi.

Ku sruput dengan nikmat, sedangkan asap mengepul secara perlahan, terbang melayang menyatu dengan udara.

"Alhamdulillah.. " ucapku dengan rasa syukur kepada ALLAH yang telah memberiku nikmat kesehatan, meminum secangkir kopi di sore hari.

"Selamat sore Surya..." sapanya, memudarkan lamunanku.

"Sore.., eh.. Aram..?" sapaku menghampirinya yang sedang berdiri di luar pagar, tersenyum dengan kumisnya yang tipis, berambut klimis, berpakaian santai berwarna biru langit.

Ku buka pintu pagar bercat coklat tua mempersilahkannya untuk masuk.

"Hm.. silahkan masuk! ngobrolnya di dalam aja."

"Eng.. Iya."

☆☆☆

   Cristopher Abiram. Kebanyakan orang memanggilnya biram. Lain denganku yang memanggilnya Aram (Aa' biram) #hehhey

Aram adalah teman kecilku saat SD sampai SMP. Sudah lama kami tak bertemu lagi selama 4 tahun, semenjak aram melanjutkan studinya di luar negri.

"Silahkan duduk."

"Eh, iya makasih."

"Oh iya, gimana kabar ente ar?." Tanya aku memulai pembicaraan.

"Mhh.. baik sur."

"Keluarga ente?."

"Baik juga, kalau ente sama keluarga gimana?."

"Alhamdulillah baik, cuma.. abahku sudah almarhum 3 tahun yang lalu."

"Eng.. turut berduka cita ya sur, maaf ane gak tau, dan ane juga gak datang. Ente kok gak ngabarin ane?."

"Gimana yang mau ngabarin, ente kan ada di luar negri."

"Ya kan ente bisa telepon atau sms aku sur."

"Ane takut ganggu ente ar."

"Berarti, ente di sini cuma tinggal sama ummik ente, berdua? Mana ummik?."

"Iya, ummik ada di dalam lagi masak. Eh tunggu bentar ya, ane mau kedalam dulu." ucapku sembari mengambil sisa cangkir kopi di atas meja tuk ku letakkan ke dalam.

"Oh, iya." jawabnya dengan anggukan.

☆☆☆

Selesai sudah ku membuatkan hidangan dengan bantuan ibuku. Segera ku menghampirinya kembali, yang ku lihat ia tengah asyik memandangi bunga-bunga mekar di halaman rumahku.

"Rupanya kau disini, Ayuk masuk kedalam! Hidangan sudah menunggu."

"Wah.. repot-repot amat."

"Iya dong... Kan kedatangan tamu dari luar negri, hehhey " candaku

"Gkgkgkgk... Bisa saja kau"

"Ayolah.. Keburu dingin."

"Sedingin sikapmu ke para cewek ya sur? Hahaay..." ledeknya padaku.

"Apaan sih.." jawabku agak sewot.

"Eh.. Wait, tapi.. Beneran ya? Situ masih dingin ke cewek-cewek? jangan terlalu cuek lah sur.." godanya lagi.

"Apaan sih ar, udah ayuk masuk.."

"Gkgkgkk kalau bahas cewek pipimu memerah, Lucu tau.. Liat deh." ledeknya dengan menghadapkan hp nya ke depan mukaku.

Aku tak berkutik dan hanya diam tak membalas, karena memang kenyataan yang di bilang aram ada benarnya. Terlalu Jujur si aram mah.

☆☆☆

    Di dalam ruang tamu rumahku, terhampar tikar dan hidangan yang menyambut dengan aroma yang dahsyat. Di sebut dahsyat karena memang perut ini sudah lapar dan meminta jatahnya. Sedari tadi perut ini miscaal terus, dan selalu aku reject. #Hehey.

"Ayo nak biram, silahkan di makan! Di habisi loh ya!."

"Hm.. Ummik, emangnya prampok di habisi." candaku

"Iya ummik." jawab aram dengan tersenyum.

Tak mau menunggu lama, langsung saja kami segera menyantapnya dengan nikmat. Menu sederhana makanan ala eropa menurut keluargaku. (Tahu, Tempe, ikan paku karat, Sayur kangkung dan bayam, dengan ditemani nasi jagung dan sambal goreng di atasnya) hmm.. mantap.

"Eh ar, kamu harus cobain nih ikan paku karat kesukaan abahku." kataku sembari mengambil ikan Paku karat (alias ikan teri).

"Oke..." jawabnya dengan melahap ikan paku karat yang ku berikan.

"Kalau katanya orang Jawa, wenak toh?."

"UWWenak Tenaaan...." katanya dengan nada yang di lebay-lebaykan.

☆☆☆

   Hidangan telah selesai kami santap dengan nikmat. Hanya saja ada beberapa yg tersisa, karena perut telah lelah menanggung bebannya.
Kuangkat satu persatu peralatan yang telah terpakai ke tempat masing-masing.

Setelah pasukan kembali ke tempat masing-masing, kami langsung ke halaman depan mencari udara segar.
Lantas ku-ambil mushaf al-qur'an yang berdiri di atas meja berselimut hijau, bersandar tembok biru, tepat di sampingku yang sedang duduk.

Ku buka lembaran mushaf menuju halaman surah Ar-rahman berada, sembari ku lirik ia yang kembali asyik memandangi pemandangan bunga di halaman rumahku, dengan senyum yang menampakkan lesung pipi di keduanya.

"Sekawan Tak Seperjuangan"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang