"Kumohon jangan pernah berubah hanya karena kedatangan dia, aku belum sanggup untuk kehilangan"
🌿🌿🌿
"Lo marah ya Nay?" bisik Altan pelan, takut jika ketahuan bu Elis yang tengah menjelaskan pelajaran biologi didepan.
Naya tak menjawab dia justru sibuk menyalin huruf-huruf di papan tulis ke buku catatannya. Merasa diabaikan Altan malah menusuk-nusuk pipi Naya dengan jari telunjuknya, "Naya lo marah ya?" tanya lagi."Nggak."
"Tuhkan lo marah lagi."
"Enggak."
"Marah."
"Enggak!"
"Altan! Naya! Diam, mau ibu hukum?!" tegur Bu Elis dari depan kelas. Sontak seluruh perhatian penghuni langsung tertuju pada mereka berdua.
"Enggak bu." jawab keduanya kompak. Lalu saling melemparkan tatapan tajam.
"Kalau begitu diam dan perhatikan!"
"Iya bu,"
Altan menghembuskan napas pelan, dia menoleh menatap Naya yang kembali dengan aktivitasya yang semula. "Gue minta maaf Nay, kalau gue nyakitin lo lagi." ucap Altan lalu mengacak rambut Naya pelan.
Naya bergeming, darahnya berdesir, sentuhan Altan dipuncak kepalanya terasa begitu hangat. Menenangkan.
Naya tidak suka Altan yang menyebalkan seperti tadi, namun dia lebih takut Altan yang manis seperti ini. Hatinya lemah jika Altan sudah bersikap manis. Manis yang justru menghadirkan luka untuknya kala mengingat bahwa mereka berdua tak lebih dari seorang sahabat, meski dia mungkin menginginkan lebih.
"Aduh."
Suara ringisan seseorang menyadarkan Naya dari lamunan. Dia menoleh menatap Altan yang tengah memegangi kepalanya "Lo kenapa Al?" tanya Naya bingung.
"O-oh gue nggak papah," dusta Altan "gue dilempar sama Rendi tadi." lanjutnya lagi. Naya mengangguk dan kembali menyalin catatannya.
Altan meringis dalam hati, kepalanya berdenyut hebat seakan mau pecah. Tahu apa yang akan terjadi cowok itu langsung segera keluar dari kelas tanpa berpamitan pada bu Elis.
"E-eh mau kemana kamu Altan?" tanya bu Elis bingung dengan tingkah muridnya itu.
"Toilet bu." teriak Altan dari luar kelas. Sementara Naya hanya menatap kepergian Altan dengan ekspresi yang sulit ditebak. Entahlah dia merasa Altan menyembunyikan sesuatu darinya.
"Sstt..Nay, Naya," panggil Mita setengah berbisik.
"Apaan sih Mit, berisik tahu nggak." kesal Naya.
"Gue cuman mau nanya Altan kenapa? kok dia panik gitu,"
"Gue juga nggak tahu Mit, tapi gue ngerasa Altan nyembunyiin sesuatu dari gue." jelas Naya tanpa menatap Mita disebelahnya.
"Udah deh Nay, lo kan sahabat dia nggak mungkin deh dia nyembunyiin sesuatu dari lo."
"Iya deh gue percaya," Naya tersenyum simpul lalu kembali melanjutkan aktivitas mencatatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTANAYA
Teen FictionCinta dalam persahabatan itu bagai bom waktu yang dapat meledak kapan saja tanpa bisa di prediksi. Seperti halnya Altan dan Naya. Kebersamaan keduanya selama 15 tahun menghadirkan rasa yang tak pernah diduga keduanya. Cinta memang sulit ditebak. N...