"Patah hati? Aku sudah tahu itu dari awal. Bukankah itu resiko yang harus ku terima kala memilih jatuh cinta dalam diam."
🌿🌿🌿
Altan memberhentikan motornya tepat didepan rumahnya lalu menyuruh Naya untuk turun.
"Lah kok berhenti disini sih Al? Ini kan rumah lo, bukan rumah gue," ucap Naya sambil menunjuk rumahnya yang hanya berjarak dua meter dari tempat keduanya berada sekarang "Rumah gue yang sana! Sana! Lo nggak lupa kan?"
Altan memutar bola mata lalu melepas helmnya "Nggak usah lebay deh Nay, rumah lo tinggal lima langkah doang dari sini. Atau jangan-jangan lo...?"
Altan menatap Naya dari kaca spion dengan seringai dibibirnya lalu beralih ke tangan yang melingkari pinggangnya. Nyaman, itulah yang dirasakan Altan.
"G-gue kenapa?" tanya Naya polos.
"Lo...lo mau modusin gue lagi," ucap Altan yang langsung dihadiahi jitakan dikepalanya. Bukannya merasa sakit cowok itu justru tertawa ngakak.
"Apaan sih, Modusin lo? Ck, PD Banget!" ketus Naya.
Altan tertawa semakin keras dan itu mengundang perhatian para tetangga yang lain. Naya semakin memberenggut kesal.
"Lo nggak modusin gue? Kita udah sampai Nay tapi lo nggak mau turun dan..." Altan mengarahkan tatapannya pada tangan Naya yang masih melingkari pinggangnya.
Naya pun mengikutinya dan langsung melepas tangannya dari pinggang Altan dengan wajah memerah.
"Malah peluk-peluk gue" sepertinya dia belum puas untuk menggoda Naya. Rasanya menyenangkan melihat Naya yang memerah karena dirinya.
Dengan segera Naya turun dari motor Altan sekaligus melepas helmnya dan memberikannya pada Altan "Nggak usah PD lo! Nih ambil! Makasih tumpangannya." ketus Naya lalu berlalu dari hadapan Altan dengan cepat.
Demi apapun dia teramat kesal bercampur malu sekarang. Apalagi banyak tetangga yang diam-diam menatap keduanya. Naya yakin wajahnya seperti kepiting rebus sekarang. Demi apapun dia akan membalas perbuatan Altan. Tunggu saja.
Saat dia baru saja memasuki pagar rumah Altan kembali meneriaki namanya.
"Nay.." panggil Altan.
Naya menoleh dan berdecak "kenapa?"
"Ng-nggak jadi deh..." ucap Altan membuat Naya memutar bola mata lalu kembali melangkah masuk kedalam rumahnya.
Setelahnya Altan hanya memandang punggung Naya yang sudah menghilang dibalik pagar dengan tatapan sendu "Maaf..." lirihnya.
🌿🌿🌿
"Kasur gue jangan lo berantakin, Za" peringat Altan kepada Reza yang berguling kesana kemari diatas kasur kesayangannya.
"Nggak lo, nggak Naya suka banget berantakin kasur gue" lanjutnya.
"Iya..iya..Nih gue beresin." Reza mengumpulkan kembali bantal-bantal sekaligus selimut Altan dan meletakkannya kembali ketempat semula dengan setengah iklas.
Altan yang tengah bermain PS dengan Dicky tersenyum tipis "Good boy" ucapnya.
Setelah merapikan kasur Altan yang berantakan akibat ulahnya walaupun hanya setengah. Reza bangkit dan menghampiri meja belajar Altan.
"Pinjam komik lo ya Al," pinta Reza.
"Ck, Biasanya juga main ngambil aja," ledek Dicky sementara Altan terkekeh pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTANAYA
Novela JuvenilCinta dalam persahabatan itu bagai bom waktu yang dapat meledak kapan saja tanpa bisa di prediksi. Seperti halnya Altan dan Naya. Kebersamaan keduanya selama 15 tahun menghadirkan rasa yang tak pernah diduga keduanya. Cinta memang sulit ditebak. N...