[PAST] Scattered

11 1 0
                                    

"Day, ortu lo kagak dateng?"

"Ngga, kakakku ntar yang ambil rapot."

-

"Gak ah, Day. Sungkan ke rumahmu malem malem."

"Gakpapa, Chil. Di rumah cuma ada gue, Kak Zab, sama Igit. Kak Zab juga biasanya nugas."

"Lah, mama papamu?"

"Ortu di luar negri. Ayolahh gakpapa sekalian nginep. Biar kelar besok tugasnya."

"Oke deh. Ntar gue chat Celline."

-

Igit, Zabdan, Daya... memang. Hanya mereka yang meninggali sebuah pintu menuju tempat tinggal di dalam apartemen itu. Mungkin kalian akan bertanya, dimana orang tua mereka? Itu adalah sebuah pertanyaan yang jika dijelaskan sedikit rumit.

Zabdan, 17 tahun, Kelas 2 SMA

Aku melihatnya dengan jelas. Tulisan itu. Tulisan yang diketik seseorang karena adikku membuat masalah di sekolah. Tidak, sebenarnya dia tidak membuat masalah. Tetapi dia sedang bermasalah dengan dirinya sendiri.

Tampaknya, papa terlihat sangat geram.

Aku harus mencegahnya. Aku tahu seluruh niat buruk yang akan dilakukan papa dari dalam matanya itu.

"Pa, Zabdan jadi ke apartemennya bentar lagi kan ya."

"Tunggu naik kelas dulu aja napa, lihat ini adikmu berulah lagi. Bikin repot aja."

Pah, sebenarnya yang membuat dia berulah juga papa sendiri.

"Bukannya papa yang membuat dia gitu?"

"BERANI YA KAMU!"

"PA!!"

Ya memang begitu. Orang tua selalu benar. Jika tidak, maka kembali ke aturan nomor satu.

Mau bagaimanapun diberitahu juga tidak ada gunanya.

"Enggak, Zabdan salah ngomong tadi. Maksudnya, mereka ikut Zabdan tinggal di apartemen aja. Terus, papa mau ke eropa kan? Biar papa berangkat aja. Aku yang urus mereka. Daya sama Igit. Dua duanya."

Sebenarnya ada yang ingin kutambahkan, yaitu agar mereka tidak sengsara dengan pilih kasihmu. Hah, tapi gaada gunanya aku meluapkan amarah walaupun yang jelas jelas salah adalah papa.

".. ya udah."

"Ha?"

"Ya, kamu benar. Seharusnya memang begitu. Tapi papa agak gimana gitu kalau mau minta tolong ke kamu. Ternyata kamu yang minta sendiri."

Papa terdiam sejenak dan aku mengangguk kecil.

"Yaudah, besok papa urus semuanya. Minggu depan papa berangkat, dua minggu lagi kalian yang pindah. Nanti ktp sim dan yang lain lain, papa juga yang urus."

Segampang itu kan. Berarti benar dugaanku kalau sebenarnya dia tidak ingin repot mengurusi 3 anak sendirian. Aku sudah 17 tahun. Aku yakin bisa melakukan ini.

Hah, apa boleh buat. Yang jelas aku harus dapat mengurus kedua anak itu. Sebenarnya kalau Igit sih lumayan gampang. Mungkin karena dia masih sangat kecil, dia tidak terlalu peduli dengan semua itu. Apa mungkin karena dia seorang laki laki yang telah dilatih? Dan memiliki hormon yang jelas berbeda dengan Daya. Ah tidak, Daya pasti baik baik saja. Pasti begitu, dia adalah cewek yang kuat.

Daya adalah cewek yang tidak sensitif. Tapi peduli.

Dia dapat melalui semuanya dengan senyuman cerah itu, syukurlah.

Daya memang sedikit berbeda dari perempuan rata rata, dia punya kemaskulinan yang sedikit lebih banyak.

Daya memang kuat.

....

Sampai sampai aku lupa, kalau Daya jugalah perempuan. Bagaimanapun sifat dia yang dapat terlihat dengan mata kepala, ternyata dia masih punya titik sensitif dan lemah.

...

...aku tidak tahu harus mengapakan dia. Aku tidak pernah kepikiran soal dia yang ternyata menderita separah ini sebelumnya.

Aku tidak akan pernah tahu, jika dia tidak pernah memberitahuku. Oh? Ternyata adikku itu memang sangat pandai menyembunyikan sesuatu.

...seperti aku

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Separate WaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang