AADK : Nobar

90 8 13
                                    

Seisi kelas buangan tengah mempertanyakan (baca : memproteskan) hal yang sama. Apa pula ajakan menjijikkan itu, dan kenapa pula ketua kelas menerimanya? Isogai menghela nafas untuk sekian kalinya. Padahal ini kan satu-satunya kesempatan menghemat anggaran kelas, mengingat susahnya setengah hidup disuruh bayar kas yang hanya sepersepuluh uang saku mereka.

"Teman-teman yang budiman, kita ambil hikmahnya saja, oke?"

Isogai berusaha membujuk. Maksudnya.. Ayolah, apa yang salah dengan ini? Ini film terbaik, dan ia belum pernah menontonnya sama sekali. Lagipula, jarang sekali kan hang out tanpa keluar biaya? Rasanya seperti disponsor!

"SAYA TIDAK SUDI!"

Teriak dari belakang kelas. Seniman kelas. Didukung Okajima yang turut berkoar membatalkan acara itu. Mereka tidak peduli -- dan tidak akan pernah -- tentang apapun yang hanya menjadi kepentingan sang ikemen sendiri, sedang mereka sangat membencinya.

Di tengah kericuhan -- yang mampu menjurus ke demo amatiran -- itu, Isogai menatap seseorang. Dia nampak terganggu dengan semuanya. Ia mengulas senyum, masih ada yang tak terlalu terpengaruh dengan pemikiran kebencian.

Siapa dia? Nagisa Shiota.

Riuh terus terdengar hingga pintu kelas terbuka. Semua speechless melihatnya masuk. Tokoh yang terkenal arogan, dan sering tebar pesona, fake smile.

Siapa dia? Asano.

"Maaf mengganggu kericuhan kalian. Saya mewakili kelas 3A menyatakan sudah setuju jika benar diadakan acara nobar. Kami ingin jawaban kalian secepatnya. Bagaimana?"

Kata 'TIDAK!' terucap seketika. Asano hanya menanggapi datar. Tentu saja, itu masalahnya. Mereka jelas senang jika ada nonton bioskop bersponsor semacam itu. Namun, katakan 'tidak' jika bersama dengan kelas 3A SMP Kunugigaoka.

Lalu, mereka pikir bagaimana sulitnya Asano untuk membujuk teman-temannya agar mau gencatan senjata perintah langsung dari kepala sekolah?

Asano Gakushuu menatap Isogai Yuuma yang berdiri di depan kelas. Yang ditatap hanya nyengir bersalah. Asano bergerak mendekati pemuda bersungut. Tak ada yang memperhatikan kecuali Nagisa disana. Ia berkata sesuatu pada pemuda ikemen itu, yang dibalas anggukan dan hormat. Lantas berlalu pergi tanpa permisi.

"Yakinkan mereka, aku tidak punya cukup waktu berarti untuk membahas hal yang sama dengan kepala sekolah. Aku permisi."

Ternyata Gakushuu sudah permisi lewat Isogai.

***

"Teman-teman, aku tau, ini berat untuk kalian. Kalian membenci kelas A, aku tau. Tapi, bagaimana jika kita bersenang-senang sejenak? Toh Koro-sensei dan Karasuma-sensei sudah berbicara dengan kepala sekolah."

Mereka semakin gencar menolak. Isogai menepuk jidatnya. Astaga, selalu sulit mengatur rencana jika berhubungan dengan kelas unggulan. Isogai tak menyerah. Sudah ada satu peserta netral, ia yakin bisa meyakinkan lainnya.

Sebenarnya, sejak awal Nagisa sudah netral.

***

"Aku tau kalian membenci kelas A. Tapi kalian tau, Koro-sensei selalu mengajarkan indahnya bersatu. Tiga orang sudah menyetujuinya, dan aku yakin tak ada trik licik kali ini. Aku bisa pastikan itu. Tidak ada doktrin lagi, kelas A juga memutuskan ini murni atas dasar pertemanan. Kita bersaing, tapi hanya dalam sekolah, tidak dalam kenyataan. Ini hanya menonton film layar lebar, bukankah kalian ingin merasakan 'indahnya bersatu' dalam kenyataan?"

Akhirnya Isogai angkat bicara. Seisi kelas terdiam. Benar ucapannya. Satu persatu mulai lulut, menyetujui hal itu. Hanya Nagisa yang berpikir 'kenapa gak dari tadi coba? Terima pake bujukan sponsor film perdana.'.

Sengkleknya KunugigaokaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang