Tertawalah!

66 3 0
                                    

Hal absurd lain terjadi di kelas buangan Kunugigaoka Gakuen. Hal absurd itu bersumber dari 2 orang siswa cabul kelas. Okajima Taiga dan Maehara Hiroto.

"MINNA-SAN!"

Dimulai dari teriakan menggema itu di depan kelas. Semua yang berada di lokasi langsung berbalik, hendak mengetahui ada apa. Tak butuh waktu barang sedetik untuk membuat nitijen melongo tak percaya. Buku termesum Koro-sensei -- yang bahkan ada adegan anunya dan review b*kep terbaik -- ada di tangan si botak mesum kelas.

"O.. Okajima-kun, kau.. Dapat dari mana..?"

Nagisa membuka mulut, bertanya tergagap. Maehara dan Okajima tertawa keras, entah karena apa. Bangga kali nyolong buku keramat gurunya.

"Kalian tak boleh tau, ini adalah rahasia kami, para.... ANTICABULERS!"

Kini berganti Maehara yang bicara, dilanjut keduanya dengan gerakan ngedab ke kanan ke kiri. Separuh diantara nitijen sudah berubah ekspresi, menjadi muka heran terkonyol masing masing. Semua berubah ketika Itona menyerang dengan mulut ularnya.

"Anticabulers harus minum antimo dulu biar lancar perjalanan."

Seketika kelas dipenuhi gelak tawa. Yang disindir menggeram kesal, menatap Itona dengan deathglare yang dibalas dengan tatapan innocent andalannya.

"Oi, kau mau apakan buku itu?"

Tanya Terasaka setelah berhenti tertawa, mewakili seluruh pertanyaan dalam benak manusia disana. Okajima kembali nyengir jahat, lantas tertawa lagi. Maehara memasang senyum kesetanan, lebih setan dari Akabane Karma, tapi ga lebih setan dari Asano Gakuho.

"Kami akan berikan buku ini ke Asano-Gakuen Kaichou."

Jawab Maehara singkat. Para nitijen kembali membatu. Apakah mereka memiliki keberanian untuk menghadapi kepsek? Hmm...

"Paling juga baru liat mukanya udah mundur ketakutan dan lari terkencing kencing."

Kelas kembali riuh tawa. Bahkan Terasaka pun sampai terpingkal-pingkal mendengarnya. Itona memang benar bisa meriuhkan kelas hanya dengan kalimat sarkasnya. Lagi-lagi mereka berdua menggeram kesal pada Itona.

"Kalau Karasuma-sensei saja tidak takut, mengapa kami harus takut?"

Balas Okajima. Kali ini bukan lagi Itona, namun tukang mekanik kendaraan yang menjawab.

"Jangan lupakan senyumnya sama menyeramkan dengan kepala sekolah, mungkin mereka berbagi senyum."

Anak yang baru berhenti tertawa kembali terpingkal. Bahkan Kimura sampai tertawa guling guling saking ngakaknya. Mereka berdua menatap deathglare yang tak digubris satupun murid, lantas berlalu pergi dengan membawa tas dan raut muka kusut.

***

Jam belajar berakhir. Tim anticabulers tidak mengikutinya sama sekali. Mereka bertengger di dahan pohon tinggi. Lama mereka menunggu, sekitar 1 jam untuk mengulur waktu, lebih dahulu menghabiskan siswa-siswi di gedung utama. Setelah dirasa cukup lama, mereka mulai beraksi.

Setelah turun dari gunung, mereka langsung berlari ke gedung yang sudah sepi. Mereka sempat bertabrakan dengan ketua OSIS, namun yang terucap hanya kata maaf, tak ada balasannnya.

'Tok tok tok tok!'

Mereka mengetuk pintu dengan rasa gugup yang amat sangat. Pertama kali mereka bertemu langsung dengan kepala sekolah yang amat dingin paket lengkap aura lipannya. Tak lama terdengar jawabannya. Mereka segera masuk. Mereka mulai memikirkan kalimat Itona masalah kepala sekolah, dan merasa sebagian besar benar adanya. Hadeh.. Dasar manusia.

"Ada apa?"

Suara kepala sekolah menginterupsi. Mereka saling senggol, seolah 'siapa yang ngomong, dia yang mati'. Gakuho sedikit mengernyit, namun nyaris tak nampak. Sekejap ia mengetahui masalahnya, hanya tak mau bilang sampai mereka bersuara. Toh, ia juga punya sesuatu yang mirip.

"Ano.. Etto.."

Maehara bersuara pertama. Hanya begitu. Entahlah, perasaan mereka takut sekali sekarang. Mirip dengan kata Itona kan?

"Koro-sensei membawa buku.. Porno, ke sekolahan, di lacinya."

Ujar Okajima tiba tiba. Nafasnya terengah-engah, wajahnya berkeringat udah macam Kisedai main basket. Bibirnya menyungging senyum, senang dengan pernyataannya. Anticabulers berjalan sesuai keinginan. Begitu juga dengan Gakuho yang sedikit menyungging senyum. Senyum yang 11 12 sama senyum Bapak Saiton yang tinggal di neraka.

"Bawa kemari bukunya."

Pinta pria bersurai kopi good day ayahku. Okajima langsung membuka tasnya, mengambil majalah laqnad itu, lantas melangkah maju diikuti Maehara dari belakang.

"Bagus, tadi Karasuma juga membawa majalah yang sedikit mirip dengan majalah ini."

Tangannya bergerak membuka laci, mengeluarkan 2 majalah dewasa yang sepertinya diberikan Karasuma-sensei. Bibirnya tersenyum lebar hingga iris violetnya tak lagi nampak. Ia tersenyum pada kedua tim Anticabulers itu. Keduanya meneguk ludah paksa.

"Sepertinya kalian tau ini buku siapa."

Senyum mereka pudar seketika. Ah ya, tadi mereka kan pelajaran ekonomi, outdoor.

***

Ga ngena ya? Yaudah :3

Sebelumnya terimakasih untuk Qorygore yang udah kasi ide secara tidak langsung. Yaitu ide 'anticabulers' ehe. Yang sebelumnya, judul terinspirasi dari Eno Bening yang 'Terima kasih telah bermain bersama kami'. Tapi di luar itu, semua murni saya sendiri.

Oh iya, judulnya terinspirasi dari Visi Misi Indoc*b*l bang Qory dan kata kata Tenka Kumoh yang episode 6, 'Tertawalah!'.

Maap jokesnya ga ngena, sekali lagi.

Sengkleknya KunugigaokaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang