4. Rain

474 75 1
                                    

"Yo! Chanyeol-ah kau begitu mengerikan!,"

Chanyeol berjengit pelan saat sebuah suara mengganggu kegiatan melamun nya. Ia menatap sinis seorang pria yang kini berdiri di depan meja kerja nya. Siapa lagi kalau bukan Kim Jongin, sahabat paling gila yang ia miliki, sebenarnya hanya Jongin sahabatnya.

"Apa mau mu Jongin?," tanya Chanyeol ketus. Dirinya sedang stress akhir-akhir ini, dan kedatangan Jongin bukan salah satu yang ia harapkan. Pasalnya, pria tan itu selalu berbuat seenaknya.

"Aku hanya mengunjungi sahabatku, apa salahnya?," Chanyeol hanya berdecih mendengar jawaban Jongin.

"Kau benar-benar berubah mate, apa yang membuatmu seperti ini?," Jongin duduk di sofa ruangan kerja Chanyeol dan dengan santainya memakan cemilan yang ada.

"Kau tidak tahu? Apa kau tidak menonton berita?," tanya Chanyeol sarkastik.

"Wow okay, aku tahu, ini masalah pernikahan mu itu bukan?,"

"Kalau beitu kenapa bertanya," Jongin tertawa mendengar jawaban Chanyeol.

"Perceraian mu dengan Wendy ternyata sangat berpengaruh ya. Ayolah, ini bukan Park Chanyeol yang aku kenal," Jongin berjalan menuju kursi kebesaran Park Chanyeol dan merangkul sahabatnya.

"Sudahlah, berhenti membahas hal itu, aku muak," ucapan Chanyeol membuat Jongin menaikkan sebelah alisnya.

"Baiklah, aku tak akan membicarakannya,"
Jongin kembali berjalan menuju sofa empuk di ujung ruangan Chanyeol.

"Tapi aku masih mencintainya, aku harus bagaimana Jongin-ah?," mendengar Chanyeol yang kini kembali membahas perihal Wendy, membuat Jongin terkekeh.

Chanyeol memang tak bisa menyembunyikan semuanya dihadapan Jongin.

"Hey Chan, aku punya rencana cemerlang agar Wendy mau kembali ke pelukanmu," ujar Jongin tiba-tiba membuat Chanyeol menolehkan kepalanya pada pria hitam itu.

"Bagaimana caranya?," tanya Chanyeol, Jongin tak kunjung berbicara, ia masih senang menunjukkan smirk nya.

"Cepat katakan Jongin," sentak Chanyeol. Jongin hanya tertawa melihat wajah serius Chanyeol.

"Santai lah Chan, aku yakin rencana ini berhasil," Jongin berjalan ke meja Chanyeol lagi dan membisikkan sesuatu ke telinga laki-laki itu.

"Kau gila!," teriak Park Chanyeol menjauhkan Jongin dari telinganya. Jongin hanya mengendikan bahu nya acuh.

"Terserah apa pendapatmu Chanyeol, tapi seharusnya kau percaya ini akan berhasil," kata Jongin.

"Aku tak akan melakukan rencana gila mu," balas Chanyeol.

"Yahh, yang penting aku sudah memberi saran. Tapi Chanyeol, aku bisa jamin rencana ku berjalan mulus, asal kau bisa mengendalikan hatimu,"

"Kebanyakan wanita mencoba berjual mahal pada laki-laki yang ingin kembali pada mereka, namun pada nyatanya saat kita meninggalkan wanita itu, mereka yang akan mengemis maaf Chan,"

"Percayalah, aku dokter cinta," Jongin berbicara panjang lebar. Tak peduli Chanyeol mendengarkan atau tidak.

"Ntahlah Jongin, aku tak yakin,"

"Hey mate, lagipula tak ada salahnya mencoba," Jongin menenggak cola yang ia ambil dari kulkas pribadi Chanyeol.

"Tapi ibuku menginginkan Wendy,"

"Kalau begitu lakukan saja rencanaku Chan! Wendy akan menyesali perbuatannya dan dia sendiri yang akan berlutut di kakimu,"

Ucapan Jongin yang terakhir itu membuat Chanyeol berpikir keras. Ia ingin Wendy yang memohon padanya setelah harga dirinya sebagai seorang Park Chanyeol hancur karena wanita itu.

Jadi, apa salahnya mencoba rencana Jongin?

---

Tungkai wanita itu berjalan menuju sebuah cafe yang tak jauh dari rumahnya. Cafe itu tak terlalu ramai mengingat hujan turun rintik-rintik. Hujan, Joohyun suka hujan, jadi wanita itu sengaja melambatkan langkahnya meski hari sudah malam.

Joohyun memasuki cafe itu dan mengedarkan matanya, mencari seseorang yang sudah berjanji akan menemuinya setelah Joohyun memintanya tadi sore.

Matanya menyipit saat seorang wanita melambaikan tangan kepadanya. Joohyun tersenyum dan menghampiri wanita itu. Ia menyapa wanita itu seramah biasanya dan duduk di hadapan wanita itu.

"Sudah lama tidak bertemu, Joohyun-ah. Mau ku pesan kan sesatu?," wanita itu memulai percakapan.

"Ah tidak usah Bibi Seo, aku hanya ingin bicara sebentar," kata Joohyun.

"Baiklah, ada apa, nak?" Wanita itu kembali bertanya.

"Begini bibi Seo, aku tahu aku sudah tidak bekerja di kementrian. Tapi, bisakah aku meminjam uang? Aku janji akan membayarnya tiap bulan," tanya Joohyun. Sebenarnya, ia sedikit malu. Namun Joohyun terpaksa meminjam sebelum ia mendapat pekerjaan.

"Ada apa Joohyun? Apa ada masalah?," tanya bibi Seo khawatir, baginya, Joohyun sudah seperti anaknya sendiri.

"Tidak Bi, aku hanya, aku hanya ingin memulai hidup baru," balas Joohyun. Sementara itu bibi Seo menatap prihatin pada wanita yang lebih muda itu, ia tahu perihal perceraian Joohyun dengan Sehun, dan tahu apa alasannya. Jadi ia tahu pasti Joohyun menjalani masa yang sulit.

"Berapa yang ingin kau pinjam?," tanya bibi Seo, Joohyun sedikit ragu mengungkapkannya. Pasalnya nominal yang ia pinjam tidak sedikit.

"Hmm... 60 juta won," jawabnya lirih. Sementara itu bibi seo kelihatan sedikit terkejut.

"Maaf Joohyun-ah, aku tidak punya uang sebanyak itu, tapi..," bibi Seo sibuk mencari sesuatu di tas nya.

Tak lama, bibi Seo mengeluakan amplop coklat ditangannya. "Aku punya 5 juta won, aku baru mengambilnya dari bank. Aku harap ini bisa membantumu Joohyun-ah. Maaf aku tak dapat membantu lebih dari ini,"

Joohyun menggeleng, "tidak bibi Seo, aku yang seharusnya minta maaf karena merepotkan mu, terimakasih. Ini bahkan lebih dari cukup," Joohyun tersenyum penuh rasa berterima kasih pada bibi Seo.

"Sama-sama Joohyun-ah, mulailah hidupmu yang baru, bahagialah," ucap bibi Seo.

Joohyun tersenyum dan berpamitan pulang. Sementara itu ia tak sadar dua orang yang duduk di meja di sampingnya mendengarkan percakapannya sedari tadi.

"Cari tahu tentang hidupnya dan dimana ia tinggal,"

"Dan jangan lama-lama, beri informasi tentang wanita itu sejam lagi padaku,"

"Baik, tuan,"

---

Hae!
Voment juseyo~
Hehe

-tengkyu-

flashmyback

Fine [Chanrene] - (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang