Leo(n): 1

153 15 0
                                    


"Kamu lapar?"

Singa itu merespon pertanyaanku dengan menggerakkan ekornya yang cukup panjang itu. Entah mengapa, aku mengartikan itu sebagai jawaban iya. Tapi dugaanku itu tidak salah. Sejak singa ini tinggal di rumahku sesudah kejadian tiga hari lalu, yaitu kedatangannya yang secara tiba-tiba dan cukup membuat sekeluargaku kaget, hewan buas ini tidak sekalipun menunjukkan tanda-tandanya untuk memangsa. Tapi tentu saja Ayahku selalu was-was dengan senjatanya.

Dari tiga hari itu, Aku bisa tau apa saja respon yang diberikan hewan ini.

Pertama: kalau lapar, dia akan mengibaskan ekornya dengan cepat.

Kedua: kalau ada kejadian yang lucu atau mengundang tawa, dia akan tersenyum. Hal ini benar-benar aneh menurutku. Masa'kan hewan seperti ini bisa tersenyum?

Ketiga: kalau dia butuh perhatian, dia akan menjilat kakiku atau Ibu ku. Aku ingat saat itu Ibu ku harus mati-matian melawan ketakutannya.

Keempat: kalau tidur, dia ingin bersamaku. Tidak tau kenapa.

Kelima: dia sudah beberapa hari tidak mandi tapi tubuhnya tetap harum. Apakah semua singa memang begitu?

Keenam: kalau aku baru saja pulang dari sekolah, dia akan meloncat kegirangan seakan-akan melihat emas berjalan.

Selain itu, singa ini sering menemaniku belajar dan membuat tugas sekalipun itu sudah larut malam. Dan yang menganehkan juga, kalau aku memarahi singa ini, dia pasti memasang wajah sedih. Entah karena aku yang mungkin terlalu peka, aku bisa melihat raut wajahnya yang menunjukkan kesedihan.

Dilain itu, tidak tau mengapa, aku merasa masih ada juga yang disembunyikan singa ini.

"Kalau kamu lapar, ini ada kerupuk. Lumayan untuk mengisi perutmu." Aku mengeluarkan kerupuk sisa yang kubawa dari sekolah. Sampai sekarang juga aku masih suka bertanya pada diri sendiri. Apakah singa bisa makan macam-macam selain daging? Hmm... Mungkin aku akan mencari diinternet mengenai hewan buas ini.

Singa itu memakan habis kerupuk kemudian menjilat-jilat sisi mulutnya kemudian tersenyum padaku. Aku hanya balas tersenyum dan memegang bulu-bulu panjang yang ada dikepalanya. Aku merasa kalau aku mulai menyayanginya. Dia hewan yang buas dan lucu tapi penuh misteri.

Kupikir, sebagai hadiah untuknya, mungkin aku akan memberikan nama untuknya.

Sebentar...

Singa lucu? Tidak itu terlalu lebay.

Lion? Ya Tuhan, aku malah membayangkan Lion Air. Salah satu nama pesawat.

Keripik Leo? Ah, lebih gila. Aku bisa-bisa ingin makan keripik terus.

Leo? Hmm... boleh lah.

Atau Leon saja? Oh tidak. Itu nama temanku.

Aku menatap singa itu yang sudah menidurkan kepalanya dipangkuanku. Aku kembali mengelus bulu-bulunya yang lebat dan wangi. Baiklah singa... namamu mulai besok: Leo. Dan aku yakin, aku tidak salah memilih nama itu untukmu.

Merasa sudah larut malam, aku segera menarik selimut yang berada di bawah kakiku kemudian menutup setengah tubuhku dan Leo juga. Kalau tidak mengingat bahwa besok sekolah, mungkin aku lebih milih begadang dan mengusahakan Leo untuk tetap aman. Kadang kala aku merasa takut jika ada warga atau siapapun itu yang mengetahui keberadaan Leo, mereka akan menyerangnya dan mungkin ingin menyingkirkannya. Jangan sampai.

••••

"Tadi pagi, Leon mencarimu."

Aku menengok kearah Corine. Teman baik di sekolahku. "Dia mau apa?"

LEO(N)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang