lost.

174 28 36
                                    

Seoul, 15 Februari 2016
16:13 KST

Aku menatap langit-langit ruang serba putih ini dalam pandangan kosong. Tak ada yang perlu aku pikirkan karena kurasa semua sudah jelas. Saat aku sadar kemarin, aku mendapati kenyataan pahit bahwa aku lumpuh. Aku tahu karena aku tak bisa menggerakkan kakiku, bahkan menggeserpun tak sanggup. Lalu aku memarahi semua orang yang ada di hadapanku, dokter, perawat, bahkan kedua orangtuaku. Berteriak begitu keras di malam hari bagaikan pasien rumah sakit jiwa. Yah, kurasa aku sebentar lagi akan dipindah ke rumah sakit jiwa karena pikiranku sudah tidak keruan.

Hanya satu yang kupikirkan saat ini, bagaimana keadaan orang yang pergi bersamaku? Apakah dia selamat? Apakah dia juga dirawat di rumah sakit ini ataukah dia sudah sembuh? Aku belum menanyakannya pada siapapun, mungkin setelah ini aku bisa bertanya pada Appa. (Ayah)

"Noe gwenchana?" tanya Appa yang sudah duduk di sebelah ranjangku selama 10 menit dan hanya mendapati hening dariku. 

"Ani." jawabku singkat tanpa mengalihkan pandangan. (Tidak)

Ia membuang nafas pelan kemudian menarik bangkunya agar lebih dekat dengan ranjangku. "Apa kau mau makan atau minum sesuatu?"

"Ani."

"Kau mau Appa belikan sesuatu, apapun yang kau butuhkan?"

"Ani."

"Kau mau pulang?"

"Ann-ne." Hampir saja aku berkata tidak. 

"Ah, apa sekarang kita sudah bisa bicara? Jebal." tanya Appa. Sejenak aku mecerna kata-katanya, lalu aku paham kalau Appa ingin menanyakan atau mendiskusikan sesuatu padaku. Aku tak mengatakan apa-apa tapi hanya mengangguk mengiyakan pertanyaannya. (please)

♦♦♦♦

Untuk pertama kalinya aku duduk di kursi roda. Sebenarnya aku menolak kenyataan kalau aku harus menaiki benda ini, tapi nyatanya kenyataan yang menolak keinginanku. Mau tak mau aku harus naik kursi roda mulai saat ini agar aku bisa berpindah-pindah.

"Kenapa aku harus bertemu seonsaeng-nim ?" (dokter)

"Dia perlu menjelaskan sesuatu padamu, dan kau juga perlu menjelaskan sesuatu pada kami" jawab appa dari belakangku sembari ia mendorong kursi rodaku. Dari pernyataannya aku menyimpulkan kalau appa sudah tahu apa yang akan disampaikan seosangnim.

Kami dalam perjalanan menuju ruang dokter yang menanganiku dan kurasa ada sesuatu yang penting yang harus kudengarkan dengan baik.

"Ah, Taehyung-ssi! Akhirnya ayahmu bisa membujukmu kemari" ujar seonsaeng-nim saat melihatku masuk, ia tampak senang. Mungkin karena bebannya akan sedikit berkurang jika sudah menjelaskan "sesuatu" itu padaku.

"Baiklah.. aku dulu apa kau dulu yang mau mendengarkan?"

"Karena saya tidak mencium bau-bau kebahagiaan, jadi lebih baik Anda terlebih dulu yang mendengarkan" kataku bermaksud agar aku bisa bicara dulu. Bukan apa-apa, aku hanya takut emosiku meledak lagi setelah mendengar penjelasan darinya, karena jujur saja aku mendapat firasat buruk.

"Majja, majja.. kalau begitu langsung saja. Bisakah kau ceritakan bagaimana kronologi kecelakaan yang menimpamu dua bulan lalu?" tanyanya. (benar sekali)

Aku mulai menceritakan apa yang kuingat sesuai dengan apa yang kucatat dalam buku harianku. Mulai dari mobil yang kubeli seminggu sebelum natal, makan malam bersama seseorang, hingga rem mobil yang mendadak bermasalah. Tapi aku tidak mengatakan kalau ada cahaya putih terang yang mengarah padaku tepat setelah tabrakan. Mereka mungkin mengira itu efek pandanganku yang bermasalah karena tabrakan yang kualami.

THE GUARDIANS | KIM TAEHYUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang