dewan

69 9 15
                                    

KIM TAEHYUNG

"Oppa, akhirnya kau datang kesini. Kupikir kau tak akan datang."

Eunha menyambut kedatanganku dan Jungkook dengan ceria, dia mempersilakan kami duduk di meja dekat jendela besar di sisi ruangan dekat meja kasir.

"Ah, akan kubuatkan sesuatu yang spesial untuk kalian, changkaman."

Gadis itu pergi begitu saja tanpa menanyai menu apa yang akan kami pesan. Aku bahkan belum sempat menyapanya.

"Dia memang begitu." Kata Jungkook sambil tersenyum karena melihatku bingung. "Dia menganggapmu tamu, bukan pembeli. Itu sebabnya dia tidak bertanya pesananmu. Dan yah.. Eunha sudah hafal menu yang biasa kupesan."

"Dia banyak berubah." Kataku sambil mengingat kalau dulu Eunha adalah gadis kecil pemalu yang senang bersembunyi di balik punggung Hoseok. Sekarang dia tampak jauh lebih ceria.

Kedai ini lebih nyaman dari bayanganku, dengan kursi dan meja yang disusun rapi. Di sudut ruangan, ada sebuah rak putih berukuran sedang yang berisi sederet buku dengan sampul warna-warni. Di sisi lain ruangan, terdapat sebuah meja kecil yang diisi dengan kaktus dalam dua buah pot kecil dan sebuah figura, potret Eunha dan Hosoek yang diletakkan diantara dua kaktus tersebut. Aku tersenyum ketika melihat foto dalam figura tersebut.

Bunyi lonceng pintu mengalihkan perhatianku dari figur tersebut. Aku mengalihkan pandanganku ke pintu masuk dan mendapati seorang pemuda tinggi dengan bahu lebar dan berambut hitam masuk ke dalam ruangan ini. Pandanganku tertahan saat melihat wajahnya, dia sangat tampan kalau aku boleh jujur. Kulitnya putih bersih dan senyumnya saat berpapasan dengan pegawai disini bahkan membuat sosok itu semakin bersinar.

"Mingkem. Kau hampir ngiler, hyung."

Suara Jungkook mengalihkan perhatianku dari orang itu. Aku buru-buru menutup mulutku yang entah terbuka sejak kapan. Bagaimana bisa aku melihat laki-laki sampai melamun begini?

"Kau tahu siapa dia?"

"Tentu. Dia orang yang selalu kau tanyakan."

"Apa maksudmu?" Bagaimana bisa aku menanyakan orang yang bahkan baru pertama kali kulihat.

"Dia pemilik rumah yang kau sebut istana itu." Jawab Jungkook dengan santai, sementara aku terkejut mendengarnya.

Kurasa rumah itu emang pantas disebut istana karena orang-orang yang tinggal disana memiliki paras menawan. Pertama seorang pria berkulit pucat yang memakai stelan serba hitam yang kulihat beberapa waktu lalu, kedua seorang wanita sombong namun sangat cantik bagaikan model, dan sekarang.. seorang pemuda tinggi dan tampan dengan pakaian rapi yang mengingatkanku dengan para dewan politikus negara.

"Aku tak mengira kalau pemiliknya masih semuda itu." Ucapku lebih kepada diriku sendiri.

"Secara teknis rumah itu milik keluarganya, tapi kudengar tanah dan bangunannya sudah beralih atas nama dia, Kim Seokjin."

"Kim Seokjin.." aku mengangguk-angguk sambil mengulang pelan nama itu. Entah kenapa rasanya familiar saat aku melafalkannya.

Mataku masih mengamati Kim Seokjin yang sedang memesan sesuatu. Dia tersenyum ramah pada pelayan perempuan setelah mengatakan pesanannya. Ramah dan sopan. Pikirku.

Kim Seokjin tidak menunjukkan pergerakan kalau dia akan duduk di salah satu kursi disini. Kurasa dia akan membawa pulang pesanannya. Pemuda itu mungkin merasakan kalau aku terus mengamatinya dari sini, karena setelah dia menerima dan membayar pesanannya, orang itu menoleh ke arahku.

Mata kami bertemu, dan dapat kulihat ekspresi terkejutnya saat melihatku, namun itu hanya sesaat.

"Jungkook-ah.." sapanya dengan ramah sambil tersenyum saat melangkah ke meja kami.

THE GUARDIANS | KIM TAEHYUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang