Ini masih flashback ya dan nyangkut banget sama cerita C2. Perlu aku tekankan sekali lagi. Wajib baca cerita C2 agar mengerti jalan cerita C5 karena tokoh2nya berkaitan erat sama C2. Kisah yang belum tuntas di C2 akan diselesaikan di sini (C5).
Dan tetap pesan aku jangan lupa vote dan komen yang banyak. Siapa tahu dgn banyaknya vote dan komen di cerita ini bisa buat aku meluangkan waktu agar melanjutkan cerita ini cepat. Jadi dimohon pengertiannya.
Soalnya semuanya pada dasarnya berkaitan hehehe. Tarangkyu sayang2kuh! :*
Happy reading!!!
--------------------------------------------------
"Beneran suka sama aku, Sya? Kenapa tadi nggak pilih sama Zian aja sih?"
Lontaran pertanyaan Ogas ketika di mobil sontak membuatku kaget. Mataku membesar syok. Kupikir dia akan senang dengan kejadian barusan karena aku lebih memilih bersamanya dibanding Zian. Mobil kini sudah melaju. Aku tak tahu tujuan kami ke mana.
"Kan udah aku bilang, Gas, kalau aku itu nggak pernah sembarangan mau pacaran sama orang. Lagipula maunya apa sih? Bukannya tadi kamu ngajak aku sama kamu ya?!" Suaraku meninggi menghadapi pria berkulit hitam manis ini.
Ya meskipun Zian dan Ogas kakak beradik, tapi anehnya secara wajah dan fisik mereka agak berbeda. Mereka berdua memang sama-sama tinggi namun, kulit Zian lebih putih sedangkan Ogas lebih gelap. Rambut Zian cepak sedangkan Ogas agak gondrong. Kesamaan mereka adalah memiliki tubuh yang tinggi dan hidung yang mancung.
Ogas malah terbahak menanggapi pertanyaanku. "Aku cuma bertanya. Kamu beneran suka sama aku kan, Sya? Dan aku ngasih pilihan kalau suka ya ikut sama aku aja. Kamu yang milih aku sendiri, Latusya ...." Pria ini berkata dengan tengilnya tanpa ada beban sama sekali.
Mataku semakin membesar kesal. "Jadi kamu nggak senang aku pilih?! Harusnya kamu senang dan bukan ngajuin pertanyaan kayak tadi!" teriakku kencang.
Ogas menutup salah satu telinganya dan menatapku kesal. "Suaramu kecilin. Cuma ada aku di mobil ini."
Aku mendengkus. Kulipat tanganku di depan dada dan kembali melihat jalanan di depan.
"Aku juga malas ribut di mal tadi. Malu-maluin, Latusya. Menjadi perhatian kayak tadi buat aku nggak nyaman. Yaudah aku iseng ajak kamu eh ternyata kamu mau."
Perasaanku makin meradang mendengarnya. "Jadi tadi cuma iseng?! Aku pikir kamu benar-benar ngajak aku tahu nggak, Gas!" Aku kembali memelototinya.
Tawa Ogas mereda. Ia melirikku sekejap dan kemudian beralih lagi ke jalanan di depan. "Aku malas sebenarnya lihat Zian makanya ngajak kamu, Latusya. Lagian kamu mau kalau aku tinggalin kamu sama Zian?" Nada bicaranya terdengar normal kali ini.
Seketika perasaan kesalku mengendur. Ekspresiku berubah sayu. "Nggak. Maunya sama Gasa eh Ogas ...."
"Nah yaudah," ucapnya dengan senyuman manis yang tercetak di wajahnya.
Aku tertegun memandangnya. Pertama kalinya sejak awal aku berkenalan dengan Ogas, tak pernah kulihat senyum Ogas yang selepas dan setulus barusan. Perasaanku kembali meluruh. Rasa sukaku bukannya makin pudar, tapi malah semakin bertumbuh. Sejujurnya aku benci sekali dengan perasaan ini. Perasaan menyayangi seseorang.
Kejadian Om Goldie kembali terputar di otakku. Sikapku yang tergila-gila pada suami orang tak membuat langkahku surut. Bahkan aku masa bodoh dengan sikap istrinya yang menyerangku sampai harus beberapa kali kami berhadapan dengan polisi. Untungnya saat itu ada Marel yang selalu menolongku dan merelakan uangnya sebagai tebusan pada polisi agar kasus ini tidak dibawa ke arah yang lebih serius. Hal itu terus terulang sampai akhirnya semua berhenti karena kejadian aku dekat dengan suami orang terhembus sampai ke telinga keluargaku. Ya istrinya yang gendut itu mendatangi rumah Papa.
KAMU SEDANG MEMBACA
[C5] Bukan ONE NIGHT STAND!
ChickLitArgh! Semua gara-gara pria oon itu. Sudah tahu dia tidak pengalaman dalam hal 'itu', tapi masih saja melakukan hal 'itu' padaku! Dan karena kebodohannya, dia menyebabkan aku HAMIL! Aku yang sudah pengalaman dalam hal itu jelas saja langsung hancur. ...