Suara petir disertai hujan deras menjadi sapaan pertama untuk Hilyah. Hari pertama sekolah sebagai senior kelas sebelas di sekolah menengah atas diawali dengan cuaca buruk. Ditambah lagi sekarang jam sudah menunjukkan pukul 5.47. Gawat! Kesiangan. Hilyah baru tersadar. Maklum saja, tidak ada yang membangunkannya seperti remaja kebanyakan yang mana selalu disambut oleh ocehan ibu mereka.
Kedua orang tua Hilyah sudah hampir lima tahun bercerai. Hilyah ikut dengan ayahnya tapi, ayah Hilyah adalah seorang pebisnis dan sering melakukan perjalan bisnis ke banyak negara sehingga jarang ada di rumah. Sedangkan ibunya tinggal dengan keluarga barunya dan mengunjungi Hilyah seminggu sekali di akhir pekan. Ibunya sudah sering membujuk Hilyah agar mau ikut dengan keluarga baru ibunya. Namun, Hilyah beralasan dia sudah besar dan bisa tinggal sendirian, padahal dia risih tinggal dengan orang baru dan akan sulit beradaptasi. Walaupun demikian, Hilyah selalu berusaha menjaga hubungan baik dengan keluarga baru ibunya karena ia sadar, keluarga ibunya adalah keluarganya juga.
Sampai sekarang, alasan yang Hilyah tahu kenapa orang tuanya bercerai adalah karena perbedaan prinsip. Hilyah tidak mengerti prinsip seperti apa yang ada pada diri ibu dan ayahnya. Yang Hilyah tahu bukannya sebelum berumah tangga setiap pasangan memiliki prinsip serta visi misi yang sama, lalu apa yang menyebabkan hal itu berubah sehingga lahirlah kata pisah? Entahlah, terlalu rumit untuk memikirkannya.
Sedetik setelah bangun, Hilyah langsung beranjak dan segera ke kamar mandi. Ia mengambil air wudhu lalu solat subuh.
Selanjutnya, ia mandi dan menyiapkan sarapan. Hilyah mengambil susu cair dari dalam kulkas dan sereal dari lemari dapur. Lalu dituangkannya susu di mangkuk dan dicampur dengan sereal. Setelah selesai sarapan ia segera memasang sepatu lalu mengunci pintu dan mengeluarkan motornya. Tepat jam 6.19 Hilyah menjalankan motornya menuju sekolah.
Hanya memerlukan waktu sekitar 15 menit Hilyah sudah sampai di gerbang lalu memarkirkan motornya.
Saat memasuki kelas, ia langsung disambut oleh Nuha. Teman sebangku Hilyah saat kelas sepuluh. Mungkin mereka akan menjadi teman sebangku lagi kelas sebelas ini. Nuha adalah gadis yang ceria dan ramah. Berbanding terbalik dengan Hilyah yang cenderung pendiam dan serius.
"Hilyah, yey kita sekelas lagi. Sini duduk sama aku lagi"
Hilyah hanya membalas dengan senyum gembira. Hilyah memang tidak banyak bicara dan sering dijuluki Nuha dengan sebutan si penyungkan. Karena selain tidak banyak bicara, ia juga benci pelajaran olahraga karena tidak suka menggerakkan tubuhnya.
"Hey, Hilyah. Kamu ngapain aja selama liburan?"
"Gak banyak sih, kalo ayahku banyak waktu, kita trip ke luar kota. Kalo gak ya, di kamar doang. Kalo ibu aku ke rumah ya paling makan aja"
Tak selang berapa lama, bel pun berbunyi menandakan kelas segera dimulai.
Pak Ali guru Bahasa Inggris menjadi wali kelas mereka tahun ini. Para murid satu persatu memperkenalkan diri dan memilih ketua kelas serta perangkat kelas lainnya. Selanjutnya jam bebas karena hari ini adalah hari pertama.
Bel tanda pulang berbunyi dan para murid segera berhamburan keluar kelas.
"Hil, kita jalan yuk" ucap Nuha sambil membereskan tasnya.
"Jalan kemana ha?" Hilyah sudah siap dengan tas dipunggungnya.
"Hmm, gak jadi deh." Ujar Nuha dengan cengiran khasnya. "Aku lupa bawak uang. Gimana kalo kerumahmu aja?" lanjutnya.
"Boleh. Kamu bawak motor?"
"Iya"
"Oke, aku tunggu di depan gerbang ya. Tapi kita mampir ke rumah makan di deket minimarket rumah aku dulu."
YOU ARE READING
Most Myself
Teen FictionHilyah sudah biasa sendiri, sudah khatam dengan perasaan kesepian. Namun, dengan kehadiran Nuha dan cowok yang diingat Hilyah saat melihat air dan bola, Hilyah tidak merasa jika kesepian adalah hal yang biasa lagi. Cast(s) : Hilyah Marzia Banyu Azk...