Pukul setengah delapan pagi. Kelas sudah dimulai. Pelajaran Kimia menjadi pelajaran awal yang menyambut murid kelas 11 IPA 2. Kimia juga merupakan pelajaran favorit Hilyah. Pandangan Hilyah selalu fokus ke depan mendengarkan ucapan yang dilontarkan oleh Bu Siti, guru Kimia.
"Perhatian semuanya, sebentar lagi akan diadakan olimpiade Kimia yang diselenggarakan oleh salah satu perguruan tinggi negeri, oleh karena itu ibu minta kalian yang mempunyai minat dan kemampuan di pelajaran Kimia untuk mengikuti tes ini. Khusus untuk Hilyah karena nilai Kimiamu salah satu yang tertinggi maka ibu menawarkan kepadamu untuk ikut olimpiade ini...."
"Woooo!!!" Ucapan bu Siti terputus karena sorakan bangga teman sekelas Hilyah.
"Tapi, jika yang lain berminat, ibu akan sangat senang jika kalian mengikuti tesnya. Bagaimana Hilyah?" ucap bu Siti.
"Saya terima bu, terima kasih sudah mempercayai saya." Ucap Hilyah denga senyum ceria.
"Baiklah, ibu sangat senang sekali mendengarnya. Latihan soal kita mulai lusa setiap pulang sekolah ya dengan dua anak dari kelas 11 IPA 1 dan 11 IPA 5."
"Iya bu." Ucap Hilyah sambil menganggukkan kepalanya.
...
"Hil, kamu mau mampir gak ke eskul ICT?" ujar Rara.
"Ngapain ra?" jawab Hilyah sambil membereskan buku-buku dan kemudian memasukkannya ke dalam tas.
"Liat junior baru hil, kali aja ada yang nyantol haha." Ujar Rara sambil tertawa dan menampilkan lesung pipinya.
"Haha, lawak kamu ra. Eh, tapi boleh deh. Ga usah lama-lama ya."
Rara memutar bola matanya mendengar jawaban Hilyah. "Siap bos. Eh iya ha, kamu gimana?"
"Akhirnya aku ternotice juga" ujar Nuha dalam hati. "Gapapa silahkan tuan putri, aku mau mampir ke eskul tari juga." Jawab Nuha yang dari tadi hanya mendengar percakapan dua makhluk di hadapannya.
...
Setelah mengunjungi ruang eskul ICT, Hilyah dan Rara menuju parkiran. Seperti biasa, Rara selalu mencari teman yang bisa menumpanginya ke pinggir jalan besar agar mudah mencari angkutan umum. Berhubung ia pulang dengan Hilyah, maka Hilyah yang mengantarnya.
"Makasih banyak ya Hil, hati-hati" ujar Rara setelah turun dari motor Hilyah.
"Sip, kamu juga hati-hati ya Ra." Ujar Hilyah dan langsung menjalankan motornya.
Sekitar sepuluh menit berkendara tiba-tiba Hilyah merasa ada yang tidak beres dengan motornya. Benar saja, motornya tiba-tiba mati. Tanpa pikir panjang, Hilyah segera merogoh tasnya untuk mengambil ponsel dan menghubungi Nuha. Namun, nasib sial menimpanya. Ponsel Hilyah kehabisan baterai, selain itu juga tempat dimana motornya berhenti sekarag adalah jalan sepi yang jarang dilalui kendaraan. Yang bisa dia lakukan hanya mendorong motornya ke arah jalan besar sambil mencari bengkel dan ... menunggu keajaiban.
Sudah sekitar tiga menit berjalan mendorong motor, tiba-tiba suara klakson motor menghampirinya. Ketika Hilyah menoleh ke belakang, dilihatnya seorang anak laki-laki yang menggunakan jaket hijau army dengan celana sekolah menengah. Hilyah merasa tidak asing dengan orang tersebut. Apa jangan-jangan mereka dari SMA yang sama.
"Hai." Sapa laki-laki itu dengan senyum kikuk.
"Hai? Siapa." Tanya Hilyah sambil mengangkat satu alisnya.
"Loh, kamu gak tau aku?" jawab lawan bicaranya sambil kebingungan. Setahunya ia pernah berpapasan beberapa kali dan memberi roti kepada Hilyah. Oh iya, Banyu lupa, waktu itu kan Hilyah pingsan. Ia bingung harus melakukan apa. Tapi dia sudah berjanji untuk meminta maaf langsung dengan Hilyah jika diberi kesempatan.
Dilihatnya Hilyah tampak kebingungan dan mungkin di dalam benak Hilyah sudah terpikirkan bahwa Banyu adalah orang yang narsis. Segera Banyu menjawab.
"Ke.." barusan Banyu ingin menjawab tapi terpotong oleh Hilyah.
"Mana ku tahu. Emang kita pernah kenal?" ujar Hilyah dengan ketus. "Narsis banget sih" lanjut Hilyah berbisik pada dirirnya sendiri. Hilyah sangat tidak suka dengan orang narsis, menganggap seolah-olah mereka penting untuk diketahui banyak orang.
"Oke, sori. Kenali, nama aku Banyu Azka, anak 11 IPA 5." Ujar Banyu sambil mengajak Hilyah bersalaman. Tangan itu sempat menggantung di udara selama tiga detik sebelum akhirnya disambut oleh Hilyah. "Oke, aku Hilyah Marzia, 11 IPA 2." Jawab Hilyah dan melepaskan salaman tersebut terlebih dahulu.
"Mumpung kita ketemu, aku mau sekalian minta maaf soal kejadian beberapa waktu lalu." Ujar Banyu dengan wajah menyesal, terserahlah apa tanggapan gadis itu. Yang penting ia menyampaikan maafnya dengan tulus secara langsung agar perasaannya lebih tenang.
"Duh, iya iya, kan udah aku bilang, udah aku maafin, lagi pula aku sekarang gak kenapa-kenapa." Ujar Hilyah.
"Oke, makasih banyak ya, hilyah." Ujar Banyu sambil menampilkan senyum manisnya. Ya, manis. Ditambah lagi Banyu termasuk salah satu anak populer di SMA Nusantara akhir-akhir ini, berkat jabatan yang ia pegang sekarang ditambah lagi perannya dalam MOS siswa baru kemarin sehingga ia digadang-gadang menjadi idola adik kelas. Hanya Hilyah saja yang kurang peka dengan lingkungan sekitar. Di sekolah Hilyah hanya masuk kelas, toilet, kelas, kantin, kelas, musholla, kelas, ruang ICT jika lagi rajin, parkiran, pulang. Terlebih di kelas ia lebih suka menyendiri, jika lagi rajin, memperbaiki catatan, jika tidak hanya bermain ponsel atau tidur. Dia tidak betah lama-lama di sekolah sehabis waktu pelajaran usai karena yang Hilyah tahu, banyak siswa perempuan yang suka menggosip saja atau melihat para siswa laki-laki bermain basket atau futsal di lapangan. Jadi Hilyah tidak tahu menahu atau bahkan tidak peduli tentang hal-hal yang sepele seperti senior A jadian sama si B atau si E yang jago main basket.
"Oh iya, ngomong-ngomong motor kamu kenapa? Habis bensin?" Ucap Banyu setelah tersadar bahwa sebelumnya Hilyah mendorong motornya.
"Kurang tahu juga sih." Jawab Hilyah.
"Sini aku cek." Ujar Banyu menuju motor Hilyah. "Duh bener-bener gak bisa jalan. Oh iya, aku tahu bengkel yang deket sini. Mungkin sekitar lima menit lagi nyampe. Habis lurus ini kita belok kiri."
...
Pukul setengah tiga siang. Harusnya Hilyah sudah menonton acara televisi korea Knowing Brother ditemani Soto ayam bu Ijah yang lezat sesuai rencananya. Tapi nyatanya, ia baru sampai di bengkel yang disebut Banyu tadi.
Lima menit berselang, ia mendapat kabar yang buruk.
"Neng, ini kiprok motornya yang rusak. Agak lama benerinya, mana lagi kita mau nyelesain motor lain dulu." Ujar tukang bengkel sambil menunjuk motor yang berjejer di dekat motor Hilyah.
"Kira-kira berapa lama bang?" jawab Hilyah.
"Gak janji deh selesai hari ini." Ujar tukang bengkel tersebut. "Soalnya parah banget neng, gak dirawat ya motornya." Lanjutnya.
"Hmm, yaudah deh mas, kalo gitu selesainya kapan?" ujar Hilyah dengan ketus. Hilyah merasa malu, mana lagi ada Banyu, orang yang baru dikenalnya. Hilyah pun tidak paham dengan dunia otomotif karena biasanya Ayahnya yang merawat motornya. Namun, kali ini Hilyah yakin ayahnya benar-benar sibuk. Hilyah sudah tidak ingat berapa lama ayahnya belum kunjung pulang.
"Mungkin, besok sore bisa neng."
"Ya udah mas, ini kuncinya. Saya ambil besok sore ya." Jawab Hilyah sambil memberi kunci motornya.
"Kamu pulang naik apa hil?" Tanya Banyu, ia mendengar percakapan Hilyah dan tukang bengkel tadi. Setahunya, motor Hilyah harus menginap dulu untuk diperbaiki sebelum akhirnya bisa dibawa besok.
"Paling ojek online." Ujar Hilyah cepat, tapi sedetik kemudian dia sadar bahwa ponselnya kehabisan baterai. "Hmm, Banyu, kamu ada aplikasi ojek online?" Tanya Hilyah.
"Ada sih, tapi aku gak ada data." Jawab Banyu. "oh gini aja, aku anter kamu aja." Lanjut Banyu.
Hilyah terdiam dan berpikir. Dia ingin menghubungi Nuha, tapi dia tidak hapal nomornya. Hari juga semakin sore, ditambah lagi dia belum makan siang. Tanpa pikir panjang lagi, iya langsung mengiyakan.
___
YOU ARE READING
Most Myself
Teen FictionHilyah sudah biasa sendiri, sudah khatam dengan perasaan kesepian. Namun, dengan kehadiran Nuha dan cowok yang diingat Hilyah saat melihat air dan bola, Hilyah tidak merasa jika kesepian adalah hal yang biasa lagi. Cast(s) : Hilyah Marzia Banyu Azk...