Bab 13 BINTANG DI LANGIT

86 3 0
                                    

Aku memutuskan menghampiri Papa Dirga dan Pak Arlan, daripada menebak-nebak sendiri, dan penasaran.

"Papa? Pak Arlan?" Sapaku ke mereka dan spontan mereka berdua menoleh ke arahku. Bahkan Pak Arlan terlihat sekali ekspresi kagetnya.

"Hai nak.." Jawab Papa berusaha mengembalikan ekspresi kagetnya menjadi tenang, dan Pak Arlan hanya tersenyum mengangguk, terlihat sekali dia sedang menyembunyikan sesuatu. Ahh semoga hanya pemikiran negatifku yang tidak berdasar. "Ada kabar terbaru Pak?" Tanyaku.

Pak Arlan terlihat makin kaget. Belum sempat Pak Arlan menjawab Papa Dirga segera menimpali

"Nak ini masih ramai tamu, ijinkan Pak Arlan rileks sebentar, dia diundang untuk acara syukuran bukan menyampaikan laporan " Jawab Papa. Pak Arlan masih terdiam.

Entah kenapa dari gerak-gerik dan tingkah mereka, aku merasa ada sesuatu yang disembunyikan Papa Dirga dan Pak Arlan.

Hmm, Tapi bisa jadi papa benar, saat ini bukan waktu yang tepat untuk menanyakan soal tugas Pak Arlan.

Beberapa saat kemudian, aku memilih untuk meninggalkan mereka berbincang berdua kembali.

"Kalau begitu aku pamit ke Miko dulu ya pa, mari pak..permisi.." Pamitku ke mereka. Mereka menjawab "Iya.." hampir bersamaan.

Aku berjalan cepat ke arah Miko yang terlihat gelisah dan bolak balik menatap ke layar ponsel.

"Lama banget!kemana saja sih?" Tanya Miko setelah aku berada di hadapannya. "Kenapa memangnya? Penting banget harus nemuin kamu?" Jawabku sedikit ketus bercampur senyum tipis Miko ikut tersenyum kemudian bergeleng.

"Sini..." Ajaknya langsung menggandeng tanganku. Dia mengajakku ke tenda tenda makanan.

"Aku tahu banget di suasana ramai seperti ini kamu pasti belum sempat makan, atau gamau makan karena malu makan ramai-ramai di depan banyak orang, jadi aku harus pastikan kamu makan malam ini.." Dengan cekatan Miko mengisi piring yang kosong dengan beberapa jenis makanan. Sudah seperti ibu-ibu yang kuatir anaknya kelaparan. Sebagai sahabat memang dia lebih sering memanjakanku. Se slengekannya dia dan selebay-lebaynya dia, dia selalu bersikap manis kepadaku, tahu banget hal detail dalam diriku, bahkan dia lebih banyak tahu tentangku daripada aku tahu tentangnya.

"Miko...sudah kebanyakkan itu..." Protesku, beberapa pasang mata memandang kami dan tersenyum. Aku jadi malu sendiri. Beda dengan Miko, dia cuek tidak peduli.

Miko mengajakku duduk disalah satu kursi yang di tata melingkar mengikuti bentuk meja yang terletak ditengah. "Sekarang makan.." Miko menyodorkan piringnya ke hadapanku.

"Banyak banget!" Jawabku melihat piring yang penuh dengan makanan yang di campur-campur.

"Tenang, ada Miko, tukang sapu bersih makanan..." Ujar Miko menatapku sembari memainkan alisnya. Aku menghela napas "Baiklah.." Aku tersenyum dan memakannya. Sesekali Miko menyendok makanan di piringku. "Cie cie romantisnya" Mbak Ina tiba-tiba datang dengan gaya centilnya.

"Mas Miko, gamau di jepret-jepret sama Non El? Sini saya foto in.." Mbak Ina menghampiri Miko. Duh Mbak Ina ini kebiasaan deh centil dan narsisnya. Jadi ingat sama Vira, pasti sekarang dia juga sedang narsis dengan staff the gank nya di kantor. Mbak Ina sepertinya cocok banget saudaraan sama Vira, 11 12.

"Boleh Mbak Ina..sebentar.." Miko meraih ponselnya di kantong samping celananya dan memberikannya ke Mbak Ina. "Ayo El, sini..." Ajak Miko.

Mau tidak mau, akupun mengikuti ajakan Miko, sekali dua kali tidak apa lah ya, asal tidak sering sampai menjadi candu.

Aku tidak se kekinian yang lain, yang selalu update dalam segala hal, dikit-dikit foto, dan memasangnya di medsos.

Sedikit kurang suka dan kurang nyaman. Untungnya se gaul-gaulnya Miko dia juga masih bisa mengontrol kenarsisannya. Hanya sesekali dia mengajakku berfoto bersama.

Tangisan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang