2005
"Heh lu dodol amat sih jadi anak, masa tempat lauk lu taro kecoa? emang lu mau makan lauk monster menjijikan itu?" teriak gadis yang lumayan nakal plus petakilan itu. Alih alih membalas, orang yang diajak bicara justru cengengesan menanggapi tingkah cewek berkuncir dua tersebut. Saking keselnya Khansa mulai kehilangan kesabaran. Makanan yang tinggal beberapa suap lagi ia tandas habis, tiba tiba saja seekor monster menjijikan itu mendarat dengan sangat cantik kedalam kotak lauknya."Rafaaaa..!!!" Alhasil kedua siswa Taman Kanak kanak tersebut terlibat aksi kejar kejaran dengan "tersangka" si jail Rafa dan "penyidik" si cerewet Khansa.
Beberapa putaran berlalu, akhirnya si pelempar monster menjijikan itu berhasil tertangkap. Beberapa kali botol minum Khansa yang tak berisi apapun mendarat di punggung si jail, namun ia masih saja cengengesan melihat tingkah laku si cewek super cerewet yang tengah menghujaninya dengan pukulan tak berarti.
Bel masuk berbunyi.
Barulah kedua anak bau kencur itu bisa berhenti beraksi. Ketik di ambang pintu kelas, cowok jail "buronan" Khansa tiba tiba membisikkan sesuatu."Kamu lucu." sambil tersenyum meninggalkan wanita yang tertegun mendengar apa yang ia ucapkan.
👣👣
Hari ini, hari yang bisa dikatakan sejarah bagi seorang Theressia Khansa Aurellia. Ya.. Hari ini Khansa akan disulap menjadi wisudawati yang anggun dengan tatanan gadis mungil yang lucu. Tanpa menghilangkan kesan nakal dalam diri Khansa. Sejak kecil, ia memang sering mendapat penghargaan dalam bidang menghitung.
Di aula seluas 14 x 14 meter ini, semua wisudawan dan wisudawati (beserta orang tua /pendampingnya masing masing) dari TK Pertiwi 54 Bandung telah siap untuk prosesi wisuda. Dari ujung aula, nampak wajah tampan dengan balutan jas hitam ditambah dasi kupu kupu, ciri khas putra bangsawan dari negara kincir angin. Perhatiannya tak luput dari wajah menawan si jutek.
Beberapa jam berlalu. Penerimaan penghargaan oleh wisudawan dan wisudawati berbakat tengah berlangsung. Khansa menjadi salah satu penerima penghargaan, yaitu prestasi terbaik dalam bidang matematika dan penerima penghargaan terbanyak dalam bidang seni di periode tahun ini.
Setelah menerima penghargaan, Khansa yang tengah menuruni panggung disambut senyum oleh Rafa. Saat itu Khansa merasa ada yang berbeda dari Rafa, entah apa itu. Senyum tulus Rafa membuat Khansa membeku.
"Selamat ya.. " pekiknya tulus. Gadis mungil di hadapan Rafa hanya diam terpaku oleh kata kata yang terucap dari mulut seseorang yang sangat dibencinya. Namun kali ini Rafa yang selalu bertingkah jail menjelma menjadi pangeran kecil yang berwibawa.
"Kurasa setelah ini kau akan merasakan rindu yang amat dalam, jutekku."
Setelah menyelesaikan kalimat terakhirnya, ia mengacak poni Khansa. Bukannya membalas, Khansa hanya diam melihat tingkah Rafa.
Sial.. Kenapa harus pake kata "jutekku" sih? Apa sebenarnya yang akan terjadi? Apa yang sebenarnya ia inginkan? mengapa dia sangat lihai mengubah sikap pada ku?. Semua pertanyaan tersebut membanjiri otak Khansa.
Khansa mulai merasa kehilangan setelah tau bahwa Rafa akan pulang ke kampung halamannya. Memang tak begitu jauh dari tempat tinggalnya saat ini. Tapi jarak Bogor-Bandung untuk anak usia 7 tahun bukanlah jarak yang bisa dijangkau setiap saat.
Saat ini yang ada dalam bayangan Khansa adalah ketika ia berada di dalam suatu kelas yang sunyi dengan begitu banyak siswa yang hanya memperdulikan mapelnya masing masing, tanpa adanya si jail Rafa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waktu
Teen FictionTernyata Cinta terlalu angung jika hanya dibandingkan dengan sepercik nafsu