BAB VI: J nd J
Jeong Hwan duduk menghadap ke timur, dengan didepannya duduk seorang yang hampir memiliki perawakan yang sama dengannya. Dinginnya cuaca sepertinya tidak mempengaruhi dua sosok laki-laki yang sedang duduk saling berhadapan satu sama lain ini.
"Kita sudah berkenalan kemarin, jadi apa tujuanmu memanggilku ke sini?" tanya Ji Hwan yang duduk dihadapan Jeong Hwan dengan dingin seperti biasa.
"Ah, maafkan aku jika aku mengganggu waktumu yang berharga, sepertinya kamu ada masalah dengan sahabatku" jawab Jeong Hwan dengan tenang dan lembut.
"Sahabatmu?" ulang Ji Hwan. "Ah, Chun Bin?" tanyanya memastikan.
"Tentu saja, Chun Bin. Aku juga mengenalmu karenanya" jawab Jeong Hwan kalem.
"Jadi kamu penasaran antara aku dan Chun Bin?" tanya Ji Hwan memberikan simpulan. "Apa kamu memang kekasih Chun Bin?" tanya Ji Hwan lagi.
"Aku bukan kekasihnya, karena jikapun Chun Bin menyukaiku aku tidak akan membiarkan dia menjadi kekasihku" jawab Jeong Hwan dengan logat anehnya.
"Kenapa begitu?" tanya Ji Hwan yang larut secara emosional dengan kata-kata Jeong Hwan.
"Itu sudah jelas sekali, sangat disayangkan jika hanya dijadikan kekasih saja. Aku tentu akan menjadikan Chun Bin istriku jika memang dia menyukaiku" jawab Jeong Hwan dengan disusul gelakan tawa ringan.
"Ah, begitu rupanya" kata Ji Hwan datar. "Lalu apa hubungannya denganku?" kini Ji Hwan kembali menyerang Jeong Hwan.
"Ah, itu karena sepertinya Chun Bin menyukaimu" kata Jeong Hwan dengan nada serius. "Dan aku mencintainya" tambah Jeong Hwan.
Raut wajah Ji Hwan berubah menjadi sedikit mencair dengan perubahan suasana serius Jeong Hwan.
"Really?" tanya Ji Hwan. "Jadi kamu cemburu?" tambahnya.
Jeong Hwan lalu mengacungkan jari telunjukknya kepada Ji Hwan dan menggerakkannya ke kanan dan ke kiri yang memberikan tanda 'salah' atas simpulan Ji Hwan.
"Untuk apa aku cemburu. Aku hanya sedang mengajarimu untuk bersikap Gentleman." Kata Jeong Hwan.
"Apa maksudmu?" tanya Ji Hwan sedikit tersinggung.
"Jika kamu tidak mencintainya, akui saja. Tolak dia dengan argumen logis mu itu" kata Jeong Hwan. "Aku sangat tidak mengerti kenapa laki-laki sepertimu sangat jual mahal dengan logika mu itu" tambahnya.
"Baru kenal saja kamu sudah sok tau. Sudahlah itu urusanku, aku yang akan menanganinya." Kata Ji Hwan dengan nada tak suka.
"Yah itu terserah padamu, namun sebagai orang yang mencintai Chun Bin, setidaknya aku sudah berbuat baik padamu" kata Jeong Hwan dengan nada tenang. Jeong Hwan lalu berdiri.
"Aku yang akan bayar kopinya, hati-hati dalam perjalanan pulang. Aku duluan" kata Jeong Hwan sambil berlalu mendahului Ji Hwan.
"Sok sekali dia, aku lebih tau diriku sendiri dari pada dirimu" gerutu Ji Hwan, ia lalu meneguk kopinya dan memandang keluar jendela yang penuh pemandangan hamparan salju dimana-mana.
Dia kemudian meyakinkan dirinya akan mengatakan perasaannya pada Chun Bin jika ada waktu dan kesempatan membicarakan hal itu. Karena baginya yang saat ini masih menempuh kewajiban untuk berkuliah dia tidak ingin bermain-main terlalu asyik sehingga mengganggu masa depan yang telah ia susun dengan rapi sebelumnya. Chun Bin, aku akan bilang padamu jika saatnya tiba bahwa aku sekarang belum siap!.
YOU ARE READING
Always
Teen FictionApakah cinta harus sesakit ini? Bagaimana wanita bisa menanggung kesakitan hanya demi cinta? Ji Hwan, lelaki yang selama ini ia cintai dalam diam, dan Jae Hwan sosok sahabat yang diam-diam memiliki rasa, atau Hyun Bin sang superhero yang merupakan k...