"Bi .."
"Hm?"
"Kapan mau punya pacar? Kapan kamu mau kenalin aku sama pacar kamu?"
"..."
"Bi?"
"Ya?"
"Jawab."
"Nanti."
"Nantinya kapan?"
"Nanti, kalau lo udah dapet laki-laki yang bisa buat lo bahagia."
"Kelamaan. Nunggu dong?"
"Iya."
"Kenapa harus nunggu aku?"
"..."
"Bi .."
"Masih banyak tugas yang belum gue selesaiin."
"Tugas?"
"Heem."
"Tugas apa?"
"Buat lo bahagia."
"..."
"Selalu."
"..."
"Kenapa?"
"Aku udah cukup bahagia kok."
"..."
"Sekarang, kamu bisa cari perempuan."
"Enggak."
"Kenapa?"
"Gue harus tunggu laki-laki yang mau serius sama lo nanti."
"Tunggu apa? Ngapain?"
"Gue harus pastiin, kalau laki-laki itu bisa buat lo bahagia nantinya."
"Terus kamu gimana?"
"Gue?"
"Iya."
"Gue gapapa."
"Bohong."
"..."
"Jadi, kamu mau nunggu aku sampai aku dapet laki-laki yang bisa buat aku bahagia nantinya, gitu?"
"Iya."
Semuanya terasa begitu cepat berlalu. Rasanya, baru kemarin kamu mengatakan seperti itu padaku. Lalu, sekarang kamu sudah tidak ada lagi di sini, bersamaku. Kapan kembali? Cepat lah pulang. Aku masih di sini. Masih di sini, menunggumu untuk pulang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Bulan Agustus
Teen FictionMasih di sini, menunggumu untuk pulang. Ini cerita tentang adik kecil yang kehilangan kakaknya. Atau mungkin, ini cerita tentang langit yang kehilangan bintang di malam hari.