"Nek, key berangkat dulu ya!"
"Eh? gak sarapan dulu?"
"Enggak nek, nanti aja."
"Jangan lupa makan ya Key!"
"Iya nek."
"Hati-hati di jalan!"
"Iya nek. Key pamit ya."
"Iya key."
Pagi ini, entah kenapa aku semangat sekali untuk pergi ke sekolah. Aku bergegas mencari Pak Amir. Ternyata Pak Amir sedang duduk sambil minum kopi. Tak lupa aku menyapanya.
"Selamat pagi Pak Amir." sapaku sambil tersenyum.
"Pagi juga kak .."
"Berangkat yuk."
"Sekarang? Tumben kak."
"Iya pak. Lagi semangat nih, ayo dong."
"Iya kak. Tunggu sebentar ya,"
"Oke pak."
Melirik kanan kiri. Itu yang sedang kulakukan. Melirik rumah si cowok aneh itu lebih tepatnya.
"Mobilnya ada. Kalau aku ke rumahnya nawarin berangkat bareng, mau nggak ya si aneh itu?" Batinku.
"Ayo kak." Ajak Pak Amir. "Eh, iya pak." Seperti biasa, jalanan sudah cukup padat dan ramai. Untung saja aku berangkat lebih awal. Sesampainya di sekolah, aku langsung beranjak turun. Dan tak lupa untuk pamit dengan Pak Amir. Terlalu bahagia. Itu yang sedang kurasakan.
Tanpa pikir-pikir panjang, aku pun langsung bergegas masuk. "Eh, eh, itu kan anak baru yang kemaren berangkat sama bi kan ya?"melirik dengan tatapan sinis. "Iya itu, yang itu centil banget." "Masih juga anak baru udah centil." Cibir seseorang.
Bahagia pagiku tiba-tiba saja hilang entah kemana. Semuanya, masih sama seperti tatapan yang kemarin. Seperti singa yang akan menerkam mangsanya. "Eh, udah eh, masuk ada yang jagain di belakangnya." Dan tanpa kusadari, ada seseorang yang ikut berjalan di belakangku. Aku pun langsung berbalik dan terkejut mendapati cowok aneh ini ada di hadapanku.
***
"Duh, bikin kaget aja sih!"
"..."
"Kenapa?"
"Lo yang kenapa?"
"Gapapa."
"Tadi aja turun dari mobil bahagia senyum-senyum sendiri. Pas turun dari mobil jalan ke koridor mukanya di tekuk."
"Suka-suka dong. Oh iya, aku kira tadi kamu belum berangkat. Ternyata udah."
"Hari ini gue gak naik mobil."
"Oh, pantes .."
"Heem."
"..."
"Yang mereka-mereka itu."
"Mereka siapa?"
"Biarin aja."
"Apanya?"
"Mereka yang ngomongin lo."
"..."
"Selama lo sama gue, lo aman."
"Heh? Apa itu barusan? Apa maksudnya?" pikirku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Bulan Agustus
Teen FictionMasih di sini, menunggumu untuk pulang. Ini cerita tentang adik kecil yang kehilangan kakaknya. Atau mungkin, ini cerita tentang langit yang kehilangan bintang di malam hari.