"Key," panggil nenek.
"..."
"Key bangun!"
"Iya nek, ini Key udah bangun," jawabku, sambil menuruni anak tangga.
"Semalem tidur jam berapa?"
Deg.
Aku tidur jam berapa? Entah lah. Terlalu senang karena bisa bersamanya. Terlalu bahagia walaupun dia sibuk dengan komputernya, dan aku sibuk dengan buku.
Aku kembali ke kamar karena aku sudah cukup mengantuk. Sudah hampir beberapa kali aku menahan ngantukku karna melihat dia sibuk dengan komputernya. Karena takut jika aku akan tertidur di kamarnya, akhirnya aku putuskan untuk kembali ke kamar.
"Key, kamu denger nenek?" tanya nenek.
"Iya nek."
"Semalem tidur jam berapa?" tanya nenek lagi.
"Key gak tau nek. Semalem key nggak begitu merhatiin jam. Key cuma fokus liatin langit-langit di kamar." jawabku.
"Oh yaudah, ini sarapan kamu." jawab nenek sambil memberikanku piring yang berisi sarapan.
"Iya nek." jawabku.
"Key," panggil nenek.
"Iya? Kenapa nek?" jawabku.
"Habis ini kamu mau ngapain?" tanya nenek.
"Kosong kayaknya nek. Paling cuma main handphone sama nonton tv doang. Kenapa emangnya nek?"
"Nenek mau minta tolong anterin bingkisan ke Ibu Shanti." jawab nenek.
"Ibu Shanti?" tanyaku pada nenek.
"Iya, itu tetangga sebelah. Udah cepetan selesaiin sarapannya, habis itu tolong anterin ini ke Ibu Shanti ya," jawab nenek sambil memberikan bingkisannya kepadaku.
"Siap nek." Jawabku.
"Ibu Shanti yang nenek maksud ini Ibunya Bi bukan ya?" gumamku.
Setelah selesai sarapan, aku pun bergegas mengantar bingkisan yang nenek suruh tadi. Ibu Shanti? Siapa Ibu Shanti itu? Orang istimewa nenek? Padahal, aku baru pindah di sini beberapa hari tapi nenek sudah punya orang istimewa seperti Ibu Shanti. Setelah aku berjalan lurus sedikit dan belok ke kiri, aku pun sudah sampai di rumah Ibu Santi.
"Heh? Tunggu sebentar. Ini yang nenek maksud Ibu Santi itu, Ibunya Bi?" gumamku. Tanpa berpikir panjang, aku pun segera mengetuk pintu.
Tok .. tok ..
"Iya, tunggu sebentar." terdengar suara Ibu-ibu dari dalam rumah.
Tidak lama, pintu pun terbuka dan terlihat wajah Ibu-ibu yang nenek maksud tadi.
"Permisi, tante. Ini saya mau anter bingkisan di suruh nenek."
"Oh iya, kamu Key kan ya? Kamu cucunya ya? Kamu yang temennya Bi juga kan?" tanya Ibu Shanti.
"Iya tante." jawabku pada Ibu Shanti.
"Ayo sini, masuk dulu." tawar Ibu Shanti kepadakku.
"Eh? Nggak tante, nggak usah makasih. Key mau langsung pulang aja takut di cariin nenek." tolakku.
"Beneran nih gak mau masuk dulu? Gak mau ketemu Bi dulu emangnya?" tawar Ibu Santi lagi padaku.
"Nggak tante, nggak usah. Key takut di cariin nenek." tolakku lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Bulan Agustus
Roman pour AdolescentsMasih di sini, menunggumu untuk pulang. Ini cerita tentang adik kecil yang kehilangan kakaknya. Atau mungkin, ini cerita tentang langit yang kehilangan bintang di malam hari.