"Kamu tahu gak? Apa yang paling indah setelah pertemuan?" Tanya perempuan itu pada laki-laki yang duduk jauh di sampingnya
"Rindu?" Jawab si laki-laki sambil menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi
Perempuan itu tersenyum kecil, dan menggeleng pelan "hm, bukan, kurang tepat"
"Terus apa? Jangan main tebak-tebakan sama saya loh ya"
Perempuan itu menampilkan deretan giginya, tertawa. Ya, bersama Fadhil selalu ada kebahagiaan tersendiri, yah meskipun kadang suka greget-greget menyebalkan.
"Mau tau aja atau mau tau banget?" Tanyanya lagi masih senang mencandai Fadhil
"Tukan, mulai lagi. Eskrim mana eskrim" Fadhil mulai geram, sedangkan Adriana tersenyum penuh kemenangan. Ia berhasil mencandai Fadhil
"Asyik, rasa coklat ya satu"
"Ya Allah, Allahu Akbar. Mama mertua dulu ngidam apa sih?"
"Ngidam apa ya?" Kata Ana, sembari berlagak seperti orang mencari jawaban
"Apa ih?"
"Hm, gatau. Mungkin telur manis?, Atau eskrim panas?, Eh bukan deh tapi rujak sayur." Ana mulai ngawur ngomong nya,
Untung stok kesabaran Fadhil banyak, say Alhamdulillah
"Jangan-jangan dulu Mama mertua ngidam?" Sambil memasang wajah terkejut
"Apa? Apa? Umi ngidam apa dulu?"
"Mana saya tau, kan saya bukan suaminya" ucapnya enteng, tanpa beban sepuluh ton karung.
"Ihhh. Sendal mana sendal" Ucap Ana, mengapitkan tangan di dada, sebal.
Sedangkan Fadhil, nyengir-nyengir kudanil nyemplung. Sejenak suasana senyap, gara-gara Ana merajuk, padahal seharusnya yang merajuk adalah Fadhil, sebab ia yang dicandai tadi. Tapi, kenapa jadi gini ya?. Hayoo loh Fadhil. Tanggung beras eh tanggung jawab deh
"Ana" Panggilnya lembut "Mau apa? Mas beliin sekarang ya" bujuknya agar Ana tidak merajuk lagi. Tapi, Ana tetaplah Ana, sifatnya masih kekanak-kanakan. Tapi, kadang dewasa, kalau lagi ga ke geser otaknya
"Eskrim rasa ikan tuna" Jawabnya asal dengan nada masih kesal
"Hah? Apa? Eksrim rasa ikan tuna? Mana ada rasa itu Ana. Jangan aneh-aneh kenapa, kamu itu udah aneh masa mau ditambah yang aneh lagi". Yah Fadhil keceplosan
"Hm apa ya? Ke perpustakaan aja, iya ke perpustakaan aja. Ayo" Ajaknya, tak memedulikan Fadhil yang masih kebingungan.
"Ngapain ke sana?" Tanya Fadhil
"Beli ikan bandeng, ya baca buku lah"
"Hehe, yaudah ayo"
Sesampainya di sana, mereka langsung masuk. Fadhil berjalan duluan di depan sedangkan Ana mengikuti dari belakang. Hehe, jaga jarak bro and sist, belum halal soalnya.
"Mau buku genre apa?" Tanya Ana sambil memilah buku-buku
"Buku resep masakan" jawabnya sanyai sambil memilah buku-buku di rak setinggi dua kaki, berwarna coklat muda. Segala jenis buku ada di perpustakaan kota. Mulai dari genre Horor sampai Humor, dari Romantis sampai Puitis
"Kok buku masakan?"
"Iya mau cari resep buat bikin eskrim rasa ikan tuna, sesuai yang kamu mau"
Ana menatapnya bingung, tapi kemudian tertawa "Ya Allah mas, kamu serius? Mau buat eskrim rasa ikan tuna? Yang bener aja"
"Sama kamu aja saya serius, masa cuma ini ngga" ucapnya santai sambil meneruskan aktivitas nya mencari buku resep masakan. Sedangkan Ana bungkam, tak tahu harus bicara apa. Pria ini selalu membuatnya merasa canggung tiba-tiba.
"Nah ini dia" soraknya setelah menemukan buku resep masakan yang dicarinya. Ia buka perlahan-lahan buku tersebut, membacanya perlahan, lembar demi lembar ia buka hanya untuk mencari resep 'eskrim rasa ikan tuna' yang disebutkan Ana. Sedangkan, Ana masih mematung ditempatnya.
"Ana" panggil Fadhil
"Allahu sholli Alaa Muhammad, Ana kaget ya Allah. Jangan teriak kenapa Mas"
"Siapa yang teriak? Kamu nya aja yang ngelamun. Ngelamunin apa sih?" Tanyanya ragu
"Hehe, eh udah ketemu belum?" Jawabnya merasa canggung
"Apanya?"
"Aih pikun apa pelupa sih? Itu loh buku resepnya"
"Pikun sama pelupa apa bedanya?"
"Udah ketemu belum sih?" Ana kembali bertanya, ia malas berdebat terus. Bisa-bisa kesabaran nya terkikis hanya gara-gara ini.
"Hehe, buku resepnya udah tapi resep eskrim rasa ikan tuna nya ga ada" Ucapnya dengan wajah di 'murung-murungkan'
"Yaudah, pulang aja yuk, Ana cape banget"
"Tapi buku nya gimana? Resepnya belum ketemu An"
"Mas udah sih, percuma nyari juga. Resep itu ga ada" omel Ana geram dengan sikap Fadhil
"Hehe oke-oke, sekarang kita bayar buku kamu aja yah"
Saat di jalan, Ana tak banyak bicara ia lebih memilih diam, ia lelah berdebat terus dengan Fadhil. Sebenarnya tidak begitu sih, Ana itu simple kalau ditanya jawab kalau tidak ya diam, katanya Minggu lalu kepada Fadhil yang terus mengoceh di acara kepenulisan didaerah Bandung tapi Ana hanya diam saja.
"Dik kok diam terus sih? Mas ada salah lagi?"
"Nggak kok, diam ah fokus aja sama jalan"
Si pria itu menurut saja, daripada teriak-teriak mengundang jangkrik ngamuk saja.
Setelah lama diam, Fadhil buka suara lagi. "Dik"
Yang dipanggil menoleh, "Apa mas?"
Pria itu menatap ke jalanan, menarik nafas sejenak, ia takut jangkrik betina ini marah.
"Besok mas mau pergi selama 2 hari""Pergi? Kemana? Sama siapa aja?"
"Satu-satu dong kalau nanya" protesnya karena diberondong dengan pertanyaan
"Ke Eropa, ada urusan dengan kolega bisnis di sana, katanya mau mengadakan proyek baru dan Mas harus ada di sana, perginya sama Pak Direktur"
Ana cemberut, itu berarti ia kemana-mana harus sendiri
"Dik" panggil Fadhil kembali. Ana hanya tersenyum --senyum yang dipaksakan--
"Iya mas, jaga diri baik-baik ya di sana, shalat jangan dilupakan sama makan juga jangan telat"
"Tumben perhatian" ucapnya memancing reaksi si jangkrik betina
"Diperhatiin salah, ngga apalagi" Ucapnya, kemudian berlalu ke dalam rumah, sejak 2 menit lalu sebenarnya mereka telah sampai di rumah Ana
"Salam dulu Dik"
"Wassalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh, hati-hati" ucapnya sambil berlari ke dalam rumah, agaknya Ana mudah sekali tersinggung
"Wa'alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh" lirihnya sembari menarik nafas dalam-dalam. Harus seberapa sabar lagi masmu ini Dik?. Kemudian beranjak pergi, melajukan mobilnya ke rumah Husni --teman dekatnya
Ini cerita ke-3 semoga ga ada niat buat unpublish lagi ya:(
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Jeda Ku Menemukanmu
RomanceKamu telah mengajariku banyak hal Tentang cinta yang meraksasa dalam doa Tentang rindu yang harus dijaga Tentang pentingnya menjaga hati agar selalu memohon Ridho Allah Tentang kesabaran menerima ketetapan Allah Tentang keikhlasan menjaga amanah T...