Ask to Husni

16 5 2
                                    

Setelah mengantar kan Ana pulang, Fadhil pergi mengunjungi Husni --teman dekatnya, ia ingin bertanya-tanya tentang pernikahan.

Mobilnya telah diparkir di halaman rumah Husni, tadi sebelum kesini ia sempatkan menghubungi Husni, dan Alhamdulillah Husni ada di rumah

"Assalamualaikum warahmatullah" ucap Fadhil sembari mengetuk pintu tapi masih belum ada jawaban 'mungkin orangnya masih sibuk' pikirnya.
"Assalamualaikum warahmatullah" ia ulangi untuk kedua kalinya. Ia menggerutu kesal 'kemana sih ini manusia'. Ketiga kalinya mengucap salam tidak ada yang menjawab, apa boleh buat, lain kali saja lah. 

Baru hendak menyalakan mobil, pergi. Ada yang memanggil

"Fadhil!"

Sang empunya nama menoleh, kemudian melangkah menghampiri Husni yang 'berantakan' habis bangun tidur, agaknya begitu.

"Apa kabar bro?" Tanya Fadhil sembari menyalami Husni

"Lo bisa liat sendiri, gue kaya gimana?" Jawabnya ketus

"Haha acak-acakan" sambil menahan tawa
"Eh gue ini tamu, Lo gamau ajak gue masuk gitu?"

"Haha iya ya, gausah deh Lo diluar aja jagain gerbang kebetulan satpam di rumah gue lagi liburan ke Bali" jawabnya panjang lebar

Fadhil tak mengiyakan perkataan Husni, ia langsung masuk ke dalam rumah, kemudian duduk santai disofa

"Gue baru nyadar kalau lo tamu yang ck banget"

"Hahaha udah lah mending lo rapihin aja tuh muka yang berantakan" sambil tertawa meledek

Sang pangeran rumah naik ke atas sambil menggerutu

15 kemudian ia telah kembali dengan baju yang lebih rapi, hanya kaos dan celana bahan diatas tumit kaki

"Lo katanya mau ngomong" "mau ngomong apa?" Tanya Husni setelah membuat minuman dan meletakkan nya di meja

Fadhil berdehem "itu gue mau tanya soal.... Soal...."

"Soal apa? Kalau ngomong jangan kek orang gagu" gerutunya kesal

"Soal pernikahan"

Husni kaget, tapi setelahnya ia menepuk pundak Fadhil sampai ia terbatuk-batuk

"Gila lo ya, mau bunuh gue? Hah?" kesal fadhil bahunya ditepul

"Hahaha santai bro, gue sengaja tadi" "Jadi lo mau married? With siapa?"

"Kepo amat" Jawabnya jutek, ia takut cemburu kalau ada laki-laki yang membicarakan Ana didepannya

"Gue nanya"

"Yah ada pokonya"

"Haha okeoke takut amat" "Mau nanya apa?"

"Gue mau minta saran sama pendapat dari lo" "Kriteria perempuan idaman itu kaya gimana sih?"

"Hm, sulit nih. Perempuan idaman ya yang cantik, putih, tinggi, tutur bahasanya baik, lemah lembut, penyayang, sopan, baik. Tapi itu idaman, kalau lo mau pilih perempuan buat lo nikahi cari yang agamanya bagus, kalau agamanya udah bagus, rupa dan macem-macemnya juga pasti bagus, saran gue kalau lo mau cari calon istri jangan mengikuti apa yang lo mau, jangan menurut idaman lo, karena gue yakin kalau lo ngikutin sesuai mau lo, lo gak akan pernah nemu di tujuh samudra sekalipun. Gue jamin itu, kalau ga dijamin lo aja yang jadi jaminannya" Ia masih melanjutkan lagi "Kan ada haditsnya, ada ayatnya juga. Lo pasti udah tau atau bahkan hafal di luar kepala"

Fadhil termenung, berpikir

"Woy malah bengong"

Fadhil kaget "Eh astaghfirullah, astaghfirullah" "gue ga bengong, gue cuma lagi mikir"

"Alah bilang aja lagi mikirin calon istri, ye kan? Ngaku aja lo"

Fadhil hanya nyengir

"Eh terus gimana caranya kita tau kalau calon istri kita itu shalihah?" tanyanya setelah menyeruput kopinya

Husni meminum kopinya,  "Hm, kalau gue sih lihat perempuan itu shalihah dari cara dia berpakaian, cara dia bergaul sama laki-laki, dan caranya mengkritik orang lain"

"Maksudnya mengkritik orang lain?"

"Maksudnya gini, kalau perempuan yang benar-benar shalihah dia pasti tau bagaimana cara mengkritik orang yang benar.  Gue kasih contoh misalkan gue calon istri lo"

"Idih amit-amit tujuh puluh keturunan"

"gue bilang kan misalkan, naudzubillahi min dzaliik gue anu sama lo"

"Haha oke lanjutkan"

"Ganti ah jangan calon istri, je ye je ye ka gue" "perempuan baik kalau lihat temannya yang misal kerudungnya tersingkap, dia pasti akan langsung menegur tapi dengan cara baik-baik, ga yang main kritik 'heh kerudung lo terbang', yang ada dia bukan bilang makasih tapi malah 'eh biasa aja dong, gausah ngomel, kaya nenek gue aja lo'. Lah kalau kaya gitu kan ga lucu, apa apaan."
"Perempuan yang baik itu selalu menjaga adab, akhlaknya dimanapun. Ia tau Bagaimana harus bersikap dengan tetangga, tau cara bergaul dengan teman lawan jenisnya, tau adab terhadap fakir miskin" ia masih melanjutkan

Fadhil masih menyimak yang dijelaskan oleh temannya itu

"Dan yang paling penting adalah, perempuan yang shalihah selalu menjaga lisannya. Ia tidak suka menggunjing, menghina, apalagi membicarakan keburukan orang lain, ia bicara seperlunya saja"

"Tapi kan setiap perempuan itu cerewet, sukanya ngomel-ngomel" komen Fadhil

"Iya itu kalau sama adik atau kakanya, misal. Orang yang dia kenal dekat, dia cerewet juga bukan ga ada alasan, ada loh alasan dia cerewet. Perempuan-perempuan itu cerewet kalau kita nya salah, misalkan pakai baju acak-acakan, ga rapi mereka pasti akan cenderung cerewet. Dan banyak permisalan-permisalan yang lain"

"Iyaiya gue paham"

"Gue tau lo paham, lo cuma mau cari perkara sama gue" "Iyaiya gue paham"

Baru akan menjawab pertanyaan Husni, ponsel Fadhil tiba-tiba berdering. Rupanya Ana yang menelepon

Dalam sekejap ia nengangkat telepon itu

"Assalamu..... "

"Maaf mas, ga sengaja." Telepon terputus

"Eh, gue pamit ya. Udah jam 5"

"Shalat jamaah di sini aja, lo pulang juga tanggung. Mending abis Isya aja"

"Tumben amat, biasanya lo langsung ngusir"

"Memuliakan tamu" Ucapnya dengan senyuman

"Gue pamit sekarang, takut dicari Pak Haji. Ada janji soalnya" "Assalamu'alaikum warahmatullah"

"Wa'alaikumussalam warahmatullah "

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 06, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dalam Jeda Ku MenemukanmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang